Minggu, 24 Mei 2015

Episode 13

Dikutip dan diterjemahkan dari : "Seminar Hidup Bahagia – PenjelasanDi Zi GuiSecara Mendetail" oleh Guru Cai Lixu pada tanggal 18 Februari 2005 (Episode 13)

Teman-teman sekalian, selamat pagi semuanya! Yang kita bahas kemarin adalah:
Qīn Suǒ Hào. Lì Wèi Jù. Qīn Suǒ Wù. Jǐn Wèi Qù.
[Yang disenangi orang tua. Berusahalah untuk memenuhinya. Yang dijengkelkan orang tua. Berupayalah untuk menjauhinya.]
Kemarin juga mengatakan bahwa orang harus menghindari pemeliharaan kebiasaan buruk yang sangat banyak, kemarin juga membicarakan masalah perjudian, masalah nafsu, masih ada  empat kebiasaan yang tidak boleh dikembangkan menurut kitab kuno, yakni "sombong, boros, mesum, malas". Dalam "malas" ini, yang paling penting adalah supaya anak sejak kecil memelihara sikap ulet, serta kebiasaan melakukan pekerjaan rumah tangga. Kemarin juga membahas bahwa melakukan pekerjaan rumah tangga ada manfaat apa saja? Yang pertama, berlatih bekerja baru tahu untuk bersyukur, mengerti untuk bersyukur; yang kedua, memelihara sikap ulet, kemampuan untuk melakukan hal akan terakumulasi sedikit demi sedikit. Oleh karena itu, kemampuan untuk melakukan hal niscaya bukan saat dewasa baru dipelajari, sejak kecil di dalam rumah pun boleh dilatih; selanjutnya, melatih daya karsanya; yang terakhir, hubungan antarmanusianya akan sangat baik.
Saya dalam proses mengajar pernah mengajar ilmu pengetahun alam, dan setiap kali setelah kelas berakhir pun ada banyak peralatan yang harus dibereskan. Maka ada beberapa siswa secara sangat alami, Anda pun tidak menyuruhnya, dia akan tinggal untuk membantu Anda merapikannya, membantu Anda membersihkannya. Teman-teman sekalian, Anda melihat siswa seperti itu, bagaimana perasaan Anda? Sukacita timbul dalam hati. Terhadap siswa seperti itu, kita pasti akan lebih merawatnya, jadi anak yang rajin akan sangat mudah untuk mendapatkan tuntunan dan kepedulian serta sayang dari tetua. Dan dalam interaksi dengan usia sebaya, andaikan ia sangat rajin, juga akan berdampak langsung terhadap afinitas manusiawi. Andaikata ia pergi ke universitas untuk kuliah, andai kebetulan tinggal bersama dengan beberapa teman dalam satu kamar asrama, sekali ia masuk dan melihat orang lain sedang membersihkan ruang tamu, ia secara sendirinya segera melakukan bersama mereka, maka akan meninggalkan kesan apa kepada teman-teman? Yaitu sebuah sikap yang tahu untuk selalu membantu, selalu pengertian terhadap jerih payah orang lain. Meskipun belum mulai berinteraksi, tindakan ini telah memenangkan kesan yang sangat baik dari teman terhadapnya, maka sangat mudah berbaur ke dalam organisasi.
Akan tetapi, andaikan di dalam rumah dia tidak pernah membantu, saat masuk ke dalam organisasi, misalnya di dalam kamar asrama, orang lain sedang membersihkannya, ia tetap menonton televisinya, maka persepsi teman yang lain terhadapnya akan tidak baik. Tidak membantu masih tidak apa-apa, karena di rumah tidak membantu maka tidak tahu susah payah dari orang yang melakukannya, adakalanya setelah mengambil barang pun sembarang meletakannya, lupa ini lupa itu. Di kemudian hari sangat banyak barang milik umum pun tidak tertemukan saat orang lain ingin memakainya, saat itu kredibilitas dan kesan terhadapnya dalam organisasi pun akan semakin lama semakin buruk, keluhan orang lain perlahan-lahan akan terakumulasi, sehingga pada akhirnya pun akan meledak. Kita pada bagian "waswas" ada menyebutkan, "meletakkan topi dan baju, harus pada tempatnya, jangan sembarangan menaruh, membuatnya menjadi kotor", kebiasaan hidup yang baik ini akan memengaruhi kehidupan bermasyarakat anak di kemudian hari; jika tidak maka bukan hanya tidak bisa meringankan pekerjaan orang, malah akan menambah kekacauan bagi orang lain. Oleh karena itu, kebiasaan ulet, kebiasaan bekerja keras, juga berhubungan langsung terhadap hubungan antarmanusianya.
Banyak sekali mahasiswa yang diberhentikan oleh universitasnya, apa penyebabnya? Yakni kemampuan mengatur hidup dirinya terlalu buruk, sehingga guru dan temannya pun tidak berkenan tingal bersamanya serta berinteraksi dengannya. Di Shenzhen ada seorang mahasiswa diberhentikan oleh universitasnya, kebetulan dalam koran memberitakan tentangnya, bergambarkan sebuah karikatur, mengenakan sebuah topi sarjana, kemudian ibunya sedang menyuapinya makan, isinya bertuliskan "Murid profesional dalam belajar, bayi dungu dalam berkehidupan". Teman-teman sekalian, jangan merasa sangat berlebihan, dia pada masa kuliahnya benar-benar masih disuapi makan oleh ibunya, karena ia dan ibunya adalah musuh bebuyutan, andai tidak disuapi ibunya, maka dia tidak makan, sudah begitu besar masih begitu membuat orang tuanya cemas.
Tetapi omong-omong, mengapa anak-anak bersikap demikian? Bakal tahu akan begini, awalnya mengapa berbuat demikian! Pada mulanya mungkin saat berumur dua atau tiga tahun, setiap kali menyuapnya perlu waktu berapa lama? Harus berlari mengelilingi rumah; sekali suap harus satu atau dua jam, selesai menyuapnya pinggang pun sudah hampir patah. Jadi tidak ada aturan maka tidak membentuk kebakuan, mendidik anak pastinya harus memelihara kebiasaan hidupnya yang baik, niscaya jangan membiarkan anak sewenang-wenang; saat kebiasaannya telah terpelihara, setelah dewasa, ingin memutarbalikkannya pun sudah tidak bisa kembali. Jadi anak ini di dalam kampus, Andaikata pergi mencari guru, pergi ke rumah guru pun tidak bisa melihat waktu, adakalanya siang hari saat guru sedang tidur, masih juga pergi menekan bel rumah guru. Setelah masuk ingin meminjam komputer dengan guru, makan makanan pun jatuh di mana-mana, pun tidak merapikannya. Jadi guru sangat takut padanya, teman sekelasnya juga sangat takut padanya. Kita berharap kehidupan anak di kemudian hari dapat berjalan lancar, maka harus memelihara kebiasaan baiknya barulah bisa, jika tidak maka kebiasaan buruknya tersebut secara tidak berwujud adalah daya hambat yang sangat besar dalam hidupnya. Kita tahu apa saja yang baik, maka harus berdedikasi untuk memeliharanya, apa saja yang tidak baik, harus berdedikasi untuk memperbaikinya; tentu saja mulai dari kita yang melaksanakan, selanjutnya menjadi teladan anak.
Kesenangan orang tuaini, kita juga dapat mengembangkannya lebih luas, menganggap tidak hanya pada orang tua, apa yang diharapkan oleh anggota keluarga kita, jika kita mampu melakukannya maka juga harus berdedikasi untuk melakukannya. Misalnya istri dan anak pasti mengharapkan kita untuk banyak menemani mereka, ada sepatah kata mengatakan bahwa keberhasilan apapun tidak mampu menggantikan kegagalan rumah tangga. Banyak sekali orang yang bilang, sekarang pekerjaan saya begitu sibuk, mana ada waktu untuk menemani anak? Mereka selalu bilang orang di lapangan, tubuhnya bukan kendali sendiri. Perkataan ini masuk akal tidak? Ini namanya mencari alasan. Orang asal ada niat, pasti dapat melaksanakan hal dengan baik. Tentu saja memanglah benar bahwa dalam watak manusiawi juga ada sangat banyak situasi yang akan terjadi, jadi niscaya harus belajar satu kemampuan, yaitu kemampuan untuk menolak. Kalau tidak maka semua waktu Anda akan dihabiskan pada lobi, dihabiskan pada banyak sekali urusan yang tidak ada hubungannya dengan keluarga maupun kehidupan kita sendiri.
Mudah tidak untuk belajar menolak? Teman-teman sekalian, Anda merasa menolak itu mudah atau tidak? Tidak mudah. Menolak orang lain, kita dapat mengeluarkan dua senjata rahasia besar, dua senjata rahasia ini setelah dikeluarkan, umumnya teman tidak akan mempersulit Anda. Senjata rahasia yang pertama adalah orang tua. Andaikata teman mencarimu keluar untuk berpesta pora, Anda benar-benar tidak ingin pergi, sekali pergi harus begadang sampai jam satu atau dua subuh, dan apa saja yang dibicarakan? "Perkataan yang tidak mengikuti kebenaran, senang bertindak menurut kebijakan dangkal" membicarakan hal tersebut, Anda benar-benar tidak ingin pergi, maka saat ini Anda dapat memaparkan orang tua kita keluar. Lalu berkata dengannya: Saya telah berjanji dengan ibuku harus pulang malam ini untuk menemaninya. Saya telah berjanji dengannya satu atau dua minggu yang lalu, jadi saya harus pulang. Pada umumnya saat teman mendengar Anda ingin pulang untuk menjenguk orang tua, ia akan bagaimana? Dia seharusnya tidak bakal akan memaksa Anda. Bisa jadi saat Anda bilang begitu, ia juga tiba-tiba terpikir: Saya juga sudah lama tidak pulang untuk melihat orang tua saya. Malah penolakan Anda tersebut masih membangkitkan rasa baktinya, ini adalah senjata rahasia yang pertama.
Senjata rahasia yang kedua adalah istri dan anak. Bila Anda tidak ingin mengikuti lobi yang tak berarti, Anda dapat mengatakan kepadanya: Malam ini saya ingin menceritakan kepada anak saya dua buah cerita pendidikan moral, saya telah berjanji dengannya, karena saya sekarang sedang melaksanakanDi Zi Guibersama dengannya, untuk dijadikan sebagai aturan rumah kita.Di Zi Guimengatakan, "setiap mengucapkan perkataan, dahulukan dapat dipercaya", anak-anak masih kecil, saya tidak ingin mengingkari janjiku kepadanya, jadi saya mesti pulang. Ketika Anda mengeluarkan kedua kartu truf ini, pada dasarnya, teman tidak akan memaksakan kehendak Anda. Andai mengeluarkan dua kartu truf tersebut pun tidak berguna, masih bersikeras memaksa Anda untuk pergi, bagaimana? Andai ada teman seperti itu, saya pikir hidup seharusnya ada yang perlu direlakan, teman seperti ini seharusnya dihormati namun dijauhi.
Ketika kita memiliki lebih banyak waktu, maka dapat melaksanakankesenangan orang tua, usaha untuk kabul. Kami sebelumnya juga membahas pagi salami malam tenangi, harus sering pulang untuk melihat orang tua, orang tua akan sangat bersukacita. Ada beberapa insan muda ia juga akan menggunakan hari Sabtu atau Minggu untuk pulang melihat orang tua mereka, bagaimana caranya? Membawa serta satu atau dua anak, sekali masuk rumah langsung duduk di sofa, mulai membaca koran di sana. Suami dan istri dua-duanya duduk di sofa, anak-anak sekali masuk langsung lari ke sana kemari, kakek dan nenek sibuk bekerja dengan hati yang senang. Di dalam dapur, pagi-pagi keluar untuk berbelanja, saat kita kembali pun segera memasaknya, setelah masak lalu menyajikannya keluar, kita meletakkan koran: Oh, saatnya makan! Kemudian makan bersama, siap makan juga tidak membantu membereskan piring, membantu mencuci piring, siap makan langsung berkata: Ma, saya sudah mau pulang. Tepuk-tepuk bokong, lalu membawa anaknya pergi. Kakek dan nenek duduk di sofa menarik nafas beberapa kali, lelah sekali, malahan tidak pulang lebih baik, lebih tenang. Jadi kita harus memahami bahwa kita pulang untuk menjenguk orang tua, pertama adalah melaksanakan bakti, kedua juga harus lebih banyak mengasihi orang tua. Terlebih dahulu kita menelepon orang tua: Bahan-bahannya telah kami beli. Saat sampai, suami dan istri seharusnya mengambil inisiatif untuk pergi memasak, demikian barulah dapat mengurangi beban orang tua, maka rasa bakti kita terhadap orang tua ini barulah benar-benar terlaksanakan. Kita lihat ayat berikutnya::
Shēn Yǒu Shāng. Yí Qīn Yōu. Dé Yǒu Shāng. Yí Qīn Xiū.[Tubuh ada luka. Membuat orang tua risau. Moral ada cedera. Membuat orang tua malu.]
Kondisi tubuh jika tidak baik, ada cedera pada badan, akan membuat orang tua sangat khawatir. Jadi kemarin kita juga ada membicarakan bahwa penyakit masuk dari mulut, terhadap pola makan sendiri harus sangat waswas, harus ada pola makan yang sehat, supaya orang tua tidak cemas. Selain di segi makanan, misalnya pada detail kehidupan juga harus banyak mengamati tubuh. Musim semi dan gugur ketika variasi suhu sangat besar, harus ingat untuk menambah pakaian. Sewaktu saya mengajar, sangat banyak siswa saat arus dingin datang menyerang, ia pun mengenakan pakaian apa? Mengenakan pakaian yang berlengan pendek, di sana merasa ia tidak takut dingin, pada saat itu saya akan berkata kepadanya: Kenakan pakaianmu. Selanjutnya saya berkata kepadanya: Andai kamu pilek, siapa yang merawat Anda? Dia pikir-pikir: Ayah dan ibu. Saya berkata: Betul! Andai kamu sakit, kamu merawat dirimu sendiri, maka saya tidak ada komentar; tetapi sekali kamu sakit pun menyusahkan keluargamu, jadi kamu seharusnya bertanggung jawab untuk menjaga dirimu agar tidak sakit. Kamu lihat sekali kamu sakit, ibumu masih harus meminta izin, masih mengendarai sepeda motor untuk membawamu pergi melihat dokter, lalu membawamu kembali ke rumah. Dan bukan hanya sibuk begitu saja, beliau saat bekerja di kantor, hatinya tenteram atau tidak? Tidak tenteram. Jadi harus selalu memperhatikan kehangatan badan, jangan membiarkan tubuh kedinginan. Andaikata kita sedang berolahraga, saat mendaki gunung akan ada banyak keringat bercucuran, jadi saat berolahraga juga harus ingat untuk membawa handuk, membawa pakaian kering. Ketika pada detail-detail tersebut kita dapat mengamati tubuh, maka orang tua terhadapmu akan semakin lama semakin lapang hati.
Banyak insan muda (pemuda), ia berkata: Mengapa orang tuaku mengaturku begitu banyak! Saya akan balik bertanya kepadanya: Mengapa orang tua mengaturmu begitu banyak? Tentu saja karena sangat banyak perilakumu tidak dapat membuat orang tua lapang hati. Andaikan kamu benar-benar dapat merawat diri sendiri dengan baik, dan orang tua lapang hati terhadapmu, maka kamu dapat memperoleh kebebasan yang sejati. Andaikan kamu tidak bisa merawat diri sendiri dalam sangat banyak hal, orang tua malahan tidak mengingatkanmu, maka bukankah orang tua tidak memenuhi tanggung jawabnya! Kamu harus pengertian terhadap usaha orang tua, kemudian harus membuat dirimu lebih paham, dengan begitu barulah kamu benar-benar bebas serta membuat orang tua lapang hati. Oleh karena itu, kehidupan kita juga harus punya aturan, jangan sering begadang, begadang satu hari perlu berapa hari baru dapat memulihkannya kembali? Mungkin perlu beberapa hari barulah bisa pulih kembali. Kita selalu mengacuhkan pola makan, mengacuhkan pola hidup, agar tubuh kita sendiri bisa ada pemeliharaan yang sangat baik.
Ada seorang anak yang pilek, ia menulis satu kalimat pada diarinya, dia berkata: Saya pilek, saya sangat merana, bukan tidak sedap karena saya pilek, tetapi karena pilek adalah tidak berbakti. Anda lihat anak yang menerima petuahDi Zi Gui, kemampuan pengamatan dan kemampuan introspeksi dirinya dalam sangat banyak hal pun akan berbeda dengan anak pada umumnya.Kitab Baktipada "Bab Pembukaan Hakikat" juga memberikan kita sebuah petuah yang penting, hakikat bakti seseorang pasti harus mulai diterapkan dari menyayangi tubuhnya sendiri, bagai ungkapan "tubuh, rambut, serta kulit, diterima dari orang tua, tidak berani merusaknya, inilah awal dari bakti".
Selanjutnya kita lihat ayat berikutnya,moral ada cedara, orang tua malu. Ketika budi pekerti kita ada cedera, akan membuat orang tua menanggung malu, akan membuat anggota keluarga menanggung malu, bahkan akan membuat bangsa dan negara menanggung malu. Pada masa akhir Dinasti Han, ada seorang kanselir bernama Dong Zhuo, setelah Dong Zhuo memperoleh kekuasaan maka ia menggunakan kekuasaan itu untuk memberontak, kemudian sangat banyak orang bangkit untuk menyerangnya. Nasib Dong Zhuo di kemudian hari sangat tidak baik, klannya semua dihukum mati, ibunya yang sudah berusia sembilan puluh tahun lebih, masih harus ke tempat eksekusi untuk dihukum mati. Jadi ketika kita sebagai seorang anak, andai perilaku kita masih menyebabkan penderitaan orang tua yang begitu besar, maka benar-benar tidak melaksanakan tugas seorang anak dengan baik. Walau sekarang sudah tidak ada hukuman "pemusnahan sembilan keturunan" lagi, namun andaikan dalam karier kita terjadi masalah, misalnya perusahaan kita pailit, kemungkinan besar akan mengimplikasikan orang tua. Orang tua telah bersusah payah setengah hayat, pada saat itu bahkan dana pensiunnya pun tidak dapat dipertahankan; bahkan kemungkinan besar pada masa tua masih harus menjalani pengadilan, pada saat itu akan sangat suram. Jadi kehidupan kita sebagai anak haruslah berintegritas, harus bertapak dan maju dengan mantapjangan menargetkan terlalu tinggi dan jauh, menyebabkan diri kita berbuat kesalahan, dan juga mengimplikasikan orang tua kita sendiri. Jadi "moral ada cedera, membuat orang tua malu".
Lalu moral tiada cedera, andaikan budi pekerti kita dapat meningkat tiada hentinya, dan menggunakan moral kita untuk menciptakan berkah bagi masyarakat, menciptakan berkah bagi negara, maka dapat melaksanakan yang tertulis dalamKitab Bakti, "membina diri dan menjalankan hakikat, terkenal sampai ke generasi berikutnya, untuk membanggakan orang tua", ini merupakan "akhir dari bakti". "Untuk membanggakan orang tua", apakah harus orang tua telah meninggal baru dapat membanggakannya? Bukan! Anda saat itu juga pada usia sangat muda sudah dapat mengabdi kepada masyarakat dengan baik, orang tua Anda akan bangga akan hal tersebut, maka hatinya selama sisa kehidupan akan sangat lega. Mensius memiliki sepatah petuah yang sangat penting, Mensius berkata, "melayani siapa yang terpenting? Melayani orang tualah yang terpenting", melayani orang tua, adalah hal yang paling utama dalam hidup; "menjaga apa yang terpenting? Menjaga akhlaklah yang terpenting", terhadap pengelolaan hidup sendiri, "menjaga akhlaklah yang terpenting", yakni menjaga tubuh kita sendiri, serta nama baik, jangan sampai melakukan hal yang melanggar budi pekerti, yang melanggar hukum, sehingga membuat orang tua canggung. Ketika perilaku kita tidak sesuai dengan budi pekerti, orang tua menanggung malu, anggota keluarga juga menanggung malu, bahkan generasi berikutnya juga mungkin menanggung malu. Sekarang karena internet terlalu canggih, pertukaran antarmanusia sangat sering terjadi, andaikan tidak punya kemampuan menilai, lalu juga tidak berakal budi, kemungkinan besar akan melakukan hal-hal yang dapat membuat kita sendiri menyesal seumur hidup, jadi menjaga akhlak sangatlah penting.
Saat ini dalam masyarakat banyak sekali beredar "cinta satu malam", hal ini tidak hanya diri sendiri menanggung malu, mungkin anaknya pun tidak dapat menengadahkan kepalanya, sehingga kita sendiri harus waswas dalam ucapan dan perilaku, tidak boleh membuat malu dirinya sendiri. Sebenarnya mengapa orang bisa membuat kekhilafan seperti itu? Dari aspek pria, mungkin karena terlalu memuaskan nafsu, ini semuanya karena semenjak kecil tidak mempunyai tekad, hidupnya hanya diaburkan dengan bersenang-senang diri. Jadi dengan membuat anak mempunyai tekad, maka dia tidak akan terpengaruh oleh pencemaran sosial. Mengapa para wanita juga bisa melakukan kekhilafan tersebut? Kebanyakan adalah karena senang akan kemasyhuran batil, senang akan kemasyhuran batil maka sangat suka mendengarkan kata-kata manis, banyak sekali pria yang beriktikad tidak benar, dia menggunakan retorika, maka kemungkinan besar akan membuat para wanita tersebut mengambil langkah yang salah. Jadi kita sendiri juga harus introspeksi diri, tidak boleh melakukan kekhilafan seperti itu. Selanjutnya, harus membuat anak sejak kecil tidak senang akan kemasyhuran batil, membuat anak harus mempunyai tekad dalam hidup, hidup berbekal, budi pekerti dalam hidup ada peningkatan, maka tidak akan berbuat sesuatu yang "salah selangkah sehingga menyesal sehayat". Ini adalah "moral ada cedera, membuat orang tua malu".
Qīn Ài Wǒ. Xiào Hé Nán. Qīn Zēng Wǒ. Xiào Fāng Xián.[Orang tua menyayangi saya. Berbakti tidaklah susah. Orang tua membenci saya. Masih berbakti barulah bijak.]
Jika orang tua berinteraksi sangat baik dengan kita, kita juga akan berupaya untuk melayani orang tua. Tentu saja ada kalanya orang tua juga memiliki emosi yang buruk, pada saat itu kita juga harus mampu toleransi, serta mampu mengampuni, karena emosi setiap orang pun ada pasang surutnya. Dalam interaksi antarmanusia, kita harus ingat satu prinsip, "tidak peduli orang lain benar atau tidak, kita sendiri pasti harus berbuat benar". Andai hari ini orang tua di segi emosional memperlakukan kita kurang baik, kita juga menggunakan emosi yang buruk untuk menghadapi orang tua, sebenarnya orang tua salah, kita juga salah! Andaikan kita salah, apakah kita masih berhak untuk mengkritik kesalahan orang lain? Sudah tidak ada lagi. Jadi tidak peduli apakah orang tua, ataupun kerabat dan teman di sekitar Anda,  biarpun mereka menggunakan sikap yang salah dalam memperlakukan Anda, kita tetap harus menggunakan sikap yang tepat untuk menghadapi mereka, kalau tidak kita juga sama tingkat pemahamannya dengan mereka, sama sekali tidak berhak untuk mengatakan orang lain salah. Ini adalah sikap yang berakal budi, tidak peduli orang lain benar atau tidak, saya sendiri terlebih dahulu pasti harus berbuat benar. Karena adanya sikap tersebut dalam hidup, maka Tiongkok ada banyak sekali filsuf kudus, semuanya dapat pada situasiorang tua benci, beliau tetap dapat mempertahankan rasa baktinya yang penuh tulus tersebut. Juga berhubung adanya rasa bakti yang penuh tulus tersebut, dapat memutarbalikkan suasana keluarga, sehingga keluarga menjadi akur.
Pada zaman Dinasti Zhou, ada seorang anak berbakti bernama Min Ziqian, ibunya meninggal lebih awal, ayahnya mencarikannya seorang ibu tiri. Ibu tiri memperlakukannya kurang baik, saat membuat pakaian untuk musim dingin, karena kemudian ibu tirinya melahirkan dua anak lagi, maka menggunakan kapas untuk membuat mantel kedua adiknya,  akan tetapi menggunakan lalang untuk membuat pakaiannya. Pakaian yang dibuat memang sangat besar, tampak mengembang, tetapi lalang tidak menghangatkan. Kebetulan ayahnya menyuruhnya untuk mengemudi kereta, karena angin dingin bergemuruh bertiup kemari, jadi Min Ziqian sambil mengemudi kereta sambil gemetaran. Ayahnya sekali lihat pakaian yang dipakainya sudah begitu tebal masih gemetaran. Perilakumu ini akan membuat nama baik ibu tirimu rusak, setelah orang lain melihatnya mungkin akan berpikir ibu tiri menganiaya anak. Sebab itu pun sangat gusar, dan mengambil cambuk lalu mencambuk Min Ziqian, alhasil sekali dicambuk, pakaiannya robek, lalang pun terbang keluar. Ayahnya sangat gusar setelah melihatnya, ibu tiri ini mana boleh menganiaya anakku? Maka sekali pulang rumah penuh emosi dan ingin menceraikan sang ibu tiri.
Dalam keadaan panik seperti ini, Min Ziqian langsung berlutut, beliau pun memohon kepada ayahnya, beliau berkata ayah, jangan mengusir ibu tiri, karena "ibu berada satu anak kedinginan, ibu pergi tiga anak piatu"; pada saat ibu ada, hanya saya sendiri yang kedinginan, andai ibu pergi, saya dan dua adik akan kelaparan dan kedinginan. Min Ziqian mengeluarkan kata-kata tersebut, ayahnya setelah mendengarnya sangat tersentuh, emosinya pun reda. Ibu tirinya pun semakin merasa sangat bersalah. Seorang anak yang begitu kecil pun setiap niatnya dapat berpikir untuk anak-anaknya, juga untuk dirinya, sedangkan dirinya yang sudah begitu dewasa malah hitung-hitungan dengan seorang anak. Jadi niat Min Ziqian ini, moralnya ini memengaruhi ibu tirinya, sejak itu keluarganya menjadi sangat akur.
Teman-teman sekalian, andaikan Min Ziqian tidak menggunakan pengampunan dan toleransi tersebut, tidak menggunakan rasa bakti yang penuh tulus dalam menghadapi ibu tirinya, keluarga tersebut di kemudian hari akan bagaimana? Keluarga akan menjadi porak-poranda. Oleh karena itu, orang dalam menghadapi masalah, niscaya tidak boleh bertindak impulsif, andai setiap kali membalas dendam dengan dendam, hasilnya pasti tidak sempurna. Kita harus percaya bahwa "dengan ketulusan yang murni, logam dan batu pun terbelah", dengan hati yang tulus, dengan rasa bakti, barulah dapat mempertunjukkan adegan-adegan yang seru dalam kehidupan.
Selain itu ada juga seorang anak berbakti bernama Wang Xiang, dalam sejarah ada sebuah cerita yang sangat terkenal, berjudul "Wang Xiang Membelah Es". Yakni pada saat cuaca yang sangat dingin, ibu tirinya menyuruh beliau untuk pergi menangkap ikan untuk dirinya, apakah ada ikan yang bisa ditangkap pada permukaan penuh es dan salju? Tidak! Andaikan Wang Xiang tidak pergi menangkap ikan maka akan bagaimana? Mungkin akan dipukuli, bahkan ibu tirinya tidak mengizinkannya masuk. Terhadap perlakuan ibu tiri seperti itu, beliau tetap tidak mengeluh, masih juga pergi ke permukaan penuh es dan salju serta menangis sendirian. Berhubung ketulusan hatinya ini, langit dan bumi pun terharu, maka permukaan tanah terbelah, lompat keluarlah dua ekor ikan, beliau pun membawa pulang dua ekor ikan untuk ibu tirinya. Tentu saja, tuntutan yang tidak masuk akal jelas bukan hanya hal ini saja. Dalam sangat banyak hal juga mempersulitnya dengan segala cara, namun Wang Xiang tidak mundur karena itu. Pernah sekali saat di luar akan turun hujan, ibu tirinya berkata kepadanya: Sekarang di luar sedang hujan deras disertai angin, andai buah di atas pohon jatuh, maka saya akan menghukummu. Wang Xiang pun berlari keluar untuk memeluk pohon tersebut sambil menangis, memohon agar mereka tidak jatuh. Niat sejati ini juga mengharukan, kita bilang tumbuhan serta mineral akan bertimpal balik dengan niat manusia. Dan benar-benar buah yang jatuh juga tidak banyak. Jadi sangat banyak situasi pun berhubung rasa bakti Wang Xiang tersebut barulah dapat mengubah bahaya menjadi aman.
Jadi teman-teman sekalian, ingin menyentuh hati seseorang dan memengaruhi seseorang mudah tidak? Tidak gampang! Harus sangat sabar barulah bisa. Wang Xiang menyentuh hati ibu tirinya bukan pada masa kecil, saat beliau sudah dewasa, juga telah menikah, ibu tirinya bukan hanya menganiayanya, bahkan istrinya juga ikut dianiaya. Tetapi moralnya tersebut telah membuat adiknya Wang Lan terharu , Wang Lan adalah adik yang dilahirkan ibu tirinya. Karena moralnya, jadi adiknya sangat hormat terhadapnya, setiap kali ibu tiri menganiaya Wang Xiang serta istri Wang Xiang, Wang Lan selalu mengajak istrinya bersama-sama untuk membantu Wang Xiang sang abang. Lalu moral Wang Xiang semakin lama semakin baik, reputasinya juga tersebar luas, ibu tirinya merasa cemburu, sangat tidak girang, tak disangka ia memberikan minuman beracun (arak racun) untuk diminum Wang Xiang. Alhasil karena adiknya telah mengetahui sebelumnya, dalam keadaan panik tersebut, adiknya merebut kemari arak tersebut, langsung hendak membantu kakaknya untuk meminumnya. Teman-teman sekalian, adiknya telah memakai apa untuk menasihati ibunya? Menasihati ibu dengan taruhan nyawa. Jadi ibunya pun serta-merta membuat arak itu tertumpah, sendiri juga merasa sangat bersalah, tak disangka anaknya dapat mengorbankan nyawanya untuk mempertahankan abangnya, ia sebagai manusia mana boleh begitu tidak mengenal batasan? Tindakan ini juga membangkitkan pengetahuan intuitif ibunya. Jadi ketulusan mutlak dua bersaudara, juga berhasil mengubah suasana keluarga.
Di dalam pemerintahan ada seorang pejabat bernama Lü Qian, Lü Qian memiliki sebuah pedang pusaka, ia pun memberikannya kepada Wang Xiang, ia bilang orang yang memiliki pedang pusaka ini dapat memberkati anak cucunya, semuanya akan sangat berprestasi. Saat Wang Xiang menerima pedang pusaka ini, apa niat pertamanya? Bukan memilikinya untuk diri sendiri, segera menghadiahkan kepada adiknya, juga mendoakan generasi penerus adiknya dapat makmur. Benar-benar ada abang beradik yang seperti ini, moral yang begitu baik, generasi penerusnya pasti akan mendapat pengajaran yang sangat baik, karenaKitab Perubahanmengatakan, "keluarga yang mengakumulasi kebajikan, pasti mendapat berkah berlimpah". Oleh karena itu, generasi penerus Wang Xiang dan Wang Lan turun-temurun sembilan generasi semuanya adalah menteri besar, semuanya adalah pejabat tinggi dalam pemerintahan, melayani masyarakat dan negara. Oleh karena itu, kita benar-benar harus menggunakan sebuah hati yang tulus, untuk memperbaiki hal-hal yang tidak sempurna dalam keluarga. Ini namanyaorang tua benci, bakti baru bijak. Selanjutnya kita lihat ayat berikutnya, mari kita bacakan satu kali bersama-sama:
 Qīn Yǒu Guò. Jiàn Shǐ Gēng. Yí Wú Sè. Róu Wú Shēng. Jiàn Bú Rù. Yuè Fù Jiàn. Hào Qì Suí. Tà Wú Yuàn.
[Terjemahan harfiah:
"Orang tua khilaf. Nasihat untuk ubah. Ramahkan tampang saya. Lembutkan suara saya. Nasihat tidak masuk. Riang nasihat lagi. Serta dengan tangis. Pukul tidak dendam."
Terjemahan:
"Orang tua ada kekhilafan. Menasihati supaya diperbaiki. Ramahkan tampang saya. Lembutkan suara saya. Tidak berhasil menasihati. Diulang lagi saat riang. Disertai dengan tangisan. Walaupun dipukul tidak dendam."]
Yang disebutkan di sini adalah orang tua ada kekhilafan,orang tuaini kita juga dapat mengembangkan maknanya, yakni seluruh anggota keluarga dan teman kita memiliki kekhilafan, kita semuanya punya tanggung jawab untuk menasihati, yakniorang tua khilaf, nasihat untuk ubah, ramahkan tampang saya, lembutkan suara saya; nasihat tidak masuk, riang nasihat lagi, serta dengan tangis, pukul tidak dendam. Sebenarnya ayat ini sangat terperinci, yakni tidak hanya memberitahu kita bahwa menasihati anggota keluarga adalah tugas pokok kita, bahkan metode, sikap, maupun kesempatan untuk menasihati pun telah ditunjukkan keluar.
Mari kita lihat, dalam menasihati seseorang seharusnya memperhatikan: Yang pertama adalah iktikad, yang kedua harus memperhatikan kesempatan, yang ketiga harus memperhatikan sikap dan metode, keempat yang masih harus diperhatikan adalah harus sangat sabar. Menasihati seseorang juga tidak mudah, sangat perlu pembinaan diri. Pernahkah Anda saat menasihati kerabat dan teman, langsung menasihati, ia mulai saat itu langsung berubah, apakah ada teman yang demikian? Andaikan ada, Anda pasti harus memperkenalkannya kepada saya, karena mungkin beliau reinkarnasi dari Yan Yuan. Karena Yan Yuan berhasil melaksanakan apa? "Tiada kekhilafan kedua". Sekarang masih ada orang seperti itu, niscaya harus menyuruhnya keluar untuk menyebarluaskan budaya Tiongkok. Pada umumnya orang dewasa dikarenakan banyak sekali perilakunya bukan terbentuk dalam satu atau dua hari, bagai ungkapan "es membeku tiga kaki, bukan karena kedinginan satu hari", telah membeku begitu lama, apimu itu harus perlahan-lahan memanggangnya barulah dapat mencairkannya.
Oleh karena itu, pada awal kita menasihati kerabat dan teman, harus terlebih dahulu mengamati iktikad kita sendiri, niscaya harus ada sebuah rasa yang setiap niatnya berpikir untuk kebaikan orang lain, dan bukan semacam pengekangan: Anda harus menuruti saya, tidak boleh tidak menuruti saya. Andai kita memiliki sikap yang mengekang seperti itu, suatu sikap yang memaksa, mungkin akan timbul efek berlawanan. Jadi kita ada beberapa pengalaman, ada yang menasihati orang lain sampai bertengkar pun ada, bahkan menyebabkan pihak lain berang karena kesal dan malu. Dengan begitu kita telah kehilangan tujuan awal yang sesungguhnya dari menasihati dia. Oleh karena itu, harus selalu ingat iktikad ini, yakni berharap supaya ia lebih baik. Pada saat niat tersebut sangat tegar, baik metode maupun sikap secara alami akan Anda perbaiki.
Seperti sewaktu kami mengajar, banyak sekali anak yang sangat suka untuk datang mengadu. Saat dia datang mengadu, maka kami akan bertanya: Sekarang kamu mengatakan temanmu berbuat salah dalam hal tertentu, kamu datang memberitahu guru dengan niat apa? Apakah senang atas penderitaan orang? Atau benar-benar ingin teman tersebut untuk mengubah kekhilafan? Supaya anak-anak juga melihat iktikad mereka sendiri. Lalu kami berkata lagi kepada dia: Andaikan kamu benar-benar berharap teman tersebut mengubah kekhilafan, maka kamu yang pergi sendiri dan bilang kepadanya, tidak perlu guru yang bilang. Tentu saja dengan premis, Anda harus membina beberapa sikap dalam bertingkah laku dan melakukan hal yang sangat baik di dalam kelasmu. Andaikata, segenap kelas pernah belajarDi Zi Gui, di dalamDi Zi Guiada sepatah ayat berbunyi "gentar saat mendengar sanjungan, gembira saat mendengar kritikan, penasihat yang jujur, akan semakin mendekat", seseorang saat menghadapi pujian orang lain, bisa merasa takut dan gentar; saat menanggapi nasihat orang lain, bisa merasa terima kasih karena telah menunjukkan kekurangaku. Saat segenap kelas memiliki sikap tersebut, siswa ini pergi menasihati siswa yang lain, mereka pun dapat saling menyukseskan dan berterima kasih, maka akan tampak siswa lain membungkukkan badan kepadanya: Terima kasih, telah menunjukkan kekurangan saya. Ketika anak tahu untuk menasihati orang lain, dan ketika anak juga tahu untuk menerima nasihat orang lain, sikap demikian akan menjadi daya bantu yang sangat besar dalam hidupnya. Oleh karena itu, menasihati orang lain pertama-tama harus terlebih dahulu memperhatikan masalah iktikad.
Yang kedua, kesempatan. Pada kesempatan apa menasihati orang akan lebih baik? Dengan perkataan awam, "menyebar kebajikan pada tempat umum, menasihati kekhilafan pada kamar pribadi", saat memuji keunggulan dari orang lain, memuji kebajikan yang dilakukan oleh orang lain, Anda boleh membicarakannya dalam kerumunan, karena dapat membuat orang lain "melihat kebajikan orang, berpikir untuk menyamai"; Anda memberinya afirmasi, ia juga akan lebih proaktif dalam berupaya. Namun saat menasihati, menasihati kekhilafan orang lain seharusnya secara pribadi, saat tidak ada orang lain. Mengapa? Mengapa harus tidak ada orang lain? Karena kita sebagai orang dewasa yang paling penting adalah apa? Gengsi! Gengsi sangat mahal, betul tidak? Satu kati gengsi harganya berapa? Jadi budi pekerti dan ilmu seseorang bila ingin berprestasi, terlebih dahulu harus memasarkan sesuatu, harus memasarkan gengsi. Nanti kalau ada yang mau menjual, saya yang membelinya. Tetapi watak manusiawi harus punya pengertian, harus dapat mempertimbangkan gengsi orang lain, jadi harus "menasihati kekhilafan pada kamar pribadi". Saat Anda membuat tindakan semacam ini, pihak lain juga akan merasa Anda sangat berpikir deminya. Andaikan Anda membicarakannya di depan umum, mungkin akan langsung terjadi konflik dan perdebatan, jadi menasihati kekhilafan pada kamar pribadi, ini adalah menangkap kesempatan yang tepat.
Di dalamAnalekjuga ada sebuah ayat mengatakan, "patut untuk berkata, namun tidak mengatakan", kesempatan telah tiba, Anda boleh menasihati dia, tetapi Anda malah tidak menasihatinya, ini adalah "lalai peran"; kita pun telah melalaikan tugas, melalaikan tugas sebagai putra dan putri, ataupun melalaikan tugas sebagai teman. "Tidak patut untuk berkata, namun mengatakan", kesempatan masih belum sampai, Anda terlalu terburu-buru, maka sudah mengatakan kepadanya, ini adalah "lalai ucapan"; Anda mungkin telah salah dalam berkata, niat bajik Anda mungkin telah melakukan hal yang jahat, maka lalai ucapan.
Jadi menasihati, dalam segenap lima hubungan manusia harus ada tugas pokok demikian, ayah dan anak harus menasihati, atasan dan bawahan juga harus menasihati. Karena Anda mengemban tanggung jawab ini dari perusahaan, maka seharusnya memiliki tanggung jawab untuk melayani perusahaan dengan baik, tentu saja juga harus melayani pemimpin dengan baik, jadi hubungan antara atasan dan bawahan juga harus menasihati. Selanjutnya suami-istri, tentu sajalah harus, harus menyokong suami dan mendidik anak. Selanjutnya, abang beradik juga harus saling menasihati, serta antara teman, semua ini adalah tugas pokok kita sebagai manusia. Jadi harus meningkatkan kebijaksanaan kita dalam menasihati orang lain, barulah dapat melalui ucapan kita menjadi daya bantu bagi kehidupan kerabat dan teman kita.
Ayat dalamDi Zi Guiini mengatakannasihat tidak masuk, riang nasihat lagikata "riang" ini punya ilmu besar. Yakni pada saat pertama kali orang tua tidak menerima, harus menasihati lagi pada waktu apa? Kapan? Pada waktu girang. Jadi saat itu harus mencermati situasi dan kondisi, "diulang lagi saat riang". Sikap dan metodenya? "Ramahkan tampang saya, lembutkan suara saya", ini adalah sikap, kita menenteramkan hati dan emosi; karena jika Anda emosi, maka akan membuat dia juga emosi, Anda tidak emosi, ia pun tidak mudah emosi. Jadi kita harus "ramahkan tampang saya, lembutkan suara saya", kemudian juga harus menangkap kesempatan yang tepat untuk menasihati. Selanjutnya "diulang lagi saat riang", apa arti dari "diulang" ini? Betul, berulang-ulang kali, maka diulang harus sangat sabar barulah bisa. Kesabaran ini muncul dari mana? Dari rasa bakti, rasa mengasihi, rasa penuh dedikasi kesetiaan dalam bertugas, niscaya akan dapat terus melakukannya.
Jadi andaikan hari ini kita tidak efektik dalam menasihati orang lain, kita harus memahami bahwa masalahnya bukan pada pihak lain, tetapi pada kita sendiri. Saat kita selalu mengintrospeksi diri, maka kebijaksanaan kita dalam menasihati orang lain akan semakin lama semakin tinggi, secara alami orang lain pun akan merasakan ketulusan hati kita, maka pasti akan mengubahnya menjadi baik. Oleh karena itu, kita memegang sebuah sikap bahwa andai orang lain tidak mendengarkan nasihat kita, adalah karena kita "moral belum terbina", jadi "pengaruh belum optimal", timpal baliknya masih belum sampai.
Menasihati orang lain masih ada sebuah prosedur sebelum pelaksanaan, yang juga harus kita pertimbangkan. Konfusius di dalamAnalekmenyebutkan "orang berbudi sudah dipercayai barulah menasihati", orang berbudi dalam menasihati orang lain ada sebuah premis, niscaya terlebih dahulu harus pihak lain sangat percaya kepadanya, beliau barulah menasihatinya; andai pihak lain masih belum cukup percaya kepadanya, "belum dipercayai, maka dikira memfitnah dirinya", andai pihak lain masih belum yakin dengan kita, kita sudah menasihatinya, dia mungkin akan mengira apakah kita sengaja memfitnahnya. Jadi hari ini ingin menasihati orang lain, pertama-tama harus memenangkan kepercayaan yang sangat mendalam dari pihak lain kepada kita. Jadi ayah, pemimpin, ataupun belahan jiwamu, temanmu, saudaramu terhadap Anda ada kepercayaan, Anda menasihati barulah akan efektif.
Bagaimana memenangkan kepercayaan orang lain? Kita pun sangat mendambakan anggota keluarga dan teman sangat percaya kepada kita, apakah kepercayaan didapat dari meminta? Kepercayaan jelas bukan dari meminta! Kita seringkali pun sangat kagum, afinitas manusiawi Anda mengapa begitu baik? Mengapa semuanya begitu memercayai Anda? Kita hanya berkisar pada akibat, tidak memikirkan dari sebabnya. Baik! Pada pelajaran berikutnya kita baru coba pahami, mengapa seseorang dapat memenangkan kepercayaan orang lain! Terima kasih semuanya.