Selasa, 14 Juni 2011

Episode 01

Dikutip dan diterjemahkan dari : "Seminar Hidup Bahagia – PenjelasanDi Zi GuiSecara Mendetail" oleh Guru Cai Lixu pada tanggal 15 Februari 2005 (Episode 1)

Teman-teman sekalian, selamat malam semuanya. Tema pembicaraan kita kali ini adalah "Seminar Hidup Bahagia". Teman-teman sekalian, kebahagiaan adalah yang dikejar oleh setiap orang, semua orang berharap untuk bahagia, bagaimana membuat hidup bahagia? Setelah beberapa tahun menjalani hidup kita, menurut Anda, apakah Anda bahagia? Banyak teman-teman yang tertawa, tawa adalah perasaan bahagia. Apakah Anda sering terbangun dari tempat tidur sambil tertawa? Ya. Ada yang mau berbagi dengan yang lain, apa penyebab Anda bisa terbangun tidur sambil tertawa? Bisakah membuat sukacita ini dalam hidup Anda semakin lama semakin bertambah? Andai kita menjalani hidup dengan cara begitu, kita akan semakin lama semakin bahagia.
Hal-hal apa yang sekali terpikir oleh Anda, akan membuat Anda merasa sangat sukacita dan sangat senang? Apakah ada teman yang mau berbagi perasaan bahagianya itu dengan yang lain? Kok tiba-tiba jadi tidak ada? Hal-hal baik harus berbagi dengan teman baik, ketika Anda berbagi hal-hal yang baik kepada teman baik, apakah Anda merasa bahagia? Memberi lebih beruntung daripada menerima. Sebenarnya sekarang sudah ada teman-teman yang mendengarkan pelajaran kita ini di sore hari, dan pasti ada yang telah membawa sahabat terbaiknya kemari, apakah ada teman seperti itu? Ketika kita membawa sahabat baik kita ke sini, agar dalam pelajaran ini ia bisa mendapat konsep yang penting dalam kehidupan, bagaimana perasaan Anda? Sangat sukacita. Andai kebetulan melalui pelajaran ini, mereka tahu bagaimana untuk mengajar anak dengan baik, agar anak tahu tentang hakikat bakti, ia memperoleh konsep tersebut, kemudian anaknya benar-benar tahu untuk berbakti, sahabat Anda akan terbangun di tengah malam sambil tertawa. Anda tidak hanya menikmati kebahagiaan itu sendiri, Anda juga sudah berbagi kepada yang lain.
Jadi teman-teman sekalian, mari kita pikir kembali, semua hal dalam hidupmu yang membuat Anda merasa bahagia, sebenarnya adalah karena Anda membuat pilihan yang tepat. Bak pepatah bahwa dalam hidup ini perjuangan bukanlah yang paling sulit, melainkan membuat pilihan. Teman-teman sekalian, Anda pernah membuat pilihan tepat apa saja dalam kehidupan? Hidup ini senantiasa membuat pilihan, apakah sekarang kita juga sedang membuat pilihan? Andai sekarang Anda di bawah mengatakan: Hari ini saya lelah, saya lebih baik tidur sejenak. Memilih tidur sejenak atau serius mendengarkan pelajaran akan menyebabkan efek yang sama sekali berbeda. Ada perkataan awam "lelaki takut memilih pekerjaan yang salah, wanita takut menikah dengan suami yang salah", kalimat yang depan dan belakang itu keduanya merupakan pilihan. "Lelaki takut memilih pekerjaan yang salah", jadi harus memilih apa yang tepat? Pekerjaan; "wanita takut menikah dengan suami yang salah", jadi harus memilih apa yang tepat? Pasangan. Sebenarnya keduanya memiliki hubungan yang sama, yakni Anda harus bisa menilai seseorang secara akurat. Andaikata Anda memilih pekerjaan ini, pekerjaan yang dipilih sudah tepat, namun juga harus ikut pengelola yang tepat, beliau barulah bisa mengangkat Anda, barulah bisa menyukseskan Anda. Oleh karena itu, kemampuan untuk menilai seseorang penting tidak? Sangat penting! Wanita takut menikah dengan suami yang salah, menikah dengan suami yang salah apakah akan bahagia? Sangat sulit. Andai Anda ikut dengan atasan yang tepat, karier Anda akan memiliki perkembangan yang sangat baik, maka keluarga Anda akan sangat stabil. Jadi harus membuat pilihan yang benar, barulah hidup kita akan bahagia.
Di dalam kehidupan ini kita perlu membuat pilihan apa lagi? Pagi ini siapa yang ada sarapan harap acungkan tangan? Lumayan banyak, silakan diturunkan tangannya. Yang tidak sarapan harap acungkan tangan? Beberapa teman tidak sarapan. Teman-teman sekalian, dengan tidak sarapan kita telah berjalan satu langkah menuju tubuh yang tidak sehat; pilihan! Jadi kalau memilih yang benar, tubuh akan sehat; pilihan yang salah, tubuh kita akan tidak sehat. Tubuh tidak sehat, apakah hidup akan bahagia? Tidak! Dengan membuat pilihan tepat terhadap hal-hal kecil dalam hidup ini, barulah dapat membawa Anda berjalan menuju kebahagiaan, jadi memilih makanan juga sangat penting. Selain itu adalah memilih teman, memilih teman juga sangat penting, bagai ungkapan "saat di luar bergantung kepada teman". Tetapi coba kita pikirkan, istri serta orang tua sekarang selalu khawatir suami atau anaknya berteman dengan orang yang salah. Andai ia berteman dengan orang yang salah, istrinya makan di rumah pun tidak selera, tidur pun tidak bisa nyenyak, orang tuanya juga akan memiliki sangat banyak kerisauan. Oleh karena itu, Anda harus membuat anakmu serta Anda sendiri untuk bisa memilih teman yang tepat, kehidupan Anda barulah akan bahagia; ketika Anda memilih teman yang tepat, keluargamu barulah akan bahagia.
Baik! Di dalam kehidupan ini kita harus memilih antara ringan, berat, lambat, dan mendesak; apa yang perlu dilakukan terlebih dahulu, apa yang boleh dilakukan setelah itu, urutan tersebut juga harus dipilih secara tepat. Kita sering berkata "yang terpenting tak lain daripada mengajar anak", hal pertama yang paling besar dalam hidup adalah mengajar anak dengan baik. Andai anak kita tidak diajar dengan baik, apakah dalam kehidupan ini Anda akan bahagia? Ada atau tidaknya berkah seseorang, dapat atau tidaknya kehidupan seseorang dijalankan dengan leluasa, pada usia menengah dan tua sangat tergantung pada anaknya mengerti masalah atau tidak, berbakti atau tidak. Andai anak hasil asuhan kita tidak mengerti masalah, nasib kita di hari mendatang akan bagaimana? Sangat sengsara! Tidak tahu hari ini anak saya akan mempertunjukkan drama apa lagi dan membiarkan saya yang membereskan kekacauannya? Jadi mengajar anak harus mengajar dia menjadi baik, ketika Anda menempatkan pendidikan anak di depan, ditempatkan di posisi yang penting, maka prioritas yang Anda pilih tersebut sudah tepat. Harus bagaimana mengajar anak? Bagaimana mengajar seorang anak dengan baik?
Tanya: Teman-teman sekalian, bagaimana cara mengajar anak dengan baik? Orang tua murid sekarang merasa bahwa apa itu pendidikan?
Jawab: Keteladanan.
Mari, beri tepuk tangan untuk teman ini. Jawaban tersebut tidak akan muncul dari orang yang berusia tiga atau empat puluh tahun, hanya orang tua yang lanjut usia baru bisa memberikan jawaban tersebut. Ketika saya sedang memberikan seminar di Malaysia, saya bertanya kepada orang tua murid, apa itu pendidikan? Orang tua murid itu sangat jujur, dia menjawab: Ujian dapat nilai seratus. Dia layak disemangati, karena ia tidak munafik, ia mengutarakan apa yang dipikirkan di dalam benaknya. Saya sewaktu membimbing siswa juga sangat menitikberatkan komunikasi dengan orang tua, tiap kali berdiskusi dengan orang tua untuk pertama kalinya, saya akan bertanya kepada mereka, saya berkata: Anda rasa mengajarkan anak sikap dalam bertingkah laku dan melakukan hal lebih penting? Atau meningkatkan nilai ujian dari sembilan puluh delapan menjadi seratus lebih penting? Mana yang lebih penting? Yang pertama atau yang kedua lebih penting? Yang pertama. Sejauh ini belum ada yang mengatakan yang kedua. Orang tua murid kita bijaksana tidak? Kedengarannya sangat bijaksana. Tetapi kenyataannya kebanyakan orang tua melakukan pekerjaan yang pertama atau kedua? Yang kedua! "Ujian kali ini dapat nilai berapa? Cepat bawa ke sini!". Di dalam otaknya hanya nilai.
Para orang tua murid, kita perlu berpikir kembali, kita selalu mengatakan kepada anak-anak, jadi orang itu harus konsisten antara ucapan dan perilaku, lalu mengapa kita merasa sikap dalam bertingkah laku dan melakukan hal lebih penting, alhasil titik beratnya ditempatkan pada nilai ujian, mengapa bisa begitu? Sebenarnya tidak bisa menyalahkan orang tua murid kita, karena ia masih tidak bisa merasakan seberapa besar dampak jangka panjang dari tingkah laku dan perlakuan hal terhadap kehidupan anak. Tetapi kalau nilai ujian, dapat nilai seratus langsung dapat dilihat, lagi pula masih bisa dibawa keluar dan bilang "Anak saya tiga subjek, empat subjek dapat nilai seratus". Kita harus memikirkan dengan kepala dingin, hari ini kita mendorong anak menuju nilai ujian yang bagus, coba tanyakan kehidupan apa yang bakal dia jalani, bisakah Anda melihatnya? Anda selalu mendorong anak ke jalan ini, Anda pun harus jelas, ke manakah kita mendorong dia? Gila tenar dan untung.
Para orang tua murid, saya juga produk doktrin akademik, bisa tampak tidak dari diriku? Kalian terlalu welas asih, tidak ingin menyakiti hatiku, saya adalah produk doktrin akademik. Saya masih ingat ketika saya masih SMP, ujian dapat nilai 98, membuat saya menangis lumayan lama, mengapa? Karena waktu itu sedang mengkompilasi kelas unggulan, dan saya kurang dua poin, andai saya tidak terkompilasi bagaimana? Mungkin hidupku akan hancur! Ada begitu serius tidak? Mengapa saya merasa begitu serius? Anda lihat, kita baru SMP, kekhawatiran perolehan dan takut kehilangannya begitu parah! Seorang anak jika khawatir perolehan dan takut kehilangan, kehidupannya bisa bahagia atau tidak? Sering gelisah tentang ini, gelisah tentang itu. Doktrin akademik yakni hanya memikirkan nilai kita harus meningkat, orang lain harus diinjak ke bawah. Jadi tadinya saya seharusnya mempunyai lapang dadanya Fan Zhongyan, "risau sebelum orang dunia ini risau, bersenang setelah orang dunia ini bersenang", alhasil karena doktrin akademik, saya hanya berpikir untuk mengalahkan orang lain.
Saya masih ingat ketika saya duduk di bangku SMA, tiap kali pembagian kertas ujian saya selalu harus menoleh kanan dan kiri untuk melihat yang lain dapat nilai berapa, andai nilainya lebih tinggi daripada saya, maka hati saya bagaimana? Sangat tidak nyaman. Berparadigma dan berjiwa kerdil, apakah akan bahagia jika personalitasnya demikian? Kita harus pikir matang-matang. Saya ingat ketika saya lulus dari perguruan tinggi, kebetulan di sebuah toko saya bertemu dengan seorang teman satu SMP. Dia selalu mendapat juara satu, dalam kesan saya, juara satu dari kelas unggulan. Ketika ia lulus dari perguruan tinggi, karena dalam jangka waktu yang panjang terkubur di dalam tumpukan buku, sehingga kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain sangat buruk. Ketika ia berbicara tentang pengalaman kerjanya di masyarakat, ia gemetaran, ia berkata: Mengapa orang begitu mengerikan? Saya sangat takut berinteraksi dengan mereka. Kita bisa lihat kemampuannya untuk berinteraksi dengan orang lain sangatlah rendah, serta jiwa toleransi terhadap orang lain pun tidak terbentuk. Oleh karena itu, kehidupannya seperti ini kemungkinan besar tidak akan bahagia.
Mari kita pikirkan lagi, kita mendorong anak-anak menuju doktrin akademik, banyak yang setelah lulus mendapat gelar doktor dan magister, pertanyaannya adalah sekarang tingkat pengangguran tertinggi dari jenjang pendidikan mana? Sekarang lulusan SMA lebih jarang kehilangan pekerjaannya, mengapa? Kerja keras, mencuci piring, menyapu lantai, ia berkenan melakukan, jadi dia tidak akan kehilangan pekerjaannya. Sebaliknya lulusan universitas dan pascasarjana, merasa bahwa gaji yang ditawarkan terlalu rendah, maka tidak berkenan melakukannya. Teman-teman sekalian, sikap apa yang ia dapatkan dari sarjana dan magister? Tidak bisa merendah, hidup ini harus bisa menekuk barulah bisa meregang. Baik! Sekarang lulusan perguruan tinggi dan pascasarjana setiap tahun sangat banyak, tetapi banyak dari mereka yang menganggur. Benar tidak? Mari kita pikirkan, orang berbakat hasil didikan puluhan tahun dari sistem pendidikan, setelah lulus tidak terpakai. Yang lulus banyak! Namun andai Anda punya teman, dia adalah pemilik usaha, pengelola perusahaan, bahkan pengelola lembaga pemerintahan, coba Anda tanyakan, sekarang anak muda ada yang berkualitas bagus tidak? Bagaimana dia akan menjawab? Dia akan memberitahu Anda, tidak dapat menemukan orang berbakat! Mesin pendidikan terus-menerus memproduksi, alhasil pengusaha merasa tidak bisa dipakai.
Jadi para orang tua murid, andai Anda bilang dengan anak Anda : Kamu hanya perlu belajar untuk ujian, pekerjaan rumah tangga tidak perlu dikerjakan, kamu pokoknya terus belajar untuk ujian, terus-menerus begitu, hingga lulus perguruan tinggi maka dijamin kamu akan punya hidup yang bahagia dan sempurna! Ada orang tua murid yang membuka cek tunai begitu untuk anak Anda tidak? Cek itu akan loncat loh! Seperti memberitahunya bahwa dengan belajar yang giat, masa depan Anda akan cemerlang. Tidak akan ada hal seperti itu! Sekarang tidak ada, dahulu ada tidak? Dahulu juga tidak ada. Hari ini ia lulus dari perguruan tinggi, andai dia tidak bisa bertingkah laku, tidak bisa berinteraksi dengan orang lain, peluang sebagus apapun akan terlewati begitu saja. Anda selalu memberitahu anak, pokoknya kamu belajar terus, yang lain tidak perlu dilakukan, sikap apa yang kurang dimilikinya? Yaitu rasa tanggung jawab. Seorang anak harus mempunyai rasa tanggung jawab barulah dia bisa memikul beban. Tetapi Anda katakan kepadanya untuk belajar saja, sebenarnya untuk apa dia belajar? Demi gengsi siapa? Demi gengsi orang tua mereka, demikian belajarnya; dibandingkan dengan seorang anak yang punya rasa bakti, itu akan sama sekali berbeda. Anak yang punya rasa bakti ingin orang tuanya lapang hati, dia berharap di kemudian hari orang tuanya punya kehidupan yang baik, jadi ia akan tiada hentinya meningkatkan moral dan kemampuannya, dengan begitu anak akan ada perkembangan besar. Teman-teman sekalian, coba Anda cari tahu, pengelola perusahaan dan pengusaha yang benar-benar berhasil, jenjang pendidikannya bukanlah yang tertinggi.
Kita harus memikirkan kembali dari sudut pandang lain, pengusaha merasa tidak dapat menemukan orang berbakat, pertanyaannya adalah orang berbakat seperti apa yang diperlukan pengusaha? Pertanyaan ini belum tentu harus ditanyakan kepada doktor, di dalam benak setiap orang pasti sudah ada jawabannya, karena di dalam kehidupan ini, kita sudah melihat cukup banyak orang yang berhasil dan gagal. Teman-teman sekalian, Anda rasa orang yang berhasil akan memenuhi karakter apa? Ada yang mau kasih contoh? Anda jangan mengira pasti harus berpendidikan tinggi baru ada jawabannya, banyak sekali jawaban sewaktu seseorang menenangkan diri, jawabannya pun muncul sendiri, hati yang murni melahirkan kebijaksanaan. Ayo, Anda rasa karakter apa yang akan membuat hidup ini berhasil? Kejujuran, rasa tanggung jawab, rendah hati. Ada yang lain lagi? Kredibilitas, kesabaran. Baik! Kita boleh menerbitkan sebuah buku, judulnya "Karakter Keberhasilan". Saya tidak membohongi Anda, Anda cari ke toko buku hampir semuanya berisi karakter-karakter tersebut. Baik! Jikalau mengetahui bahwa orang yang memenuhi karakter tersebut di kemudian hari barulah orang berbakat yang sejati, apakah Anda sudah mengajarkan anak Anda untuk jujur? Banyak orang tua murid merasa bahwa kejujuran itu penting, lalu di dalam hati berpikir, andai terlalu jujur nanti keluar masyarakat ditindas orang lain bagaimana? Keyakinan ini masih patut dipertanyakan. Andai sangat rendah hati, selalu ditekan oleh orang lain bagaimana? Jadi keyakinan adalah akarnya, Anda benar-benar percaya atau tidak bahwa memiliki karakter-karakter tersebut maka kehidupannya akan benar-benar berhasil!
Sebenarnya, pengusaha telah mengetahui kenyataan ini, manajemen dunia barat dalam beberapa dekade ini menitikberatkan manajemen kualitas. Kualitas apa? Barang, kualitas produk, sehingga mereka sebut "Total Quality Control". Manajemen selama beberapa dekade menekankan bahwa hari ini saya memproduksi mikrofon ini, hanya dengan memproduksi mikrofon ini dengan baik, membuatnya sangat punya daya saing, saya dapat tidur nyenyak tanpa risau, jadi titik fokus mereka semuanya pada memproduksi barang dengan baik. Alhasil hampir satu atau dua dekade belakangan ini telah terjadi beberapa peristiwa. Pada tahun 1995, sebuah bank Inggris yang bersejarah lebih dari dua ratus tahun bernama "Barings Bank", perusahaan berumur dua ratusan tahun tersebut karena seorang anggota kontrak berjangka (futures) di Singapura menyalahgunakan dana perusahaan, usaha dua ratusan tahun tersebut lenyap seketika, yakni jatuh bangkrut.
Teman-teman sekalian, menurut penalaran barat, masalah yang muncul harus cepat diselesaikan, ini disebut "penyelesaian gejala". Penyelesaian gejala gampang diselesaikan tidak? Tidak gampang. Seperti hari ini tubuh kita rusak, sakit kanker, gampang ditangani tidak? Tidak gampang ditangani. Jadi ilmu Tiongkok itu tidak mengobati setelah sakit tetapi mengobati sebelum sakit, sebelum sakit harus mencegah. Lalu sains barat meskipun teknologinya sangat maju, namun ia dikhususkan untuk menangani apa? Gejala. Kanker lambung, segera dipotong lambungnya, dipotong hatinya. Setelah dipotong apa sudah tidak ada masalah lagi? Di sini tidak ada masalah, dua tahun kemudian, di sana ada masalah lagi. Kanker lambung, Anda jangan terlalu membenci sel kanker tersebut, karena ada yang memanjakannya sehingga dia barulah begitu angkuh. Siapa yang memanjakan sel-sel kanker tersebut? Teman-teman sekalian, setiap orang memiliki sel kanker, hanya saja Anda memanjakannya sehingga dia menjadi sangat angkuh, dan juga karena Anda menyia-nyiakan kondisi fisik Anda selama sepuluh bahkan lima belas tahun.
Tubuh ini tidak begitu mudah untuk rusak, karena susunannya sangat kompleks. Jadi memotong sel kanker tidaklah menyelesaikan masalah secara mendasar, bukan hanya tidak menyelesaikan masalah secara mendasar, bahkan secara bersamaan menimbulkan efek samping. Jadi banyak pasien kanker yang setelah menerima pengobatan merasa sangat sengsara di hari mendatang. Sebenarnya menangani kanker, ibaratnya, seperti sekantong sampah di lantai yang mengundang sangat banyak lalat. Anda sangat gusar saat melihatnya, mengapa begitu banyak lalat? Anda langsung mengambil insektisida dan menyemprot mati semua lalatnya, masalah selesai. Baik! Anda pergi sebentar. Lewat sepuluh menit, apa lagi yang datang? Lalat datang lagi. Penalaran orang sekarang hanyalah menyelesaikan gejala, pacar cowok tidak baik, ganti yang baru; pacar cewek tidak baik, ganti yang baru. Masalah terselesaikan tidak? Bukan pacar cowok tidak baik, juga bukan pacar cewek buruk, siapa yang tidak baik? Kita sendiri yang tidak belajar toleransi, tidak belajar menyayangi orang lain. Ketika masalah mendasar tidak diselesaikan, maka ganti beberapa pacar lagi berguna tidak? Juga tak ada gunanya. Jadi menyelesaikan masalah harus mulai dari akarnya.
Kini orang barat telah menemukan bahwa nyatanya masih ada faktor yang lebih penting dan memengaruhi kewiraswastaan selain memproduksi barang dengan baik, yaitu moral karyawan. Pada tahun 2001, perusahaan terbesar ketujuh di dunia bernama Enron, dengan omset tahunan sejumlah ratusan miliar dolar, karena dua orang pengelola senior perusahaan menyalahgunakan dana perusahaan, perusahaan terbesar ketujuh dunia tersebut akhirnya juga bangkrut. Oleh karena itu, perusahaan global berantai yang penting di dunia barat sekarang sedang mengalakkan "Total Ethical Management" (TEM), yakni mensyaratkan peningkatkan kualitas staf dan kualitas budi pekerti. Bisa menyelesaikan masalah tidak? Orang barat merasa bisa tidak? Teman-teman sekalian, orang sekarang memiliki pengenalan yang salah, ia merasa bahwa uang itu maha kuasa, asalkan ada uang maka ia dapat mengajar anaknya dengan baik, asalkan ada uang maka dapat menyelesaikan masalah. Sekarang sangat banyak orang memiliki konsep seperti ini bukan? Iya. Jadi orang barat sangat bersemangat. Pada tahun 2002 Amerika Serikat secara khusus menekankan pendidikan hakikat kodrati dan budi pekerti, bahkan sengaja merencanakan anggaran, dari awalnya dua ratus lima puluh juta ditingkatkan menjadi tujuh ratus lima puluh juta, ditingkatkan tiga kali lipat. Ada gunanya tidak? Anda rasa mereka bersemangat tidak? Alhasil pada saat bersamaan mereka membuat sebuah survei, membidik delapan ribu lebih siswa SMP untuk mengisi kuesioner psikologis, hasilnya tujuh puluh satu persen anak pernah menyontek, enam puluh delapan persen anak pernah memukul orang, tiga puluh lima persen anak pernah mencuri barang di pertokoan.
Di bagian paling belakang dari kuesioner ini ada sebuah pertanyaan, apakah menurutmu Anda berbudi pekerti mulia? Siswa SMP yang menjawab saya berbudi pekerti mulia berjumlah sembilan puluh enam persen. Teman-teman sekalian, tujuh puluh satu persen pernah menyontek, enam puluh delapan persen pernah memukul orang, tiga puluh lima persen pernah mencuri barang di pertokoan, alhasil kesimpulan mereka, sembilan puluh enam persen anak merasa ia berakhlak mulia. Pertanyaannya adalah standar siapa yang diikuti oleh sekelompok anak generasi ini? Standar siapa? Standarnya sendiri. Dengan siapa anak-anak belajar sikap seperti itu? Andai para pemimpin negaranya tanpa pikir panjang membawa bala tentaranya untuk menyerang negara lain, kemudian setelah kembali dari penyerangan, mereka berkata "Anak-anak sekalian, kalian jangan sembarangan berkelahi dengan orang lain, harus memperhatikan petuah ini!". Apakah mereka akan mendengarkannya? Tidak akan. Jadi orang barat, yang pertama, apakah mereka menguasai inti dari pendidikan? Pendidikan bukan lebih banyak uang lebih bagus, pendidikan juga bukan lebih banyak diomongkan lebih baik, serta bukan lebih banyak buku teori yang tersedia lebih baik. Yang paling penting, dalamPembahasan Tulisan dan Penjelasan Aksaratelah ditunjukkan.
Apa itu pengajaran? "Yang atas meneladankan, yang bawah meneladaninya", namanya pengajaran; apa itu pendidikan? "Mengasuh anak supaya berbuat bajik". Hanya dua baris kata saja sudah menunjukkan inti dari pendidikan. Teman-teman sekalian, keyakinan Anda terhadap kebijaksanaan nenek moyang, tergantung dari seberapa dalam Anda mendalami kitab mereka, ketika Anda benar-benar menerima petuah tersebut, Anda semakin baca akan semakin kagum. Jadi yang paling penting dari pendidikan, yang pertama, materi yang diajarkan harus benar, "supaya berbuat bajik". Ketika seorang anak punya hati yang bajik, ia akan punya perilaku yang bajik, dengan sendirinya ia akan punya banyak teman yang bajik, hidupnya akan bahagia. Lalu bagaimana kita mengajarkan perilaku yang bajik kepada mereka? Bukan memintanya membaca sangat banyak buku, namun harus meminta kita sendiri untuk terlebih dahulu melakukannya. Ketika yang ditampilkan kita adalah perilaku yang bajik, anakmu dalam pembinaan bawah sadar akan merasa sangat terharu. Teman-teman sekalian, Anda percaya dengan perkataan saya ini tidak? Beberapa orang percaya, beberapa lagi tidak merasa begitu. Andai Anda tidak merasakan apa-apa, Anda harus memikirkan dengan kepala dingin, di sekeliling Anda hampir tidak ada orang bajik, tidak ada yang mempertunjukkan drama yang membuat Anda terharu. Jika tidak, maka asalkan ada orang yang mempertunjukkan, pasti akan menyentuh hati orang di sekitarnya, saya berani jamin. Karena "manusia pada awalnya, naluri dasarnya  itu mulia", asal ada yang mempertunjukkannya, pasti ada yang terharu, ada yang meneladaninya.
Di Shenzhen ada seorang guru, dia tadinya juga mempelajari kebudayaan Tiongkok untuk tempo waktu tertentu. Sewaktu saya di Haikou, kebetulan tanggal 15 Maret tahun lalu beberapa guru dari Shenzhen mengundang saya ke sana untuk memberikan seminar. Lalu mereka bertanya kepada guru yang mengundang saya, guru yang bersangkutan ingin berbicara tentang apa? Dia mengatakan kepadanya, guru tersebut mau berbicara tentangDi Zi Gui. Lalu mereka berkata, apa yang perlu dibicarakan dariDi Zi Gui? Bukannya itu untuk mengajar anak-anak? Mengapa tidak berbicara tentangAnalek(Lún Yǔ)? Lalu guru tersebut, meskipun berkata demikian, namun ia tetap datang untuk mendengarkan sesi pertama seminar. Setelah mendengarkannya, ia tiba-tiba merasa banyak sekali hakikat dalam bertingkah laku yang sangat mendasar masih belum diterapkannya, jadi dia menyelaraskan sikapnya dan serius mempelajariDi Zi Gui. Dia berkata sebelum belajarDi Zi Guiketika melihat banyak kitab orang kudus dan bijak, ia merasa akar kebajikan dirinya benar-benar sangat dalam, adakalanya masih cukup kagum dengan dirinya sendiri. Alhasil setelah belajarDi Zi Gui, merasa bahwa berbakti pun belum mampu dilaksanakan, harus meninjau dengan baik. Teman-teman sekalian, merasa sendiri mempunyai akar kebajikan yang dalam lebih baik? Atau merasa sendiri belum belajar apa-apa lebih baik? Yang pertama atau yang kedua lebih baik? Yang pertama itu hidup tidak tentu arah, yang kedua itu mengerti "tahu malu pangkal keberanian". Jadi ketika kita berbicara tentang membina diri, yaitu harus memperbaiki perilaku kita. Menemukan kekhilafan diri sendiri, Anda barulah akan semakin lama semakin paham, haruslah menjadi orang yang paham; mengoreksi kekhilafan diri sendiri, ini namanya pembinaan diri sejati.
Bulan Mei bertepatan dengan hari ibu internasional, guru tersebut kebetulan pulang ke kampungnya. Setelah belajar harus dipraktikkan, maka ia ingin berterima kasih kepada orang tua atas budi asuhan mereka, kebetulan juga bertepatan dengan ulang tahunnya. Para orang tua murid, sekarang anak-anak ulang tahun, apa pikiran pertama mereka? Kue ulang tahun. Ada lagi? Mengajarkan anak supaya berbuat bajik! Apabila niat pertama yang terpikirkan adalah kue, apakah itu bajik? Jadi banyak tanggapan anak telah menunjukkan hasil didikan kita, kita harus melihat dengan kepala dingin bahwa benih yang kita taburkan itu tepat atau tidak, harus direnungkan dengan waswas. Pendidikan basis peluang yang begitu baik, seharusnya membuatnya berpikir bahwa ulang tahun adalah hari penderitaan ibu. Harus selalu ingat jerih payah ibu sewaktu hamil, susah payahnya sewaktu melahirkan, agar ia dapat menumbuhkan rasa tahu budi dan balas budi, ini yang disebut pendidikan.
Jadi guru tersebut pulang dan dia ingin berterima kasih kepada orang tuanya, maka ia menarik tiga kursi, kebetulan neneknya juga ada, maka ia mempersilakan nenek, ayah, dan ibunya duduk. Lalu ibunya lebih sensitif, ia berkata: Putriku, apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan? Guru tersebut memberitahu ibunya sekaligus ayah dan neneknya, dia berkata: Hidupku selama tiga puluh tahun lebih ini, telah membuat kalian banyak cemas. Sekarang saya sudah mulai belajar petuah orang kudus dan bijak, jadi mulai sekarang saya ingin menjadi anak berbakti, tidak akan lagi membuat kalian cemas, dan budi asuhan kalian tiga puluh tahun lebih ini, saya akan ingat terus dalam hati saya. Hari ini kebetulan ulang tahun saya, saya ingin berterima kasih kepada orang tua, jadi hari ini ingin memberi sungkem tiga simpuh sembilan sujud kepada orang tua.
Ketika guru tersebut memberikan sujud pertama, air mata ibunya langsung berlinang. Teman-teman sekalian, air mata apakah itu? Air mata lega. Sebenarnya seorang ibu tidak ingin balasan apa-apa dari anaknya, tetapi jika anaknya mempunyai rasa bakti, itu akan membuatnya sangat bahagia. Di dunia ini siapa yang paling bego? Ibu paling gampang dibohongi, tidak meminta balasan, Anda memberinya beberapa kata-kata baik, berbakti sedikit kepadanya, beliau akan luar biasa puasnya. Ketika guru tersebut memberikan sujud kedua, anaknya yang kelas tiga SD itu segera pergi ke sisi suaminya, mulai memijat-mijat suaminya. Anak tersebut sepertinya berpikir bahwa dalam suasana ini, saya tidak melakukan apa-apa sepertinya agak aneh. Pengajaran tanpa kata-kata! Rasa bakti ibunya tersebut telah membuat anaknya mendapat perasaan yang sangat kuat, sehingga ia merasa sekarang harus pergi ke sisi ayahnya untuk melayaninya. Jadi kekuatan pembinaan bawah sadar dari keteladanan sangatlah besar. Anak itu setelah kembali ke rumah, dengan sangat murah hati berkata kepada orang tuanya: Ayah, ibu, tahun depan ulang tahun, saya juga ingin sungkem kepada kalian berdua. Ini adalah pendidikan, atasan melaksanakan bawahan meneladani, perlu menghabiskan uang tidak? Hal yang benar-benar penting dalam hidup ini, uang tidak mempunyai peranan yang besar.
Dari sini kita telusuri balik, orang barat menyadari bahwa moral sangat penting, dan itu adalah ketika masalah sudah terjadi, jadi sekarang mereka mau menyelesaikannya. Pertanyaan adalah apakah mereka tahu dasar dari moral? Harus mengobati dari dasar barulah bisa menyelesaikan masalah. Jadi sekarang perusahaan besar mereka juga menghabiskan sangat banyak uang untuk melakukan pelatihan, dengan perkataan orang Tiongkok disebut "saat darurat baru memeluk kaki Buddha". Apakah daya gabung seseorang, kesopansantunan seseorang bisa dilatih dalam dua bulan? Andai dia tadinya sangat cool dan jarang tersenyum, dilatih dua bulan langsung harus bisa senyum kepada orang lain, pelanggan yang datang ketika melihat senyumannya, bulu-bulu romanya akan berdiri, karena sangat tidak alami. Karena senyumannya itu adalah berpikir bahwa uang dari saku Anda akan datang ke tempat saya, bukanlah rasa hormat dari dalam hati.
Kapan orang Tiongkok menanamkan akar dari moral? Sejak kecil, barulah dapat menanamkan akar dari moral! Dari kecil tidak diajar, "jika tidak diajar, nalurinya akan bergeser". Setelah tumbuh begitu besar, ingin menariknya kembali sangat sulit, makanya harus diajarkan sejak kecil. Di dalamKitab Perubahan(Yì Jīng) ada sepatah kalimat yang penting "méng dengan asuhan benar, itulah ikhtiar yang kudus", méng disini melambangkan awal dunia, yang mana semuanya masih rentan, pada saat itu harus merawatnya dengan baik, harus mengasuhnya dengan baik. Jadi heksagram méng ini dijabarkan pada pendidikan anak, yakni anak saat kecil sudah harus menumbuhkan jiwa besar dan semangat positif, serta sikap dalam menghadapi masalah dan orang yang tepat, setelah Anda mengasuhnya dengan baik, pahala tersebut adalah yang paling suci. Andai Anda berhasil mengasuh seorang Fan Zhongyan, itulah ikhtiar yang kudus! Sekarang ingin berhasil mengasuh sosok Fan Zhongyan mudah tidak? Bagaimana mungkin tidak mudah! Sekarang Anda mengajarkan anak menjadi sangat berbakti, ia langsung merupakan satu titik merah dari sekumpulan dedaunan hijau.
Kami di Shenzhen, banyak anak yang mempelajari petuah orang kudus dan bijak, kali ini pulang kampung, membuat semua tetua kaget. Sekarang masih bisa melihat anak-anak memberi salam bungkuk sembilan puluh derajat! Mereka pun salut bercampur rasa hormat, setelah melihatnya sangat sukacita, tidak tahu apa uang ang paonya dibungkus lebih banyak atau tidak? Ada seorang anak yang makan satu meja bersama keluarganya, ketika semua tetua melihat makanan telah datang, mereka langsung ingin pergi mengambilnya, tiba-tiba melihat kepala anak tersebut tertunduk dan mulutnya berkomat-kamit. Awalnya mereka yang ingin mengambil makanan mereka, tiba-tiba merasa sangat aneh, dan terhenti. Setelah anak tersebut selesai komat-kamit, mereka bertanya kepadanya, apa yang baru saja kamu baca? Mengapa tidak langsung makan? Anak tersebut terhadap seluruh tetua di meja itu berkata: Saya baru saja membaca doa sebelum makan, mengucapkan terima kasih atas budi asuhan orang tua, terima kasih atas keuletan guru dalam berpetuah, terima kasih atas kerja keras petani yang ulet, serta semua pihak yang bersumbangsih. Sambil mengenggam sumpit, para tetua tersebut mendapat satu pelajaran, kita hanya memikirkan untuk makan, malahan rasa syukur anak ini selalu ada. Teman-teman sekalian, anak ini bahagia tidak? Orang yang hidup dalam perasaan syukur sangatlah bahagia. Anda dapat benar-benar mengajar anakmu menjadi bajik, ia akan memengaruhi sangat banyak orang, ia akan menjadi Fan Zhongyan masa kini. Jadi kita sebagai orang tua harus memposisikan, "awali dengan asuhan benar, itulah ikhtiar yang kudus".
Ketika anak-anak dari kecil sudah menanamkan kebijaksanaan orang kudus dan bijak, para orang tua murid, apakah Anda perlu khawatir nantinya dia tidak mendapat pekerjaan? Kalau Anda masih khawatir, itu bagai orang Qi merisaukan langit. Jadi paradigma kita harus luas, hidup ini baru bisa berjalan lebih lapang; paradigma sempit, seumur hidup ini akan penuh dengan kekhawatiran perolehan dan takut kehilangan. Belakangan ini saya mendengar seorang teman mengatakan bahwa ada banyak sekali perusahaan besar pergi ke sebuah organisasi, dan organisasi tersebut adalah yang khusus mempropagandakan Konfusianisme, mereka ke organisasi tersebut untuk mencari beberapa anak muda. Para pengusaha bilang bahwa sekarang orang di luar tidak berintegritas, tidak ada rasa tanggung jawab, mereka memakainya dengan menjinjing jantung dan menggantung nyali, jadi mereka inisiatif ke organisasi yang belajar ajaran orang kudus dan bijak untuk menemukan bakat. Jadi para orang tua murid, andai akar yang ditanamkan anak Anda sekarang adalah bagaimana bertingkah laku dan melakukan hal, Anda telah membuat hidup anak Anda berdiri pada situasi tak terkalahkan.
Baik! Yang baru saja kita bahas adalah urutan dalam pemilihan pendidikan. Para orang tua murid, pilihan Anda sekarang tidak hanya akan memengaruhi Anda sendiri, siapa lagi yang akan terpengaruh? Keluarga Anda, tidak hanya keluarga Anda, anak dan cucu dari generasi ke generasi pun akan terpengaruh. Teman-teman sekalian, apakah ada yang pernah berpikir bahwa keputusan saya akan memengaruhi anak dan cucu mohon acungkan tangannya? Ayo, beri teman-teman kita ini tepuk tangan. Hidup bagaikan sebuah permainan catur, andai yang kita pikirkan hanya satu langkah berikutnya, setiap langkah yang Anda buat akan tidak menentu arah, baguskah kalau begitu? Andai saat kita bermain catur dapat melihat seratus langkah ke depan harus berjalan bagaimana, dua ratus langkah ke depan harus merencanakan bagaimana, hidup Anda akan berjalan dengan kalem, serta kehidupan anak Anda juga akan dijalani dengan pandangan tinggi dan visi jauh. Ketika ia dapat memikirkan bahwa pilihan saya akan berpengaruh dari generasi ke generasi, saya percaya ketika ia mendidik generasi ini, ia akan sangat waswas, akan sangat berusaha, karena ia mempertimbangkan sampai begitu jauh. Sekarang orang yang mempunyai pertimbangan seperti itu tidak banyak, apakah orang Tiongkok kuno memiliki pertimbangan seperti itu? Banyak sekali! Sehingga nasihat keluarga Tiongkok mungkin adalah yang terbanyak di dunia, kita pernah mendengarEmpat Nasihat Liao Fan,Bidal Mengurus Rumah Tangga Zhu Zi,Nasihat Keluarga Yan, serta Zhuge Liang. Banyak sekali filsuf kudus yang memiliki sikap demikian, yakni mewariskan kebijaksanaan dalam kehidupan. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan bahwa pilihan Anda sangatlah penting.
Lalu membuat pilihan yang tepat dalam hidup, mesti memenuhi apa? Kakek saya tidak pernah bersekolah, tidak bisa membaca, beliau adalah seorang nelayan. Abang beradiknya semua nelayan, bukan saudaranya saja yang melaut, anak saudaranya yang sekolah sampai SMP, dan masih belum lulus sudah ikut melaut. Dia merasa lebih santai, karena anak-anaknya membantunya melaut, dia tidak perlu begitu lelah. Baguskah kalau begitu? Langsung sangat bagus bukan? Tetapi kakek saya merasa, karena tidak bersekolah maka tidak ada kebijaksanaan dalam hidup, sangat menyesal. Jadi beliau bersikeras dan tidak peduli betapa sulitnya pun harus tetap menyekolahkan anaknya. Berhubung pilihan dan penilaian tersebut, lima anak dari generasi ayah saya, satu doktor, tiga lulusan perguruan tinggi, satu lulusan SMA; sampai generasi kami ini semua lulusan perguruan tinggi, sudah ada dua yang doktor, ini semua karena pilihan kakek. Di generasi ini jenjang pendidikan saya paling rendah, tinggi badan saya juga paling pendek. Jadi sebagai tetua harus waswas terhadap pilihan Anda, penilaian Anda. Baik! Di sesi ini kita membuat pilihan sampai di sini saja, terima kasih semuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar