Dikutip dan diterjemahkan dari : "Seminar Hidup Bahagia – Penjelasan《Di Zi Gui》Secara Mendetail" oleh Guru Cai Lixu pada tanggal 18 Februari 2005
(Episode 15)
Teman-teman sekalian, kita lanjutkan tentang Zheng Jun dari Dinasti Han
yang dibahas tadi, teman-teman sekalian, apa yang akan Anda
lakukan? Bagaimana menasihati abang tersebut?
Zheng Jun sendiri pergi untuk menjadi hamba orang lain, bekerja mulai dari pekerjaan yang paling
hina, persis bekerja selama setahun, dengan kerja kerasnya memperoleh sejumlah uang, semuanya diberikan
kepada abangnya. Kemudian berkata kepada abangnya: Barang-barang kita yang
kurang, asalkan mengandalkan kerja keras kita, kemudian uang yang diperoleh akan
dapat membelinya; tetapi reputasi seseorang asalkan telah hilang, seumur hidupnya
bagaikan sudah tamat. Abangnya melihat beliau demi menasihatinya, bahkan
menjadi pembantu rumah tangga orang lain, dan
persis bekerja selama satu tahun, abangnya pun merasa sangat bersalah, maka mulai mengubah
sikapnya, menjadi sangat jujur. Zheng Jun di
kemudian hari berkembang sangat baik, bahkan
sampai menjabat sebagai sekretaris kerajaan, jabatan yang
setara dengan kanselir. Jadi memiliki rasa bakti dan
persaudaraan, tentu saja mampu mendedikasikan
kesetiaannya untuk negara. Beliau juga sering memberi nasihat kepada kaisar,
kaisar sangat berterima kasih atas sokongannya, masih memberinya gelar "sekretaris kerajaan berstatus awam", dan mengizinkannya
menikmati tunjangan, sampai beliau tua dan wafat pun menggunakan gaji
sekretaris kerajaan untuk menunjanginya.
Jadi teman-teman sekalian, Anda lihat beliau pada awalnya demi menasihati
abangnya, masih pergi menjadi hamba, apakah beliau rugi sangat banyak? Tidak! Bak pepatah "ladang berkah digarap hati", seseorang
yang benar-benar membina diri dan menjalankan hakikat dengan budi pekerti,
berkahnya pasti akan semakin terakumulasi semakin tebal. Bukan belum tiba, namun waktunya masih belum
sampai, saat waktunya sampai, yang seharusnya merupakan berkahnya pasti tidak
akan lari. Jadi orang Tiongkok bilang "berani rugi
adalah berkah", pepatah tersebut sangatlah bermakna.
Yang dibahas tadi adalah tentang penasihatan antarsaudara,
dalam lima hubungan manusia masih ada satu hubungan lagi, yaitu hubungan antarteman.
Saya pernah pergi bersama dengan Paman Lu mengunjungi seorang temannya, saya
juga merasa sangat aneh, sepertinya banyak sekali hal yang sangat seru pun
dialami oleh saya. Kebetulan saya dan Paman Lu pergi mencari temannya ini,
temannya ini telah berkontak dengannya selama
tujuh belas tahun. Pada saat itu beliau masih membawa sangat banyak kitab
klasik orang kudus dan bijak, ada yang ingin diberikan kepada anaknya untuk
dibaca, ada yang ingin diberikan kepada temannya, ada juga yang untuk dibaca
istri temannya. Dalam perjalanan tersebut Paman Lu pun berkata kepada saya, katanya: Saya
kenal teman ini selama tujuh belas tahun,
melihatnya bagai mentari di posisi klimaks, usahanya sangat
besar, asetnya sangat banyak sekali, tetapi saat itu telah terlihat bahwa di
kemudian hari dia kemungkinan besar tidak dapat mempertahankan kekayaannya. Karena saat seseorang mempunyai sangat banyak uang, sekali
tercemar jiwa mubazir, seberapa banyak
harta pun akan bagaimana? Akan ludes. Lalu bukan saja tercemar jiwa mubazir, kemungkinan besar kebiasaan buruk seperti arogan dan merasa tak tertandingkan pun akan terpelihara dalam proses tersebut. Saat seseorang itu arogan, maka dia akan ceroboh, jadi berkemungkinan
besar membuat beberapa penilaian yang salah, uang sebanyak apapun akan habis. Lalu benar-benar kariernya juga terperosok, bahkan menanggung
sedikit utang.
Ketika dia sedang menanggung utang, semua teman-temannya
bagaimana? Semuanya menghilang. Sebenarnya malapetaka dan berkah saling bergantungan,
saat semua kekayaan telah tiada, juga membuatnya mempelajari apa? Teman yang
sejati bukan dapat dibeli dengan uang. Pas saat ia berada pada titik terendah,
Paman Lu setiap minggu naik kendaraan berjam-jam, untuk datang membantunya
menyelesaikan masalah finansial. Bukan saja tidak
memungut biaya darinya, bahkan dengan modal sendiri bolak-balik untuk
membantunya menangani sangat banyak
masalah, dan dalam proses inilah, maka terbina kepercayaan dan jalinan yang semakin dalam. Jadi menunggu sampai tujuh belas
tahun kemudian, takdirnya pun telah matang. Seseorang benar-benar ingin menjalani hidup dengan
sempurna, niscaya bukan punya seberapa banyak uang, punya seberapa banyak
kekuasaan, namun seberapa banyak kebijaksanaan barulah bisa. Saya pun kebetulan
menumpangi kendaraan ini, juga merasakan Paman Lu dapat menggunakan tujuh belas
tahun untuk menyokong seorang teman, jadi "jangan
menyalahkan diri, jangan memasrahkan diri", saya harus menjadikannya sebagai teladan. Oleh karena
itu, saat kami sedang menasihati orang lain dan menyokong orang lain, merasa
diri kita sedikit tidak sabaran, tiba-tiba akan terpikir sebuah angka "tujuh belas tahun", lalu merasa sangat bersalah, maka membangkitkan lagi integritas hakikat kita
terhadap teman, terus membantu dan menyokongnya.
Selain itu kebetulan saat berada di Australia, saya
juga melihat Paman Lu sangat terampil dalam menasihati teman di sekitarnya. Kebetulan kami yang pergi ke Australia
ada delapan atau sembilan orang, tinggal bersama dalam satu kamar, delapan atau
sembilan orang lelaki bakal terjadi hal apa? Delapan atau sembilan orang lelaki akan tampak
permukaan meja ini ada banyak sampah (bukan saya yang buang), yakni kelihatan
cenderung berantakan. Maka saya melihat Paman Lu
tidak mengeluarkan sepatah kata pun, beliau setiap hari
bertemu dengan saya, setelah
selesai mengobrol, kamar asrama, kamar mandi, ataupun wastafel ada beberapa kotoran, beliau pun sendiri secara diam-diam memungutnya, wastafel dapur juga dilap sampai satu tetes air pun tidak ada, semuanya dilap dengan bersih, kemudian
beliau baru pergi tidur. Hari demi
hari pun berbuat demikian, melakukannya sekitar empat atau lima hari, tiba-tiba
ada seorang teman pun berdiri maju, ia berkata: Kalian masih begitu sembarang
membuang, tidakkah kamu lihat setiap hari ada yang membantu kalian merapikannya dengan begitu bersih, apakah kalian tidak merasa keterlaluan? Semua orang pun merasa sangat bersalah, semuanya menundukkan kepala. Sejak saat itu menjadi
bagaimana? Jauh lebih bersih! Jadi Paman Lu tidak dengan ajaran verbal melainkan dengan keteladanan, maka membuat semua orang waspada bahwa dirinya sendiri seharusnya menjaga kebersihan lingkungan tersebut. Jadi benar-benar di
dalam dunia orang dewasa, yang paling penting kita sendiri masih terlebih
dahulu harus membuat teladan yang baik, maka secara alami akan dapat memengaruhi
orang lain.
Saya saat berusia sekitar dua puluh lima tahun mulai bersinggungan dengan ajaran orang kudus dan bijak, karena sebelumnya adalah doktrin akademik, doktrin
akademik menanamkan apa pada
benak kita? Persaingan. Melihat nilai orang lain sangat tinggi, sendiri pun
merasa sangat merana, yakni berparadigma dan berjiwa kerdil, jadi kalian sudah
tahu mengapa mata saya tidak besar. Tetapi setelah belajar ilmu orang
kudus dan bijak, dalam hati sangat tersentuh. Saya ingat saat saya duduk di
bangku SMA, Bahasa dan Sastra Mandarin saya juga sangat buruk, buruknya sampai
sejauh mana? Pastinya lebih buruk dibanding kalian! Karena sewaktu saya SMP,
saat ujian masuk SMA, keseluruhan ada tujuh mata pelajaran yang diuji, minus
delapan puluh delapan poin, tujuh mata pelajaran minus delapan puluh delapan poin,
satu mata pelajaran Mandarin minus empat puluh empat poin, sama dengan nilai
total empat mata pelajaran lain. Saya ingat saat SMP masih ada sebuah
pertanyaan berbunyi "Lǎo Qì": A "Héng Chūn"; B "Héng Xià"; C "Héng Qiū"; D "Héng Dōng", yakni musim semi, panas, gugur, dingin. Saya merasa
pertanyaan ini sedang menghina saya, namun saya memang tidak bisa
mengerjakannya. Saya masih menyanyikan sebuah lagu di sana, bernyanyi satu kata
menunjuk satu pilihan, lihat sampai terakhir tertunjuk pilihan yang mana, kemudian
juga salah menjawab. "Lǎo Qì" apa? Héng qiū (artinya bergaya kuno dan kolot). Mengapa kalian
menjawab begitu cepat? Terhadapku adalah suatu hal menyakitkan.
Duduk di bangku SMA, nasib buruk
pun masih belum tertanggulangi, benar-benar tidak
dapat membangkitkan semangat. Jadi saat belajar, pernah sekali guru Sastra Mandari memanggil saya kemari, dia berkata: Cai Lixu, kamu sewaktu kelas Sastra Mandarin saya, andaikan tidur lagi, terus tidur sejenak, saya akan mencatatmu sebagai absen. Jadi Sastra Mandarin saya, saat ujian masuk perguruan tinggi
juga tidak lulus. Tetapi selama berada di bangku SMA, dalam otak saya ada dua
kali merasa seperti mendapat pencerahan, yaitu pada saat membaca dua buah susastra. Susastra yang pertama adalah《Memo Pengutusan Pasukan》karangan Zhuge
Liang, di dalamnya menyebutkan "berdedikasi sepenuh hati dan hormat, sampai
titik darah penghabisan". Tadinya yang masih tertidur, tiba-tiba
bagaimana? Tiba-tiba merasa kalimat ini mengapa begitu mencengangkan! Tetapi
cerah selama lima detik saja, setelah itu terselimuti awan mendung lagi. Ayat yang kedua ada pada《Catatan Menara
Yueyang》karangan Fang
Zhongyan, di dalamnya menyebutkan
"risau sebelum orang
dunia ini risau, dan bersenang setelah orang dunia ini bersenang", pada kenyataan juga benar-benar bukan
sangat paham, namun pun ada perasaan haru yang tak terjelaskan. Kemudian
mulai bersinggungan dengan ilmu orang kudus dan bijak, sering pada saat membaca《Cerita Pendidikan Moral》, pun membaca hingga terharu tak tertahankan, benar-benar sangat tersentuh, merasakan iktikad orang kudus dan bijak benar-benar sangat welas asih
dan sangat lapang. Setelah merasakan, kita pun harus mulai meneladaninya.
Jadi pada saat saya kuliah di sekolah tinggi
keguruan, kebetulan berjarak agak jauh dari rumah, saya sangat pagi sudah pergi
naik kerata api, dan pada saat sampai, semua teman sekelas pada hari pertama
masuk sekolah masih belum tiba,
hanya saya seorang saja. Saat itu kebetulan baru selesai libur musim panas,
sekali masuk ke dalam, bagaimana keadaan semua kursi dan meja? Satu lapisan
debu. Teman-teman sekalian, apa yang akan Anda
lakukan? Kami pun berpikir, tiba-tiba sendiri menjadi sutradara, di dalam benak
terbayang teman-teman perempuan sekali berjalan masuk, kebetulan melihat debu
tersebut, teman-teman perempuan tersebut akan memiliki tanggapan apa? Dia akan berkata: Mengapa begitu kotor! Kami
pun dapat membayangkannya, mereka pasti akan ada ketidasedapan seperti itu. Jadi saya pun bergegas ke dalam kampus, mencari sebuah kain lap di dalam
toilet, lalu mengelapnya dari depan sampai belakang. Mengelapnya dengan sangat
cepat, mengapa? Sangat takut orang lain melihatnya, demikian akan tampak terlalu berpura-pura, maka menyelesaikan pengelapan dengan
cepat. Setelah selasai mengelap, sendiri juga merasa hari ini tidak sia-sia,
dapat melayani orang lain. Jadi kemudian, teman-teman yang masuk semuanya pun
juga duduk dengan sangat tenteram.
Ketika Anda memiliki suatu niat untuk orang lain, apakah Anda sudah ada pertukaran dengannya? Kita manusia punya semacam kemelekatan,
seolah-olah harus bertatap muka, kemudian berbicara, barulah disebut komunikasi; sebenarnya tidaklah begitu, ketika niat Anda
bangkit, Anda telah berkomunikasi dengan orang di sekitar. Jadi teman sekelas kami dalam tahun ajaran itu pun semuanya sangat
akur denganku. Saat
seminar, pada malam hari juga ada teman seperguruan tinggi kami yang datang
untuk mendengar, saya juga sangat bersukacita. Karena kami punya sebuah niat
untuk melayani orang lain tersebut, secara alami akan membuat orang lain berinteraksi sangat ramah dengan kami. Karena saya datangnya lebih awal, maka
sampah di belakang ruangan kelas, saya pun berinisiatif untuk membuangnya ke luar setiap hari.
Alhasil membuang tidak telalu lama waktunya, ada sekali saat saya ingin
membuang sampah, seorang teman pun berlari kemari: Anda jangan buang lagi, biar
kami saja yang buang. Jadi benar-benar, antara teman, kita pastinya harus
terlebih dahulu bersumbangsih dengan sepenuh
hati, maka niat kita ini akan dapat membangkitkan niat menuju kebajikan dan
rasa saling pengertian dari setiap orang.
Tadi kita membahas tentang bagaimana untuk menasihati
antara lima hubungan manusia, juga menyebutkan begitu banyak contoh, tujuan
menyebutkan contoh-contoh tersebut adalah untuk mengembangkan iktikad kita
semua, dan juga kebijaksanaan dalam
bertindak dan berinteraksi dengan orang lain,
serta kesabaran kita. Saya yakin pada hari mendatang, dalam kehidupan setiap
teman akan ada satu per satu pertunjukan seru
yang bakal tertayang. Kita teruskan dengan melihat ayat berikutnya:
【Qīn Yǒu Jí. Yào Xiān Cháng. Zhòu Yè
Shì. Bù Lí Chuáng. Sāng Sān Nián. Cháng Bēi Yè. Jū Chù Biàn. Jiǔ Ròu Jué. Sāng Jìn Lǐ. Jì Jìn Chéng. Shì Sǐ Zhě. Rú Shì Shēng.】
[Terjemahan harfiah:
"Orang tua sakit. Obat cicip dahulu. Rawat siang
malam. Tidak tinggalkan ranjang. Kabung
tiga tahun. Sering rintih sedih. Ubah tata rumah.
Pantang arak daging. Kabung penuh ritual. Sembahyang penuh
tulus. Layan yang wafat. Bagai masih hidup."
Terjemahan:
"Bila Orang tua sakit. Cicipi obatnya dahulu. Merawatnya siang malam. Tidak
meninggalkan ranjang. Berkabung tiga tahun. Sering merintih sedih. Mengubah tata rumah. Berpantang arak dan daging.
Berkabung penuh dengan ritual. Sembahyang penuh dengan tulus. Layani yang wafat. Bagaikan masih hidup."]
『Orang tua sakit, obat cicip dahulu』, pada saat orang tua sakit, putra putrilah yang terlebih
dahulu merasakan suhu obat ini terlalu panas atau tidak, tidak terlalu panas
barulah disuguhkan kepada orang tua untuk diminum. Ini juga menandakan bahwa
anak berbakti saat menghadapi orang tua yang sakit, beliau pun selalu berada di
sisi untuk merawatnya. Kisah ini asalnya dari Kaisar Wen zaman Dinasti Han,
kita semua tahu "Era Kemakmuran Wen Jing", dan Wen serta Jing dua
orang kaisar tersebut dapat mengurus negaranya dengan begitu baik, dasarnya
juga pada pengurusan dunia dengan rasa bakti. Sebenarnya jika ingin mengatur
organisasi dan rumah tangga dengan baik, bahkan mengatur negara dengan baik,
sama sekali tidak serumit yang dibayangkan. Kaisar Wen merawat ibunya persis
selama tiga tahun, ibunya sakit selama tiga tahun, beliau pun demikian dengan
tangannya sendiri menyajikan obat rebus, kemudian kondisi kesehatan ibunya juga
semakin membaik.
Lalu di zaman kini pernahkah Anda dengar ada putra putri yang selalu berada di sisi saat orang tuanya sakit? Pasti ada. Karena
seperti yang dikatakan Lao Tzu dalam《Kitab Moral》(Dào Dé Jīng)", saat negara
kacau balau, Anda barulah bisa melihat siapa bawahan yang setia. Saat orang semakin lama semakin tidak
berbakti, dari sana Anda juga dapat melihat anak berbakti yang hakiki, beliau tidak akan terbawa arus besar zaman, beliau akan bertegak teguh tak tergoyahkan; saya juga yakin saat beliau dapat melakukan perilaku
demikian, tubuh orang tuanya
juga akan pulih dengan sangat cepat. Kita sebelumnya juga pernah membahas
tentang "Meng Zong Menangisi Bambu", berhubung sebuah hati yang tulus memengaruhi rebung tersebut pun tumbuh keluar,
ibunya setelah memakannya juga luar biasa sukacita, maka penyakitnya pun
sembuh.
Dari segi tersebut, kami akan bilang dengan
anak-anak, bila sekarang ibu sedang
sakit, apakah obat tersebut perlu kamu cicipi dahulu? Tentu saja andai yang diminum ibu adalah obat Tiongkok maka boleh mengecapnya, apakah terlalu panas; andai yang diminum adalah obat medis, boleh tidak "cicipi obatnya dahulu"? Jadi kita dalam mengajar《Di Zi Gui》, setelah menangkap makna dari setiap ayat, namun haruslah sesuai dengan kondisi sehari-hari, jika tidak maka nantinya
obat tersebut diminumnya, ibunya berkata:
Mengapa kamu berbuat demikian? Guru kami yang mengajarkan, "bila orang tua sakit, cicipi obatnya dahulu". Oleh karena itu,
maka kami membimbing anak lebih lanjut, saat kamu menyunguhkan segelas air hangat tersebut, harus
mempertimbangkan jangan terlalu dingin juga jangan terlalu panas. Kita juga
akan membimbing anak untuk
berpikir, yakni saat orang tua sedang sakit, ataupun saat ada kondisi darurat, kita selaku anak harus bagaimana dalam menghadapinya? Andaikata ibu kebetulan ada tekanan darah tinggi, mendadak
sakit dan jatuh tumbang, anak
tersebut harus bagaimana? Jadi teman-teman sekalian, manajemen krisis, tidak hanya kewiraswastaan yang bicara soal manajemen krisis, dalam rumah
tangga juga harus ada manajemen krisis. Anda sejak kecil sudah mengajari anak, saat menghadapi beberapa situasi darurat harus
bagaimana menanganinya, dia pun akan sangat mengerti bagaimana saat darurat mampu menangani masalah dengan kalem tak tergesa-gesa.
Jadi dari segi apa saja yang seharusnya diperhatikan?
Di mana obat
ditempatkan? Pada saat darurat, bagaimana mendapatkan obat-obat tersebut? Andai
ada setumpuk obat di sana, dalam keadaan panik apakah dapat menemukannya? Kalang kabut.
Selanjutnya, nomor telepon pertolongan darurat berapa? 119,
110, untuk minta tolong. Selanjutnya, nomor
telepon sanak saudara terdekat lainnya, semua itu harus membuatnya tahu setiap saat, agar saat bertemu pun ia tahu bagaimana
menanganinya. Bahkan saat orang tua sedang terbaring sakit di ranjang, harus
bagaimana merawatnya, Anda pun perlu membuat anak tahu, bahkan memberinya peluang untuk melakukan. Saya yakin selama proses melakukan ia mampu mengerjakannya semakin lama semakin teliti, semakin bisa pengertian terhadap letak penderitaan pasien, ataupun letak kebutuhannya. Oleh karena itu, ini adalah "bila orang tua sakit, cicipi obatnya dahulu". Kita dapat mengembangkannya lagi lebih luas,
mengajarkan anak metode-metode
dan sikap-sikap tersebut.
Saat seseorang sakit, selain perlu mengatasi penyakit tersebut, hal apa lagi yang seharusnya
dapat dilakukan, barulah dapat membuat
penyakit orang tua, bahkan penyakit anggota keluarga kita untuk lebih cepat
sembuh? Ini juga layak untuk dipikirkan.
Dengan perkataan awam, "dokter dapat mengobati penyakit, tidak dapat
mengobati nyawa", Anda lihat banyak sekali orang yang sangat kaya, ia juga
tidak dapat panjang umur. Jadi seseorang ingin panjang umur, juga harus
memohonnya sesuai kebenaran dan hukum, di antara langit dan bumi, asalkan Anda memohon sesuai hakikat dan hukum maka semuanya dapat
terkabulkan. Pada pelajaran sebelumnya kita telah menyebutkan, derma harta
adalah penyebab sejati untuk memperoleh kekayaan, bak ungkapan bahwa semua
fenomena ada sebab dan kondisi barulah bisa muncul.
Bagaimana meningkatkan kepintaran dan kebijaksanaan seseorang? Derma ilmu memperoleh kepintaran dan
kebijaksanaan, poin ini saya lumayan merasakannya. Saya ingat saat saya ingin
mengikuti ujian masuk sekolah tinggi keguruan, maka pergi ke lembaga kursus
untuk les, saat itu saya juga menaruh beberapa harapan terhadap diri sendiri,
yakni sekali pelajaran siap dipelajari harus segera mengerti, juga sangat fokus, lalu pun duduk di barisan tiga depan. Karena yang duduk di depan pada dasarnya
lebih banyak siswa perempuan, lalu tinggi badan saya juga agak sedikit tinggi,
jadi orang di belakang semua tahu kalau di depan ada siswa yang kepalanya
menonjol keluar. Karena banyak sekali siswa perempuan yang matematika, fisika,
dan kimianya lumayan kurang, maka mereka sering mampir bertanya kepada saya, saya pun sering
menghabiskan waktu, menjelaskan kepada mereka pertanyaan yang mereka tidak
bisa. Ada salah satu teman
saya yang sangat dekat pun berjalan kemari, menepuk meja saya, memukulnya, dia
berkata: Kamu mengajar teman ini saja sudah mengajar lebih dari satu jam, kamu
sendiri masih perlu belajar tidak? Dia itu sudah tidak tahan lagi melihatnya,
mengapa kamu menghabiskan begitu banyak waktumu sendiri untuk orang lain? Saya
pun bersenyum kepadanya, saya berkata: Sebenarnya saya menjelaskan kepadanya,
saya sendiri yang memperoleh paling banyak, karena ia hanya ingin bisa
mengerjakan soal ini, saya itu mesti mengajarnya sampai
bisa, ini tidak sama! Pemikiran kami harus lebih jelas dan lebih mendalam.
Saya mengajar orang lain matematika, tetapi saya
sendiri jarang sekali mengerjakan sangat
banyak latihan, karena juga tidak ada waktu, ada banyak sekali teman sekelas
yang sampai mengerjakan soal latihan dari lembaga kursus lain. Alhasil pada
saat ujian, tahun pertama ujian, saya memperoleh nilai sembilan puluh untuk
matematika, nilai maksimalnya adalah seratus, nilai saya sembilan puluh. Tahun
kedua ujian guru pengganti, pun tidak ada belajar, karena juga tidak ada waktu,
juga memperoleh nilai delapan puluh delapan; tahun ketiga ujian lagi, juga memperoleh nilai delapan puluh delapan pula. Ini menandakan derma ilmu Anda pada saat itu, Anda
pada saat itu dengan sangat sukacita menjelaskan kepada
orang lain metode-metode tersebut, kemampuan Anda sendiri untuk menalar logis pun semakin lama semakin meningkat. Jadi benar-benar,
derma ilmu memperoleh kepintaraan dan
kebijaksanaan.
Berhubung perasaan tersebut, saya sering menanyakan sebuah pertanyaan
kepada teman-teman, saya tanya apakah
daya ingat berbanding terbalik dengan usia? Iya bukan? Bukan. Pada umumnya
orang berkata hidup semakin tua, daya ingatnya bagaimana? Akan melemah. Hidup
semakin tua daya ingat semakin melemah adalah hasil, apa penyebabnya? Tidak
digunakan lagi. Masih ada lagi? Terlalu banyak kegelisahan! Setiap hari
terselimuti awan mendung, berpikir sampai akhirnya pun tidak ingat lagi
semuanya! Jadi mengapa daya ingat seseorang melemah? Anda tidak menggunakannya, lalu ada setumpuk kegelisahan, pastinya akan semakin lama semakin melemah. Guru Li Bingnan saat mengajar pada usia sembilan
puluh tujuh tahun apakah perlu membuka buku? Tidak perlu! Benar! Oleh karena
itu, saya sejak usia dua puluh lima tahun mulai belajar kitab klasik orang kudus dan bijak, juga sangat
serius mempelajarinya, daya ingat saya pun terus bertahan pada tingkatan demikian. Memang benar bahwa menderma ilmu dapat memperoleh kepintaran dan kebijaksanaan. Lagi pula setiap orang pun mampu
melakukannya, kita harus tahu, Mensius berkata kepada kita,"Siapakah Shun? Siapakah aku? Yang telah melaksanakannya tiadalah beda".
Baik, ini adalah derma harta, yang kedua adalah derma
ilmu.
Yang terakhir, derma ketidaktakutan memperoleh kesehatan dan
panjang umur. "Ketidaktakutan" yakni membuat orang lain bebas dari rasa ngeri, ini disebut
ketidaktakutan. Kita angkat sebuah contoh yang paling konkret, contoh yang
paling nyata, wanita Singapura berusia seratus enam tahun yang bernama Teresa
Hsu. Beliau tiada hentinya membantu orang lain untuk bebas dari derita penyakit,
bahkan kesulitan dalam hidupnya, beliau pun berinisiatif untuk membantunya.
Beliau pada usia lima puluhan tahun baru belajar untuk menjadi perawat,
semangat tersebut benar-benar membuat kami sangat kagum. Beliau selalu membantu
orang lain, setiap kali menyelesaikan penderitaan orang lain, jadi beliau pun
memperoleh apa? Kesehatan dan panjang umur. Usia seratus enam tahun jalannya
sangat cepat, saat berbicara juga sangat bersemangat, tidak kelihatan telah
berumur ratusan tahun. Oleh karena itu, kebenaran harus melalui verifikasi kita
sendiri, dengan begitu keyakinan Anda barulah akan sangat penuh.
Kebetulan sebelum saya
pergi ke Australia, kakek saya (saat itu berusia delapan puluh empat tahun)
mengalami stroke. Pada saat beliau stroke, tengah malam itu, kami bergegas
menuju rumah sakit, alhasil dokter pun berkata: Usia delapan puluhan, kita
tidak berani melakukan pembedahan, namun karena yang tersumbat adalah seluruh
pembuluh darah (stroke pada umumnya itu bagaimana? Satu saluran saja, ini
adalah seluruh pembuluh darah yang tersumbat), jadi kalian bersiap-siaplah
untuk mengurus pemakaman. Ayah saya dan paman-paman serta bibi-bibi saya
semuanya sangat berbakti, menghadapi kejadian tiba-tiba ini, karena kakek saya
juga tidak ada penyakit jantung, bertubuh tinggi dan kurus, tubuhnya juga
kelihatannya sangat sehat, namun sebenarnya telah ada gejala yang muncul, cuma tidak terperhatikan.
Karena selama masa itu, kakek saya pun merasa kepalanya pusing, karena juga
tidak terpikirkan, beliau juga tidak punya tekanan darah tinggi, kepalanya
pusing, maka mengira mungkin hanya pilek, jadi gejala tersebut pun tidak
ditemukan.
Saya melihat ayah dan
juga para tetua semuanya panik, pada saat itu saya pun berkata kepada ayahku,
saya bilang derma ketidaktakutan memperoleh kesehatan dan panjang umur. Jadi saya
berkata: Pa, Anda sekarang harus memberikan saya lima puluh ribu dolar, pastinya harus uang kakek saya, karena mengambil
uangnya untuk menderma ketidaktakutan, bantuan
terhadapnya paling langsung. Tentu saja ayahku juga cukup memercayaiku, pun memberikannya kepadaku. Kemudian saya pergi ke ruang perawatan
intensif, saat tiba di sana saya pun berkomunikasi dengan kakek saya, saya
berkata: Masa kini orang yang miskin dan orang yang menghadapi kelaparan lumayan banyak, kita masih ada kemampuan lebih maka bisa membantu mereka. Alhasil kakekku pun menganggukkan
kepalanya, satu kata pun tidak dapat
diucapkannya. Saya pun bergegas menyumbang uang untuk bantuan bencana internasional, untuk membantu orang-orang
yang kesulitan tersebut. Alhasil
setelah lima hari opname di ruang perawatan intensif, kakek saya pun dipindahkan ke ruang rawat inap umum. Jadi benar-benar Anda
harus memverifikasinya.
Kemudian setelah pindah ke ruang rawat inap umum, dokter pun
menambahkan: Penderita stroke usia delapan puluhan,
tidak akan mungkin bisa jalan lagi, kalian harus bersiap sedia. Lalu pada saat
itu saya telah berhenti bekerja demi pergi ke Australia untuk belajar, saya pun
berjanjian dengan kakek saya, saya bilang "Lain kali saat saya pulang,
Anda harus berjalan di hadapan saya", membuat janji demikian dengan kakek saya. Kemudian setelah saya
pergi ke sana, karena Pure Land Learning College sedang melatih banyak sekali
guru untuk menyebarkan ilmu orang kudus dan
bijak, jadi saya juga membawa sejumlah uang ke sana untuk disumbangkan, juga
menyumbangkannya atas nama kakek saya. Kebetulan hari itu setelah menyumbang, saya membuat sebuah panggilan telepon kepada ibu saya, ibu saya berkata: Kakekmu hari ini sudah bisa
berjalan. Jadi sangat banyak kebenaran, kita pasti harus menggunakan hati yang penuh tulus untuk
membuktikannya, orang kudus pasti tidak akan mungkin berbohong. "Bila orang tua sakit, cicipi obatnya
dahulu", selain mengobati penyakitnya, masih harus mengobati nyawanya, saat derma ketidaktakutan seseorang semakin banyak, tubuhnya barulah dapat semakin sehat.
『Rawat siang
malam, tidak tinggalkan ranjang』, ini adalah suatu perilaku yang ditampilkan oleh hati penuh tulus dari anak berbakti, tentu saja andai tubuh Anda tidak begitu baik, juga jangan tetap berteguh, saat patut beristirahat maka istirahat sejenak. Tetapi asalkan orang tua membutuhkan Anda, setidaknya Anda pun dapat secara langsung mengetahuinya, Anda
juga boleh tidur di sampingnya, lalu mengambil seutas tali dan mengikatnya
dengan baik, asalkan ibu atau ayah Anda membutuhkan, sekali tarik, Anda pun
bangun. Kita harus tahu untuk berluwes, Anda jangan bilang bahwa Kaisar Wen dari Han pun
tidak tidur, saya juga mempelajarinya, tidak perlu demikian.
『Kabung tiga
tahun, sering rintih sedih』, ini menunjukkan bahwa orang tua telah meninggal
dunia. Di dalam《Kitab Bakti》ada sepatah petuah yang sangat penting, yang menyebutkan "saat melayani penuhkan rasa hormat, saat
merawat penuhkan rasa senang", kita menggunakan rasa hormat, menggunakan
sebuah hati yang ingin membuat orang tua sukacita untuk merawat mereka;
"saat sakit penuhkan rasa risau, saat berkabung
penuhkan rasa duka, saat sembahyang penuhkan rasa khidmat", yakni sewaktu
menyelenggarakan perkabungan, kita harus merindukan budi orang tua, sewaktu sembahyang harus penuh dengan rasa khidmat, tidak melupakan petuah orang tua, ini adalah tugas pokok yang seharusnya
ditunaikan oleh anak berbakti. Jadi sewaktu ritual berkabung, kita juga harus
menyelenggarakannya penuh dengan rasa khidmat, jangan ingar-bingar. Adakalanya menyelenggarakan perkabungan masih mengundang segerombolan orang untuk membantu
menangis, bermakna tidak bila
demikian? Manalah bermakna! Seharusnya budi orang tualah yang sering kita ingat dalam hati. Dan Ouyang Xiu ada sepatah petuah yang
sangat baik, beliau berkata "sembahyang dengan berlebihan, tidak sebaik merawat dengan bercukupan",
sebaik apa pun persembahan saat
sembahyang, tidak sebaik merawat orang tua dengan baik saat mereka masih hidup,
lebih bermakna. Sewaktu hidup tidak merawatnya, saat meninggal dunia
menghabiskan segitu banyak uang, itu benar-benar terlalu terbalik!
Jadi sekarang orang tua kita masih sehat walafiat, harus sangat menghargainya, merawatnya dengan baik;
saat orang tua pergi, kita juga akan merasa sangat mantap dan sangat lega,
bagaimanapun juga kita telah berdedikasi. Zaman dahulu ada sebuah pepatah,
"pohon ingin bertenang namun angin
tidak berhenti, anak ingin berbakti namun orang tua telah tiada",
penyesalan seperti ini jangan sampai lagi terjadi pada diri kita sendiri. Jika
orang tua Anda telah meninggal dunia, apakah Anda masih dapat mendedikasikan
rasa baktimu? Tentu saja bisa, asalkan Anda berdedikasi penuh "membina diri dan menjalankan hakikat, terkenal sampai ke generasi berikutnya", maka
dapat "membanggakan orang
tua". Dan kita juga berdedikasi penuh untuk mengajarkan anak kita sendiri dengan baik, agar garis keturunan klan kita dapat semakin lama semakin baik, ini juga
dapat melegakan hati arwah orang tua yang telah meninggal. Jadi ritual
berkabung diselenggarakan penuh dengan rasa khidmat, dapatlah dilaksanakan menurut keinginan orang tua. Lalu pada ritual berkabung tersebut,
kita beserta segenap klan, mengenang kontribusi orang tua kita seumur hidupnya terhadap klan ini,
dan juga harapan yang ditaruh orang tua kepada klan ini, disampaikan lewat ritual berkabung.
"Berkabung tiga tahun", "tiga tahun" ini adalah etiket kuno, harus berkabung selama tiga tahun.
"Sering merintih sedih", sangat banyak orang pun menjelaskannya menurut tulisan tersebut, ia bilang: Harus menangis tiga
tahun, bukankah itu sangat melelahkan! Jadi menjelaskan makna menurut tulisannya, orang kudus dan bijak pun berteriak
dizalimi! "Sering merintih sedih" ini adalah emosi yang secara alami akan dimiliki oleh seorang anak
berbakti. Karena anak berbakti setiap niatnya selama puluhan tahun adalah mengenang budi orang tua di dalam hatinya, saat orang
tua meninggalkannya, beliau sangat sulit menerimanya, asalkan teringat kembali orang tuanya, air matanya pun akan mengalir
tidak tertahankan, jadi "sering merintih sedih".
Karena ada rasa rindu tersebut, barulah akan『ubah tata rumah, pantang arak daging』, jadi "etiket" sebenarnya berasal dari
lubuk hati seseorang, yang dicerminkan keluar secara alami. Orang tua pun telah tiada, apakah
beliau masih akan pergi berpesta pora? Tidak akan
mungkin. Orang tua telah meninggal, maka "mengubah tata rumah", secara
alami terhadap berbagai pengaburan, terhadap arak dan
daging pun tidak ingin mengkonsumsinya. Jadi "berpantang arak dan daging".
『Kabung penuh ritual, sembahyang penuh tulus』, "sembahyang" ini yakni setiap tahun menyembahyangkan orang tua pada waktu
yang ditetapkan, ini adalah keutamaan kita sebagai orang Tiongkok yang sangat baik, jadi
ada balai leluhur.《Bidal Mengurus Rumah Tangga Zhu Zi》juga menyebutkan, "leluhur meskipun jauh, sembahyang tidak boleh tidak tulus",《Analek》juga menyebutkan,
"waswas ajal dan mengenang pendahulu, moral rakyat kembali kental". Seseorang
asalkan sering berpikir bahwa karena adanya orang tua, karena adanya leluhur,
hari ini barulah ada kami, selalu
ada rasa syukur tersebut, maka hati orang akan sangat kental.
Sembahyang harus penuh ketulusan, setiap kali
sembahyang belum tentu harus
dilaksanakan dengan sangat rumit, namun yang pasti kita harus mempertahankan secara bersinambung, melaksanakannya untuk dipelajari anak
kita. Ada seorang ayah, beliau juga melayani orang tuanya dengan sangat
berbakti, kemudian orang tuanya meninggal, beliau pun setiap waktu yang ditetapkan berziarah ke kubur, kedua anaknya pun melihatnya
dalam mata. Pada suatu hari TK mereka membagi mereka masing-masing orang sebuah
permen, permen yang sangat enak sekali, anak kecil tersebut tidak langsung
memakannya di tempat, malahan membawanya pulang dan memberikan kepada ayahnya.
Ayahnya juga sangat terharu setelah melihatnya, kemudian anaknya berkata: Ayah,
saat kakek dan nenek masih hidup, setiap kali Anda mempunyai sesuatu pun akan terlebih dahulu diberikan kepada kakek dan nenek; biarpun kakek dan
nenek telah meninggal, Anda juga sering membawa sesuatu untuk dipersembahkan,
hari ini TK kami membagi kami dua buah permen, juga diberikan dahulu kepada
ayah. Jadi ini adalah atasan melaksanakan
bawahan meneladani.
『Layan yang wafat,
bagai masih hidup』, sikap dalam melayani orang tua tidak berbeda sama
sekali dengan waktu masih hidup. Harapan dan petuah orang tua terhadap kami,
niscaya tidak akan karena kepergian orang tua maka mengalami perubahan, bahkan
harus lebih berupaya barulah benar,
harus tidak mengecewakan budi asuhan orang tua. Ada seorang anak kecil, kebetulan
neneknya meninggal dunia, mereka pun duduk di atas mobil jenazah, omnya membopong guci abu neneknya. Selama perjalanan ini agak
bergoncang, omnya segera memberitahu yang memandu mobil: Pandulah lebih lambat, karena ibuku tidak terbiasa
menumpangi mobil cepat. Anak ini setelah melihatnya juga sangat terharu, saat
kembali ke sekolah pun berkata kepada guru mereka: Guru, apakah perilaku om
saya ini adalah "layani yang wafat, bagaikan masih hidup"? Jadi
teman-teman sekalian, jangan meremehkan,
anak-anak sangatlah tanggap.
Kita bahas sampai di sini saja ayat pada "di
dalam harus berbakti". Mengajar anak "bakti" ada sangat banyak metodenya, kita pun dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan dengan baik. Mari kita
berpikir sejenak, mengajarkan anak rasa bakti, ada metode penting apa saja,
kita coba tangkap pedomannya. Yang paling
penting adalah apa? "Memberi teladan dengan perbuatan"! Jawaban standar, mari, beri tepuk tangan untuk diri sendiri! Memberi
teladan dengan perbuatan, ini sangatlah penting. Mengajarkan bakti, yang kedua
harus "kerja sama orang tua dan guru". Guru juga mengajar, orang tua
di rumah pun berkoordinasi, perilaku anak dengan sangat cepat dapat sesuai dengan aturan. Jadi ada TK di kota
Shenzhen, orang tua murid mereka setiap minggu akan mengikuti kelas pendidikan
keluarga, pun belajar《Di Zi Gui》, belajar seayat demi seayat. Jadi orang tua murid dan guru pun
berkoordinasi dengan sangat baik, pembalikan perilaku pada anak pun luar biasa
cepat, karena guru dan orang tua adalah yang paling berpengaruh pada masa kecil
anak. Anda lihat anak-anak pada masa kecilnya, buka mulut tutup mulut itu
semuanya adalah apa? "Kata papa saya", "Kata mama saya". Setelah masuk TK bilang apa? "Kata guru kami". Jadi peluang yang begitu bagus harus digunakan dengan baik, kerja sama
orang tua dan guru.
Selanjutnya, harus "koordinasi suami dan istri". Guru mengajarnya sedikit, tidak masalah, karena guru belum tentu
mengerti pentingnya mengajarkan rasa bakti, tentu saja, saat guru tidak
mengerti, Anda seharusnya bagaimana? Harus membawa《Di Zi Gui》untuk diberitahu kepada guru. Karena masyarakat adalah sebuah keinteraktifan,
kita pun jangan meremehkan kekuatan kita sendiri, pergerakan sangat banyak
sekolah di daerah Haikou, pun dipicu oleh orang tua murid. Ketika guru belum
mengajarkan, kita harus segera mengajarkannya, maka itu suami istri dapat
berkoordinasi. Karena Anda selaku ibu, andai Anda berkata kepada anakmu: Nak,
ibu melahirkanmu sangat susah payah, kamu harus berbakti kepadaku. Apakah Anda
mampu melontarkannya? Sepertinya terasa aneh, tidaklah mungkin mengklaim jasa sendiri.
Pada saat tersebut ayah dapat mengajarkan anak untuk berbakti kepada ibu, ayah
boleh berkata: Nak, kamu boleh tidak berbakti kepada saya, tetapi kamu harus
berbakti kepada ibumu. Mengapa? Karena ibumu pada saat hamil begitu susah payah, setiap hari mual dan muntah. Anda pun menuturkan satu per satu semua
jerih payah ibunya, semakin tulus Anda menceritakannya, anakmu mungkin
mendengar sampai setengah, air matanya pun menetes, dia tahu budi maka akan dapat
membalas budi! Anda jangan sampai mengatakan: Guru Cai, adegan itu saya tidak
tahu, saya waktu itu sibuk. Menjadi suami seperti ini tak memenuhi syarat, seharusnya
banyak menemani istri. Jadi suami berkata demikian, pun dapat membuat anak
terhadap budi ibunya mampu mengerti untuk diamati dan dihargai.
Istri harus membantu siapa berbicara? Membantu suami berbicara, harus
memberitahu anak, ayah bekerja sangat susah payah, membuat dia merasakan jerih payah ayahnya setiap hari, dia secara alami terhadap ayah
akan tumbuh rasa bakti yang penuh hormat. Apakah Anda pernah membantu suamimu
dengan mengatakan yang baik? Harus bilang! Dengan begitu barulah dia bisa
memahami jerih payah sebagai orang tua.
Ada beberapa wanita bukan hanya tidak membicarakan jasa suaminya, adakalanya masih di depan anak mengomeli suami sendiri, "Ayah kamu ini …", ucapan seperti ini melanggar tabu komandan militer. Ucapan seperti ini akan menimbulkan dampak yang tidak baik
seperti apa? Rasa hormat anak terhadap ayah memudar sedikit demi sedikit. Hari
ini tidak peduli suamimu membuat hal apapun yang tidak baik, kita harus dapat
"menutup keburukan menyebarkan
kebajikan". Anda pun mencari yang tidak baik saja, maka anak terhadap ayah sama sekali tidak hormat.
Ketika anak terhadap ayah tidak hormat, dapatkah sang ayah merasakannya? Dia
berkata: Istri memandang rendah saya, bahkan anak
juga memandang rendah saya, baik, saya
akan benar-benar jahat! Mungkin secara tidak tampak telah mendorongnya keluar dari rumah. Manusia
tentunya adalah baik-buruk saling bercampur, pada saat tersebut Anda pun sering
membicarakan apa saja yang sangat baik dari ayahnya, sang anak akan berkata
kepada ayahnya: Ayah, Anda dalam hal itu sangat baik, Anda dalam hal ini juga
sangat baik. Sang ayah sekali melihat anaknya begitu memandang tinggi dirinya, maka saya seharusnya lebih menghargai dan lebih membangkitkan hasrat untuk
meraih kejayaan, harus tidak mengecewakan dukungan dari anak tersebut. Secara alami dia pun
akan berkembang menuju arah yang baik. Jadi suami dan istri juga dapat
berkoordinasi bersama-sama dalam mengajarkan rasa bakti.
Dan juga, prinsip pendidikan di dalam keluarga harus konsisten,
yakni harus memiliki konsensus. Andaikan prinsip mendidik anak antara suami dan
istri tidak sama, maka anak mendengarkan siapa? Andai kakek dan nenek pun ikut
campur, maka menjadi kereta kuda berkepala berapa? Pada saat itu anak akan mendengarkan
siapa? Anak pasti memilih orang yang mana sembunyi
di belakang mereka maka akan bebas masalah, pada saat tersebut akan sulit
mendidiknya, jadi benar-benar harus banyak berkomunikasi barulah bisa. Ada
seorang wanita, dia sendiri juga secara diam-diam mengajarkan《Di Zi Gui》terlebih dahulu, dan
juga tidak berkata "Pak mertua, Anda harus
berbuat seperti ini","Suami, Anda harus berbuat seperti ini",
dia tidak demikian, dia sendiri
terlebih dahulu mengajarkan anaknya sedikit demi sedikit. Kebetulan suatu kali anaknya masuk ke kamar kakeknya, kemudian
berkata kepada kakeknya: Kakek, bolehkah saya membuka ini untuk dilihat-lihat?
Kakeknya tiba-tiba merasa anak ini begitu kecil, tak disangka begitu punya sopan santun, beliau berkata: Siapa yang mengajar kamu? Ia berkata: Ibu
yang mengajar saya, kata ibu "perkara meskipun kecil, jangan sembarangan bertindak".
Mertuanya sekali mendengarnya sangat
girang, segera pergi
memberitahu anaknya, ia berkata: Menantu sangat
berusaha dalam mendidik anak, kamu harus
berkoordinasi denganya baik-baik dengannya.
Jadi mertua masih membantunya berbicara. Rumah mereka setiap pagi saat
bangun tidur memainkan kaset pelafalan《Di Zi Gui》, untuk bangun tidur bersama.
Membantu diri barulah orang
akan membantumu, dengan sumbangsih kita yang tulus, secara alami pun
dapat membuat orang di sekeliling kita secara perlahan-lahan mencapai
konsensus. Baik, pelajaran kami hari
ini sampai di sini saja, terima kasih semuanya.