Dikutip dan diterjemahkan dari : "Seminar Hidup Bahagia – Penjelasan《Di Zi Gui》Secara Mendetail" oleh Guru Cai Lixu
pada tanggal 18 Februari 2005 (Episode 13)
Teman-teman
sekalian, selamat pagi semuanya! Yang
kita bahas kemarin adalah:
【Qīn Suǒ Hào. Lì Wèi Jù. Qīn Suǒ Wù. Jǐn Wèi Qù.】
[Yang disenangi orang tua. Berusahalah untuk
memenuhinya. Yang dijengkelkan orang tua. Berupayalah untuk menjauhinya.]
Kemarin juga mengatakan bahwa orang harus menghindari pemeliharaan kebiasaan buruk yang sangat banyak, kemarin juga membicarakan masalah
perjudian, masalah nafsu, masih ada
empat kebiasaan yang tidak boleh dikembangkan menurut kitab kuno, yakni
"sombong, boros, mesum, malas". Dalam "malas" ini, yang
paling penting adalah supaya anak sejak kecil memelihara sikap ulet, serta kebiasaan melakukan
pekerjaan rumah tangga. Kemarin juga membahas bahwa melakukan pekerjaan rumah
tangga ada manfaat apa saja? Yang
pertama, berlatih bekerja baru tahu
untuk bersyukur, mengerti untuk bersyukur; yang kedua, memelihara sikap ulet, kemampuan untuk melakukan hal
akan terakumulasi sedikit demi sedikit. Oleh karena itu, kemampuan untuk
melakukan hal niscaya bukan saat dewasa baru dipelajari, sejak kecil di dalam
rumah pun boleh dilatih; selanjutnya, melatih daya karsanya; yang terakhir,
hubungan antarmanusianya akan sangat baik.
Saya dalam proses mengajar pernah mengajar ilmu pengetahun alam, dan setiap kali setelah kelas berakhir pun ada banyak peralatan yang harus
dibereskan. Maka ada beberapa siswa secara sangat alami, Anda pun tidak menyuruhnya,
dia akan tinggal untuk membantu Anda merapikannya, membantu Anda
membersihkannya. Teman-teman
sekalian, Anda melihat siswa seperti
itu, bagaimana perasaan Anda? Sukacita timbul dalam hati. Terhadap siswa seperti itu, kita pasti akan lebih merawatnya, jadi anak yang rajin akan
sangat mudah untuk mendapatkan tuntunan
dan kepedulian serta sayang dari tetua. Dan dalam interaksi dengan usia sebaya, andaikan ia sangat rajin, juga akan berdampak langsung terhadap afinitas manusiawi. Andaikata ia pergi ke universitas untuk kuliah, andai kebetulan tinggal bersama
dengan beberapa teman dalam satu kamar asrama, sekali ia masuk dan
melihat orang lain sedang membersihkan ruang tamu, ia secara sendirinya segera melakukan bersama mereka, maka akan meninggalkan kesan apa kepada
teman-teman? Yaitu sebuah sikap
yang tahu untuk selalu membantu,
selalu pengertian
terhadap jerih payah orang lain. Meskipun belum mulai berinteraksi, tindakan ini telah
memenangkan kesan yang sangat baik dari teman terhadapnya, maka sangat mudah
berbaur ke dalam
organisasi.
Akan tetapi, andaikan di dalam rumah dia tidak pernah membantu, saat masuk ke dalam organisasi, misalnya di dalam kamar asrama, orang lain sedang
membersihkannya, ia tetap menonton televisinya, maka persepsi teman yang lain terhadapnya akan tidak baik. Tidak membantu masih tidak apa-apa,
karena di rumah tidak membantu maka tidak tahu susah payah dari orang yang
melakukannya, adakalanya setelah mengambil barang pun sembarang meletakannya, lupa ini lupa itu. Di kemudian hari sangat banyak barang
milik umum pun tidak tertemukan saat orang lain ingin memakainya, saat itu kredibilitas dan kesan terhadapnya dalam organisasi pun akan semakin lama semakin buruk, keluhan orang lain perlahan-lahan akan
terakumulasi, sehingga pada akhirnya pun akan meledak. Kita pada bagian "waswas" ada menyebutkan, "meletakkan topi dan baju, harus pada tempatnya,
jangan sembarangan menaruh, membuatnya menjadi kotor", kebiasaan hidup yang baik ini
akan memengaruhi kehidupan bermasyarakat anak di kemudian hari; jika tidak maka
bukan hanya tidak bisa meringankan pekerjaan orang, malah akan menambah kekacauan bagi orang lain. Oleh karena itu, kebiasaan ulet, kebiasaan bekerja keras, juga
berhubungan langsung terhadap hubungan antarmanusianya.
Banyak sekali
mahasiswa yang diberhentikan oleh universitasnya, apa penyebabnya? Yakni kemampuan mengatur hidup dirinya terlalu buruk, sehingga guru dan temannya pun tidak berkenan tingal bersamanya serta berinteraksi dengannya. Di
Shenzhen ada seorang mahasiswa diberhentikan oleh universitasnya, kebetulan dalam koran
memberitakan tentangnya, bergambarkan sebuah karikatur, mengenakan sebuah topi
sarjana, kemudian ibunya sedang menyuapinya makan, isinya bertuliskan
"Murid profesional dalam belajar, bayi dungu dalam berkehidupan".
Teman-teman
sekalian, jangan merasa sangat
berlebihan, dia pada masa kuliahnya benar-benar masih disuapi makan oleh
ibunya, karena ia dan ibunya adalah musuh bebuyutan, andai tidak disuapi ibunya,
maka dia tidak makan, sudah begitu besar masih begitu membuat orang tuanya cemas.
Tetapi omong-omong, mengapa anak-anak bersikap demikian? Bakal tahu akan begini, awalnya mengapa berbuat
demikian! Pada mulanya mungkin saat berumur dua atau tiga tahun, setiap kali menyuapnya perlu waktu
berapa lama? Harus berlari mengelilingi rumah; sekali suap harus satu atau dua
jam, selesai menyuapnya pinggang pun sudah hampir patah. Jadi tidak ada aturan
maka tidak membentuk kebakuan, mendidik anak pastinya harus memelihara kebiasaan hidupnya yang baik, niscaya jangan membiarkan anak sewenang-wenang; saat kebiasaannya telah terpelihara, setelah dewasa, ingin memutarbalikkannya pun sudah tidak bisa kembali. Jadi anak ini di dalam kampus, Andaikata pergi mencari guru, pergi ke
rumah guru pun tidak bisa melihat waktu, adakalanya siang hari saat guru sedang
tidur, masih juga pergi menekan bel rumah guru. Setelah masuk ingin meminjam
komputer dengan guru, makan makanan pun jatuh di mana-mana, pun tidak merapikannya. Jadi guru sangat takut
padanya, teman sekelasnya juga sangat takut padanya. Kita berharap kehidupan anak di kemudian hari dapat berjalan
lancar, maka harus memelihara kebiasaan baiknya barulah bisa, jika tidak maka
kebiasaan buruknya tersebut secara tidak berwujud adalah daya hambat yang sangat besar dalam hidupnya. Kita tahu apa saja yang baik, maka harus berdedikasi untuk
memeliharanya, apa saja yang tidak baik, harus berdedikasi untuk
memperbaikinya; tentu saja mulai dari kita yang melaksanakan, selanjutnya
menjadi teladan anak.
『Kesenangan orang tua』ini,
kita juga dapat mengembangkannya lebih luas, menganggap tidak hanya pada orang
tua, apa yang diharapkan oleh anggota keluarga kita, jika kita mampu
melakukannya maka juga harus berdedikasi untuk melakukannya. Misalnya istri dan anak pasti mengharapkan kita untuk banyak menemani
mereka, ada sepatah kata mengatakan bahwa keberhasilan apapun tidak mampu menggantikan kegagalan rumah
tangga. Banyak sekali orang yang bilang, sekarang pekerjaan saya begitu sibuk, mana ada waktu untuk
menemani anak? Mereka selalu bilang orang di lapangan, tubuhnya bukan kendali sendiri. Perkataan ini masuk
akal tidak? Ini namanya mencari alasan. Orang asal ada niat, pasti dapat melaksanakan hal dengan baik. Tentu saja memanglah benar bahwa dalam watak manusiawi juga ada sangat banyak situasi yang akan terjadi, jadi niscaya harus belajar satu kemampuan, yaitu kemampuan
untuk menolak. Kalau tidak maka semua waktu Anda akan dihabiskan pada lobi,
dihabiskan pada banyak sekali urusan yang tidak ada hubungannya dengan keluarga
maupun kehidupan kita sendiri.
Mudah tidak untuk belajar menolak? Teman-teman sekalian, Anda merasa menolak itu mudah atau tidak? Tidak mudah. Menolak orang
lain, kita dapat mengeluarkan dua senjata rahasia besar, dua senjata rahasia
ini setelah dikeluarkan, umumnya teman tidak akan mempersulit Anda. Senjata
rahasia yang pertama adalah orang tua. Andaikata teman mencarimu keluar untuk
berpesta pora, Anda benar-benar tidak ingin pergi, sekali pergi harus begadang
sampai jam satu atau dua subuh, dan apa saja yang dibicarakan? "Perkataan yang tidak mengikuti
kebenaran, senang
bertindak menurut kebijakan dangkal" membicarakan hal
tersebut, Anda benar-benar tidak ingin pergi, maka saat ini Anda dapat
memaparkan orang tua kita keluar. Lalu berkata dengannya: Saya telah berjanji
dengan ibuku harus pulang malam ini untuk menemaninya. Saya telah berjanji dengannya satu atau
dua minggu yang lalu, jadi saya harus pulang. Pada umumnya saat teman mendengar
Anda ingin pulang untuk menjenguk orang tua, ia akan bagaimana? Dia seharusnya
tidak bakal akan memaksa Anda. Bisa jadi saat Anda bilang begitu, ia juga
tiba-tiba terpikir: Saya juga sudah lama tidak pulang untuk melihat orang tua saya. Malah penolakan
Anda tersebut masih membangkitkan rasa baktinya, ini adalah senjata rahasia
yang pertama.
Senjata rahasia yang kedua adalah istri dan anak. Bila Anda tidak ingin
mengikuti lobi yang tak berarti, Anda dapat mengatakan kepadanya: Malam ini saya ingin menceritakan
kepada anak saya dua buah cerita pendidikan moral, saya telah berjanji dengannya, karena saya sekarang sedang melaksanakan《Di Zi Gui》bersama dengannya, untuk dijadikan sebagai aturan rumah kita.《Di Zi Gui》mengatakan, "setiap mengucapkan perkataan, dahulukan dapat dipercaya", anak-anak masih kecil, saya tidak ingin mengingkari janjiku kepadanya, jadi saya mesti pulang. Ketika Anda mengeluarkan kedua kartu truf ini, pada dasarnya, teman tidak akan memaksakan kehendak Anda. Andai mengeluarkan dua kartu truf tersebut pun tidak berguna, masih bersikeras memaksa Anda untuk pergi,
bagaimana? Andai ada teman seperti itu, saya pikir hidup seharusnya ada yang perlu direlakan, teman seperti ini seharusnya dihormati namun dijauhi.
Ketika kita memiliki lebih banyak waktu, maka dapat
melaksanakan『kesenangan orang tua, usaha
untuk kabul』.
Kami sebelumnya juga membahas pagi salami malam tenangi, harus
sering pulang untuk melihat orang tua, orang tua akan sangat bersukacita. Ada beberapa insan
muda ia juga akan menggunakan hari Sabtu atau
Minggu untuk pulang melihat orang tua mereka, bagaimana caranya? Membawa serta satu atau dua
anak, sekali masuk rumah langsung duduk di sofa, mulai membaca koran di sana. Suami dan istri dua-duanya duduk di sofa, anak-anak sekali masuk langsung lari ke sana kemari, kakek dan nenek sibuk bekerja dengan hati yang senang. Di dalam dapur, pagi-pagi keluar untuk berbelanja, saat kita kembali pun segera memasaknya, setelah masak lalu menyajikannya
keluar, kita meletakkan koran: Oh, saatnya makan! Kemudian makan bersama, siap makan juga tidak membantu membereskan piring, membantu mencuci piring, siap makan langsung berkata: Ma, saya sudah mau pulang. Tepuk-tepuk bokong, lalu membawa anaknya pergi. Kakek dan nenek duduk di
sofa menarik nafas beberapa kali, lelah sekali, malahan tidak pulang lebih baik, lebih tenang. Jadi kita harus memahami bahwa kita pulang untuk menjenguk orang tua, pertama adalah melaksanakan bakti, kedua juga harus lebih banyak mengasihi orang tua. Terlebih dahulu kita menelepon orang tua: Bahan-bahannya
telah kami beli. Saat sampai, suami dan istri seharusnya mengambil inisiatif untuk pergi memasak, demikian barulah dapat
mengurangi beban orang tua, maka rasa bakti kita terhadap orang tua ini barulah benar-benar terlaksanakan. Kita lihat ayat berikutnya::
【Shēn Yǒu Shāng. Yí Qīn Yōu. Dé Yǒu Shāng. Yí Qīn Xiū.】[Tubuh ada luka. Membuat orang tua risau. Moral ada cedera. Membuat orang tua malu.]
Kondisi tubuh jika tidak baik, ada cedera pada badan, akan membuat orang tua sangat khawatir. Jadi kemarin kita juga ada membicarakan bahwa penyakit masuk dari mulut, terhadap pola makan sendiri harus sangat waswas, harus ada pola makan yang sehat,
supaya orang tua tidak cemas. Selain di segi makanan, misalnya pada detail kehidupan juga harus banyak mengamati tubuh. Musim semi dan gugur ketika variasi suhu sangat besar, harus ingat untuk
menambah pakaian. Sewaktu saya mengajar, sangat
banyak siswa saat arus dingin datang
menyerang, ia pun mengenakan pakaian apa?
Mengenakan pakaian yang berlengan pendek, di sana merasa ia tidak takut dingin,
pada saat itu saya akan berkata kepadanya: Kenakan pakaianmu. Selanjutnya
saya berkata kepadanya: Andai kamu
pilek, siapa yang merawat Anda? Dia pikir-pikir: Ayah dan ibu. Saya berkata: Betul! Andai kamu sakit, kamu merawat dirimu sendiri, maka saya tidak ada
komentar; tetapi sekali kamu sakit pun menyusahkan keluargamu, jadi kamu seharusnya bertanggung jawab untuk
menjaga dirimu agar tidak sakit. Kamu lihat sekali
kamu sakit, ibumu masih harus meminta izin, masih mengendarai sepeda motor untuk membawamu pergi melihat dokter, lalu membawamu kembali ke rumah. Dan bukan hanya sibuk begitu saja,
beliau saat bekerja di kantor, hatinya tenteram atau tidak? Tidak
tenteram. Jadi harus selalu memperhatikan kehangatan badan,
jangan membiarkan tubuh kedinginan. Andaikata kita sedang berolahraga, saat mendaki gunung akan ada banyak keringat
bercucuran, jadi saat berolahraga juga harus ingat untuk membawa
handuk, membawa pakaian kering. Ketika pada detail-detail tersebut kita dapat mengamati tubuh, maka orang tua terhadapmu akan semakin
lama semakin lapang hati.
Banyak insan muda (pemuda), ia berkata: Mengapa orang tuaku mengaturku begitu banyak!
Saya akan balik bertanya kepadanya: Mengapa orang tua mengaturmu begitu banyak?
Tentu saja karena
sangat banyak perilakumu tidak dapat membuat orang
tua lapang
hati. Andaikan kamu benar-benar dapat merawat diri sendiri dengan baik, dan orang tua lapang hati terhadapmu, maka kamu dapat memperoleh kebebasan yang sejati. Andaikan kamu tidak bisa merawat diri sendiri
dalam sangat banyak hal, orang tua malahan tidak mengingatkanmu, maka
bukankah orang tua tidak memenuhi tanggung jawabnya! Kamu harus pengertian terhadap usaha orang tua,
kemudian harus membuat dirimu lebih paham, dengan begitu barulah kamu
benar-benar bebas serta membuat orang tua lapang
hati. Oleh karena itu, kehidupan
kita juga harus punya aturan, jangan sering begadang, begadang satu hari perlu berapa hari baru
dapat memulihkannya kembali? Mungkin perlu beberapa hari barulah bisa pulih
kembali. Kita selalu mengacuhkan pola
makan, mengacuhkan pola hidup, agar tubuh kita
sendiri bisa
ada pemeliharaan yang sangat baik.
Ada seorang anak yang pilek, ia menulis satu kalimat pada diarinya, dia berkata: Saya pilek, saya sangat merana, bukan tidak sedap karena saya pilek, tetapi karena pilek adalah tidak berbakti. Anda lihat anak yang menerima petuah《Di Zi Gui》, kemampuan pengamatan dan kemampuan introspeksi dirinya dalam sangat banyak hal pun akan berbeda dengan anak pada
umumnya.《Kitab Bakti》pada "Bab Pembukaan Hakikat" juga memberikan kita sebuah petuah yang penting, hakikat bakti seseorang pasti harus mulai diterapkan dari menyayangi tubuhnya sendiri, bagai
ungkapan "tubuh, rambut, serta kulit,
diterima dari orang tua, tidak berani merusaknya, inilah awal dari bakti".
Selanjutnya kita lihat ayat berikutnya,『moral ada cedara, orang tua malu』. Ketika budi pekerti kita ada cedera, akan membuat orang tua menanggung malu, akan membuat anggota
keluarga menanggung malu, bahkan akan membuat bangsa dan negara menanggung malu. Pada masa akhir
Dinasti Han, ada seorang kanselir bernama Dong Zhuo, setelah Dong Zhuo memperoleh kekuasaan maka ia
menggunakan kekuasaan itu untuk memberontak, kemudian sangat banyak orang bangkit untuk
menyerangnya. Nasib Dong Zhuo di kemudian hari sangat tidak baik, klannya semua dihukum mati, ibunya yang sudah berusia sembilan puluh tahun lebih, masih
harus ke tempat eksekusi untuk
dihukum mati. Jadi ketika kita sebagai seorang anak, andai perilaku kita masih menyebabkan penderitaan orang tua yang begitu besar, maka benar-benar tidak melaksanakan tugas
seorang anak dengan baik. Walau sekarang sudah tidak ada hukuman
"pemusnahan sembilan keturunan" lagi, namun andaikan dalam karier kita
terjadi masalah, misalnya perusahaan kita pailit, kemungkinan besar akan mengimplikasikan orang tua. Orang tua telah bersusah payah setengah hayat, pada
saat itu bahkan dana pensiunnya pun tidak dapat dipertahankan; bahkan kemungkinan
besar pada masa tua masih harus menjalani
pengadilan, pada
saat itu akan sangat suram. Jadi kehidupan kita sebagai
anak haruslah
berintegritas, harus bertapak dan maju dengan mantap,jangan menargetkan terlalu tinggi dan
jauh, menyebabkan diri kita
berbuat kesalahan, dan juga mengimplikasikan orang tua kita sendiri. Jadi "moral ada cedera, membuat
orang tua malu".
Lalu moral tiada cedera, andaikan budi
pekerti kita dapat meningkat tiada hentinya, dan menggunakan moral kita untuk
menciptakan berkah bagi masyarakat, menciptakan berkah bagi negara, maka dapat melaksanakan yang tertulis dalam《Kitab Bakti》, "membina diri dan menjalankan hakikat, terkenal sampai ke generasi
berikutnya, untuk membanggakan orang tua", ini merupakan "akhir dari bakti". "Untuk membanggakan orang tua", apakah harus orang
tua telah meninggal baru dapat membanggakannya? Bukan! Anda saat itu juga pada usia
sangat muda sudah dapat mengabdi kepada masyarakat dengan baik, orang tua Anda akan bangga akan hal tersebut, maka hatinya selama
sisa kehidupan akan sangat lega. Mensius
memiliki sepatah
petuah yang sangat penting, Mensius
berkata, "melayani
siapa yang terpenting? Melayani orang tualah yang
terpenting", melayani orang tua, adalah hal yang paling utama dalam hidup;
"menjaga apa yang terpenting? Menjaga akhlaklah yang terpenting",
terhadap pengelolaan hidup sendiri, "menjaga akhlaklah yang
terpenting", yakni menjaga tubuh kita sendiri, serta nama baik, jangan
sampai melakukan hal yang melanggar budi pekerti, yang melanggar hukum, sehingga membuat orang tua canggung. Ketika
perilaku kita tidak sesuai dengan budi pekerti, orang tua menanggung malu, anggota keluarga juga
menanggung malu, bahkan generasi berikutnya juga mungkin menanggung malu. Sekarang karena internet terlalu canggih, pertukaran antarmanusia sangat sering
terjadi, andaikan tidak punya kemampuan menilai, lalu juga tidak berakal
budi, kemungkinan besar akan
melakukan hal-hal yang dapat membuat kita sendiri menyesal seumur hidup, jadi
menjaga akhlak sangatlah penting.
Saat ini dalam masyarakat banyak sekali beredar
"cinta satu malam", hal ini tidak hanya diri sendiri menanggung malu,
mungkin anaknya pun tidak dapat menengadahkan kepalanya, sehingga kita sendiri
harus waswas dalam ucapan dan perilaku, tidak boleh membuat malu dirinya sendiri. Sebenarnya mengapa orang bisa membuat kekhilafan seperti itu? Dari aspek pria, mungkin karena terlalu memuaskan nafsu, ini semuanya karena semenjak kecil tidak mempunyai tekad, hidupnya
hanya diaburkan dengan bersenang-senang diri. Jadi dengan membuat anak mempunyai tekad,
maka dia tidak akan terpengaruh oleh pencemaran sosial. Mengapa para wanita juga bisa melakukan kekhilafan tersebut? Kebanyakan adalah karena senang akan kemasyhuran batil, senang akan kemasyhuran batil maka sangat suka mendengarkan kata-kata manis, banyak sekali pria yang beriktikad tidak benar, dia menggunakan retorika, maka kemungkinan besar akan
membuat para wanita tersebut mengambil langkah yang salah. Jadi kita sendiri
juga harus introspeksi diri, tidak boleh melakukan kekhilafan seperti itu. Selanjutnya, harus membuat anak sejak kecil
tidak senang akan kemasyhuran
batil, membuat anak harus mempunyai tekad dalam hidup, hidup
berbekal, budi pekerti dalam hidup ada peningkatan, maka tidak akan berbuat sesuatu yang "salah selangkah sehingga menyesal sehayat". Ini adalah "moral ada cedera, membuat
orang tua malu".
【Qīn Ài Wǒ. Xiào Hé Nán. Qīn Zēng Wǒ. Xiào Fāng Xián.】[Orang tua menyayangi saya.
Berbakti tidaklah susah. Orang tua membenci saya. Masih berbakti barulah
bijak.]
Jika orang tua
berinteraksi sangat baik dengan kita, kita juga akan
berupaya untuk melayani orang tua. Tentu saja ada kalanya orang tua juga
memiliki emosi yang buruk, pada saat itu kita juga harus mampu toleransi, serta
mampu mengampuni, karena
emosi setiap orang pun ada pasang surutnya. Dalam
interaksi antarmanusia, kita harus ingat satu prinsip, "tidak peduli orang
lain benar atau tidak, kita sendiri pasti harus berbuat benar". Andai hari ini orang tua di segi
emosional memperlakukan kita kurang baik, kita juga menggunakan emosi yang buruk untuk menghadapi orang
tua, sebenarnya orang tua salah, kita juga salah! Andaikan kita salah, apakah kita
masih berhak untuk mengkritik kesalahan orang lain? Sudah tidak ada lagi. Jadi
tidak peduli apakah orang tua, ataupun kerabat dan teman di sekitar Anda, biarpun
mereka menggunakan sikap yang salah dalam memperlakukan Anda, kita tetap harus
menggunakan sikap yang tepat untuk menghadapi mereka, kalau tidak kita juga sama tingkat pemahamannya dengan mereka, sama sekali tidak berhak untuk
mengatakan orang lain salah. Ini adalah sikap yang berakal budi, tidak peduli orang lain benar atau tidak, saya sendiri terlebih dahulu pasti harus berbuat benar. Karena adanya sikap tersebut dalam hidup, maka Tiongkok ada banyak sekali filsuf kudus, semuanya
dapat pada situasi『orang tua benci』, beliau tetap dapat
mempertahankan rasa baktinya yang penuh tulus tersebut. Juga berhubung adanya rasa bakti yang penuh
tulus tersebut, dapat memutarbalikkan suasana keluarga,
sehingga keluarga menjadi akur.
Pada zaman Dinasti Zhou, ada seorang anak berbakti bernama Min Ziqian,
ibunya meninggal lebih awal, ayahnya mencarikannya seorang ibu tiri. Ibu tiri
memperlakukannya kurang baik, saat membuat pakaian untuk musim dingin, karena kemudian
ibu tirinya melahirkan dua anak lagi, maka menggunakan kapas untuk membuat mantel kedua adiknya, akan tetapi menggunakan lalang untuk membuat pakaiannya. Pakaian yang dibuat memang
sangat besar, tampak mengembang,
tetapi lalang tidak menghangatkan. Kebetulan ayahnya menyuruhnya untuk mengemudi
kereta, karena angin dingin bergemuruh
bertiup kemari, jadi Min Ziqian sambil mengemudi kereta sambil gemetaran. Ayahnya sekali lihat pakaian yang dipakainya sudah begitu
tebal masih gemetaran. Perilakumu ini akan membuat nama baik ibu tirimu rusak, setelah orang lain
melihatnya mungkin akan berpikir ibu tiri menganiaya anak. Sebab itu pun sangat gusar, dan
mengambil cambuk lalu mencambuk Min Ziqian, alhasil sekali dicambuk, pakaiannya
robek, lalang pun terbang keluar. Ayahnya sangat gusar setelah melihatnya, ibu
tiri ini mana boleh menganiaya anakku? Maka sekali pulang rumah penuh
emosi dan ingin menceraikan sang ibu tiri.
Dalam keadaan panik seperti ini, Min Ziqian langsung berlutut, beliau pun memohon kepada
ayahnya, beliau berkata ayah, jangan mengusir ibu tiri, karena "ibu berada satu anak kedinginan, ibu pergi tiga anak piatu"; pada saat
ibu ada, hanya saya sendiri yang kedinginan, andai ibu pergi, saya dan dua adik
akan kelaparan dan kedinginan. Min Ziqian mengeluarkan kata-kata tersebut, ayahnya setelah mendengarnya sangat
tersentuh, emosinya pun reda. Ibu tirinya pun semakin merasa sangat bersalah. Seorang anak yang begitu kecil pun setiap niatnya dapat berpikir untuk anak-anaknya, juga
untuk dirinya, sedangkan dirinya yang
sudah begitu dewasa malah hitung-hitungan dengan seorang anak. Jadi niat Min Ziqian ini, moralnya ini memengaruhi ibu tirinya, sejak itu keluarganya menjadi sangat akur.
Teman-teman
sekalian, andaikan Min Ziqian tidak menggunakan pengampunan dan toleransi tersebut, tidak menggunakan rasa bakti yang penuh tulus dalam menghadapi ibu
tirinya, keluarga tersebut di
kemudian hari akan bagaimana? Keluarga akan menjadi porak-poranda. Oleh karena itu, orang dalam menghadapi masalah, niscaya tidak boleh bertindak impulsif, andai setiap
kali membalas dendam dengan dendam,
hasilnya pasti tidak sempurna. Kita harus percaya bahwa "dengan ketulusan yang murni, logam dan batu pun terbelah",
dengan hati yang tulus, dengan rasa bakti, barulah dapat mempertunjukkan adegan-adegan yang seru dalam kehidupan.
Selain itu ada juga seorang anak berbakti bernama Wang Xiang, dalam
sejarah ada sebuah cerita yang sangat terkenal, berjudul "Wang Xiang Membelah Es". Yakni pada saat cuaca yang sangat
dingin, ibu tirinya menyuruh beliau untuk pergi menangkap ikan untuk dirinya,
apakah ada ikan yang bisa ditangkap pada permukaan penuh es dan salju? Tidak! Andaikan Wang Xiang tidak pergi menangkap ikan maka akan bagaimana? Mungkin akan dipukuli, bahkan ibu
tirinya tidak mengizinkannya masuk. Terhadap perlakuan ibu tiri seperti itu,
beliau tetap tidak mengeluh, masih juga pergi ke permukaan penuh es dan salju serta menangis sendirian. Berhubung ketulusan
hatinya ini, langit dan bumi pun
terharu, maka permukaan tanah terbelah, lompat keluarlah dua ekor ikan, beliau
pun membawa pulang dua ekor ikan untuk ibu tirinya. Tentu saja, tuntutan yang
tidak masuk akal jelas bukan hanya hal ini saja. Dalam sangat banyak hal juga mempersulitnya dengan segala cara, namun Wang Xiang tidak
mundur karena itu. Pernah sekali saat
di luar akan turun hujan, ibu tirinya berkata kepadanya: Sekarang di luar sedang hujan deras
disertai angin, andai buah di atas pohon jatuh, maka
saya akan menghukummu. Wang Xiang pun berlari keluar untuk memeluk pohon
tersebut sambil menangis, memohon agar mereka tidak jatuh. Niat sejati ini juga
mengharukan, kita bilang tumbuhan serta mineral akan bertimpal balik dengan niat manusia. Dan benar-benar buah yang jatuh juga tidak banyak. Jadi sangat banyak situasi pun berhubung rasa bakti Wang Xiang
tersebut barulah dapat mengubah bahaya menjadi aman.
Jadi teman-teman sekalian, ingin menyentuh hati
seseorang dan memengaruhi seseorang mudah tidak? Tidak gampang! Harus sangat
sabar barulah bisa. Wang Xiang menyentuh hati ibu
tirinya bukan pada masa kecil, saat beliau sudah dewasa, juga telah menikah,
ibu tirinya bukan hanya menganiayanya, bahkan istrinya juga ikut dianiaya. Tetapi moralnya tersebut telah membuat adiknya Wang Lan terharu , Wang Lan adalah adik yang
dilahirkan ibu tirinya. Karena moralnya, jadi adiknya sangat hormat terhadapnya, setiap kali ibu tiri menganiaya Wang Xiang serta istri Wang
Xiang, Wang Lan selalu mengajak istrinya bersama-sama untuk membantu Wang Xiang sang abang. Lalu moral Wang Xiang semakin lama semakin baik, reputasinya juga tersebar luas, ibu tirinya merasa cemburu,
sangat tidak girang, tak disangka ia memberikan minuman beracun (arak racun) untuk diminum
Wang Xiang. Alhasil karena adiknya telah mengetahui sebelumnya, dalam keadaan
panik
tersebut, adiknya merebut kemari arak tersebut, langsung hendak
membantu kakaknya untuk meminumnya. Teman-teman sekalian, adiknya telah memakai apa untuk menasihati ibunya? Menasihati ibu dengan taruhan nyawa. Jadi ibunya pun serta-merta membuat arak itu
tertumpah, sendiri juga merasa sangat bersalah, tak disangka anaknya dapat mengorbankan nyawanya untuk mempertahankan abangnya, ia sebagai manusia mana boleh begitu tidak mengenal batasan? Tindakan
ini juga membangkitkan pengetahuan
intuitif ibunya. Jadi ketulusan mutlak dua bersaudara, juga berhasil
mengubah suasana keluarga.
Di dalam pemerintahan ada seorang pejabat bernama Lü
Qian, Lü Qian memiliki sebuah pedang pusaka, ia pun memberikannya
kepada Wang Xiang, ia bilang orang yang memiliki pedang pusaka ini dapat
memberkati anak cucunya, semuanya akan sangat berprestasi. Saat Wang Xiang menerima pedang pusaka ini, apa niat pertamanya? Bukan
memilikinya untuk diri sendiri, segera menghadiahkan kepada adiknya, juga mendoakan generasi penerus adiknya dapat makmur.
Benar-benar ada abang beradik yang seperti ini, moral yang begitu baik, generasi penerusnya pasti akan mendapat
pengajaran yang sangat baik, karena《Kitab
Perubahan》mengatakan, "keluarga yang mengakumulasi kebajikan, pasti mendapat berkah berlimpah". Oleh karena itu, generasi
penerus Wang
Xiang dan Wang Lan turun-temurun sembilan
generasi semuanya adalah menteri besar, semuanya adalah pejabat tinggi dalam pemerintahan, melayani masyarakat dan negara. Oleh karena itu, kita benar-benar harus
menggunakan sebuah
hati yang tulus, untuk memperbaiki hal-hal yang tidak
sempurna dalam keluarga. Ini namanya『orang tua benci, bakti baru bijak』. Selanjutnya kita lihat ayat berikutnya, mari kita bacakan
satu kali bersama-sama:
【Qīn Yǒu Guò. Jiàn Shǐ Gēng. Yí Wú Sè. Róu Wú Shēng. Jiàn Bú Rù. Yuè Fù Jiàn. Hào Qì
Suí. Tà Wú Yuàn.】
[Terjemahan harfiah:
"Orang tua khilaf. Nasihat untuk ubah. Ramahkan tampang saya. Lembutkan suara saya. Nasihat tidak masuk. Riang nasihat lagi. Serta dengan tangis.
Pukul tidak dendam."
Terjemahan:
"Orang tua ada kekhilafan. Menasihati supaya diperbaiki. Ramahkan tampang saya. Lembutkan suara saya. Tidak
berhasil menasihati. Diulang lagi saat riang. Disertai dengan tangisan. Walaupun dipukul tidak dendam."]
Yang disebutkan di sini adalah orang tua ada kekhilafan,『orang
tua』ini kita juga dapat mengembangkan maknanya, yakni seluruh anggota keluarga dan teman kita memiliki kekhilafan, kita
semuanya punya tanggung jawab untuk menasihati, yakni『orang tua khilaf, nasihat untuk ubah, ramahkan tampang saya, lembutkan suara saya; nasihat tidak masuk, riang nasihat lagi, serta
dengan tangis, pukul tidak dendam』. Sebenarnya ayat ini sangat terperinci, yakni tidak hanya memberitahu kita bahwa menasihati anggota keluarga adalah tugas
pokok kita, bahkan metode, sikap, maupun kesempatan untuk menasihati pun telah ditunjukkan keluar.
Mari kita lihat, dalam menasihati seseorang seharusnya memperhatikan: Yang pertama adalah iktikad, yang kedua harus memperhatikan kesempatan, yang
ketiga harus memperhatikan sikap dan metode, keempat yang masih harus diperhatikan adalah
harus sangat sabar. Menasihati seseorang juga tidak mudah, sangat perlu pembinaan diri. Pernahkah
Anda saat menasihati kerabat
dan teman, langsung menasihati, ia mulai saat itu langsung berubah, apakah ada teman yang demikian? Andaikan ada, Anda pasti harus
memperkenalkannya kepada saya, karena mungkin beliau reinkarnasi dari Yan Yuan.
Karena Yan Yuan berhasil melaksanakan apa? "Tiada kekhilafan kedua". Sekarang masih ada orang seperti itu, niscaya harus menyuruhnya keluar untuk
menyebarluaskan budaya Tiongkok. Pada umumnya orang dewasa dikarenakan banyak sekali perilakunya bukan terbentuk dalam
satu atau dua hari, bagai
ungkapan "es membeku tiga kaki, bukan karena kedinginan satu hari", telah membeku begitu lama, apimu itu harus perlahan-lahan
memanggangnya barulah dapat mencairkannya.
Oleh karena itu, pada awal kita menasihati kerabat dan teman, harus terlebih dahulu mengamati iktikad kita sendiri, niscaya harus ada sebuah rasa yang setiap niatnya berpikir
untuk kebaikan orang lain, dan bukan
semacam pengekangan: Anda harus menuruti saya, tidak boleh tidak menuruti saya. Andai kita memiliki sikap
yang mengekang seperti itu,
suatu sikap yang memaksa, mungkin akan
timbul efek
berlawanan. Jadi kita ada beberapa pengalaman, ada
yang menasihati orang lain sampai bertengkar pun ada, bahkan menyebabkan pihak lain berang karena kesal dan malu. Dengan
begitu kita telah kehilangan tujuan awal yang sesungguhnya dari menasihati dia. Oleh karena itu, harus selalu ingat iktikad ini, yakni berharap supaya ia
lebih baik. Pada saat niat tersebut sangat tegar, baik metode maupun sikap secara alami akan
Anda perbaiki.
Seperti sewaktu kami mengajar, banyak sekali anak yang
sangat suka untuk datang mengadu. Saat dia datang mengadu, maka kami akan
bertanya: Sekarang kamu mengatakan temanmu berbuat salah dalam hal tertentu,
kamu datang memberitahu guru dengan niat apa? Apakah senang atas penderitaan orang? Atau benar-benar ingin teman tersebut untuk mengubah kekhilafan? Supaya anak-anak juga melihat iktikad mereka sendiri. Lalu kami
berkata lagi kepada dia: Andaikan kamu benar-benar berharap teman tersebut mengubah kekhilafan,
maka kamu yang pergi sendiri
dan bilang kepadanya, tidak perlu
guru yang bilang. Tentu saja
dengan premis, Anda harus membina beberapa
sikap
dalam bertingkah laku dan melakukan hal yang sangat baik di dalam kelasmu. Andaikata, segenap kelas pernah belajar《Di Zi Gui》, di dalam《Di Zi Gui》ada sepatah ayat berbunyi "gentar saat mendengar sanjungan, gembira saat mendengar
kritikan, penasihat yang jujur, akan semakin mendekat", seseorang saat menghadapi pujian orang lain,
bisa merasa takut dan gentar; saat menanggapi nasihat orang lain, bisa merasa
terima kasih karena telah menunjukkan kekurangaku. Saat segenap kelas memiliki
sikap tersebut, siswa ini pergi menasihati siswa yang lain, mereka pun dapat saling menyukseskan dan
berterima kasih, maka akan tampak siswa lain membungkukkan badan kepadanya: Terima kasih, telah
menunjukkan kekurangan saya. Ketika anak tahu untuk menasihati orang lain, dan ketika anak
juga tahu untuk menerima nasihat orang lain, sikap demikian akan menjadi daya
bantu yang sangat besar dalam hidupnya. Oleh karena
itu, menasihati orang lain pertama-tama harus terlebih dahulu memperhatikan masalah iktikad.
Yang kedua, kesempatan. Pada kesempatan apa menasihati orang akan lebih baik? Dengan perkataan awam, "menyebar kebajikan pada tempat umum, menasihati kekhilafan pada kamar pribadi",
saat memuji keunggulan dari orang lain, memuji kebajikan yang dilakukan oleh orang
lain, Anda boleh membicarakannya dalam kerumunan, karena dapat membuat orang lain "melihat kebajikan orang, berpikir untuk
menyamai"; Anda memberinya afirmasi, ia juga akan lebih
proaktif dalam berupaya. Namun saat menasihati, menasihati kekhilafan orang lain
seharusnya secara pribadi, saat tidak ada orang lain. Mengapa? Mengapa harus tidak
ada orang lain? Karena kita sebagai orang dewasa yang paling penting adalah apa? Gengsi!
Gengsi sangat mahal, betul tidak? Satu kati gengsi harganya berapa? Jadi budi
pekerti dan ilmu seseorang bila
ingin berprestasi, terlebih dahulu harus memasarkan
sesuatu, harus memasarkan gengsi. Nanti kalau ada yang mau menjual, saya yang membelinya. Tetapi watak manusiawi harus punya
pengertian, harus dapat mempertimbangkan gengsi orang lain, jadi harus "menasihati kekhilafan pada kamar pribadi".
Saat Anda membuat tindakan semacam ini, pihak lain juga akan merasa Anda sangat
berpikir deminya. Andaikan Anda membicarakannya di depan umum, mungkin akan langsung terjadi konflik
dan perdebatan, jadi menasihati kekhilafan pada kamar pribadi, ini adalah menangkap kesempatan yang tepat.
Di dalam《Analek》juga ada sebuah ayat mengatakan, "patut untuk berkata, namun tidak mengatakan", kesempatan telah tiba, Anda boleh
menasihati dia, tetapi Anda malah tidak menasihatinya, ini adalah "lalai peran"; kita pun telah
melalaikan tugas, melalaikan tugas sebagai putra dan putri, ataupun melalaikan tugas sebagai teman. "Tidak patut untuk berkata, namun mengatakan",
kesempatan masih
belum sampai, Anda terlalu terburu-buru, maka
sudah mengatakan kepadanya, ini
adalah "lalai
ucapan"; Anda mungkin telah salah dalam berkata, niat
bajik Anda mungkin telah melakukan
hal yang jahat, maka
lalai ucapan.
Jadi menasihati, dalam segenap lima hubungan manusia harus ada tugas pokok demikian, ayah dan anak harus menasihati, atasan dan bawahan juga
harus menasihati. Karena Anda mengemban tanggung jawab ini dari perusahaan, maka seharusnya memiliki tanggung jawab untuk
melayani perusahaan dengan baik, tentu saja juga harus melayani pemimpin dengan
baik, jadi hubungan antara atasan dan bawahan juga harus menasihati. Selanjutnya suami-istri, tentu sajalah harus, harus menyokong suami dan
mendidik anak. Selanjutnya, abang beradik juga harus saling menasihati, serta antara teman, semua
ini adalah tugas
pokok kita sebagai manusia. Jadi harus meningkatkan
kebijaksanaan kita dalam menasihati orang lain, barulah dapat melalui ucapan kita menjadi daya bantu bagi kehidupan kerabat dan teman kita.
Ayat dalam《Di Zi Gui》ini mengatakan『nasihat tidak masuk, riang nasihat lagi』kata "riang" ini
punya ilmu besar. Yakni pada saat pertama kali
orang tua tidak menerima, harus menasihati lagi pada waktu apa? Kapan?
Pada waktu girang. Jadi saat itu harus mencermati situasi dan kondisi, "diulang lagi saat riang". Sikap dan metodenya?
"Ramahkan tampang saya, lembutkan suara saya", ini adalah sikap, kita menenteramkan hati
dan emosi; karena jika Anda emosi, maka akan membuat dia juga emosi, Anda tidak
emosi, ia pun tidak mudah emosi. Jadi kita harus "ramahkan tampang saya, lembutkan
suara saya", kemudian juga harus menangkap kesempatan yang tepat untuk menasihati. Selanjutnya "diulang lagi saat riang", apa arti dari "diulang" ini? Betul, berulang-ulang kali, maka
diulang harus sangat sabar barulah bisa. Kesabaran ini muncul dari mana? Dari
rasa bakti, rasa mengasihi, rasa penuh
dedikasi kesetiaan dalam bertugas, niscaya akan dapat terus melakukannya.
Jadi andaikan hari ini kita tidak
efektik dalam menasihati orang lain, kita harus
memahami bahwa masalahnya bukan pada pihak lain, tetapi pada kita sendiri. Saat kita
selalu mengintrospeksi diri, maka kebijaksanaan kita dalam menasihati orang lain akan semakin
lama semakin tinggi, secara alami orang lain pun akan merasakan ketulusan hati
kita, maka pasti akan mengubahnya menjadi baik. Oleh karena itu, kita memegang sebuah sikap bahwa andai orang lain tidak mendengarkan nasihat kita, adalah karena kita "moral belum terbina", jadi
"pengaruh belum optimal", timpal baliknya masih belum sampai.
Menasihati orang lain masih ada sebuah prosedur sebelum pelaksanaan, yang juga harus kita pertimbangkan. Konfusius di dalam《Analek》menyebutkan "orang berbudi sudah dipercayai
barulah menasihati", orang berbudi dalam menasihati orang lain ada sebuah premis, niscaya terlebih dahulu harus pihak
lain sangat
percaya kepadanya, beliau barulah menasihatinya; andai pihak lain masih
belum cukup percaya
kepadanya, "belum dipercayai, maka dikira
memfitnah dirinya", andai pihak lain masih belum yakin dengan kita, kita sudah menasihatinya, dia mungkin akan mengira apakah kita sengaja memfitnahnya. Jadi hari ini ingin menasihati orang lain, pertama-tama
harus memenangkan kepercayaan yang sangat mendalam dari pihak lain kepada
kita. Jadi ayah, pemimpin, ataupun belahan jiwamu, temanmu, saudaramu terhadap Anda ada kepercayaan, Anda menasihati barulah akan efektif.
Bagaimana memenangkan kepercayaan orang lain? Kita pun sangat mendambakan anggota keluarga dan teman sangat
percaya kepada kita, apakah kepercayaan
didapat dari meminta? Kepercayaan jelas bukan dari meminta! Kita seringkali pun sangat kagum, afinitas manusiawi
Anda mengapa begitu baik? Mengapa semuanya begitu memercayai
Anda? Kita hanya berkisar pada akibat, tidak memikirkan dari sebabnya. Baik! Pada pelajaran berikutnya kita baru coba pahami, mengapa seseorang dapat memenangkan
kepercayaan orang lain! Terima kasih semuanya.