Selasa, 29 September 2015

Episode 16

Dikutip dan diterjemahkan dari : "Seminar Hidup Bahagia – PenjelasanDi Zi GuiSecara Mendetail" oleh Guru Cai Lixu pada tanggal 18 Februari 2005 (Episode 16)

Teman-teman sekalian, selamat malam semuanya! Sangat banyak teman-teman yang mukanya sudah tampak sangat akrab, datang ke sini setiap malam, pertanda setiap lepas kerja, makan malam, bahkan tidak makan langsung bergegas kemari untuk belajar. Konfusius pernah berkata, seseorang dalam menuntut ilmu ada tiga senjata rahasia, yaitu kebijaksanaan, kemanusiaan, keberanian, "giat belajar pangkal kebijaksanaan, pelaksanaan nyata pangkal kemanusiaan, tahu malu pangkal keberanian". Asal giat belajar, maka tidak jauh dari kebijaksanaan; saat kita melaksanakan ajaran orang kudus dan bijak, maka perlahan-lahan dapat merasakan iktikad orang kudus dan bijak, juga dapat merasakan kebutuhan khalayak ramai, rasa welas asih dan empati kita pun akan muncul; "tahu malu pangkal keberanian", benar-benar dapat memahami kekhilafan diri sendiri, selanjutnya memperbaiki kekhilafan diri sendiri, serta dapat menaklukkan kegelisahan dan kebiasaan buruk sendiri, itu barulah pemberani yang sejati. Sangat banyak teman-teman sekalian yang telah melakukan "giat belajar pangkal kebijakasanaan", dan rasa giat belajar Anda juga akan membawakan dampak yang sangat baik bagi keluarga Anda.
Saya ingat ayahku saat berumur lima puluhan, kebetulan menangani bursa sekuritas di bank, karena untuk menangani bursa sekuritas, di dalam unit kerja perlu ada satu orang yang lulus ujian lisensi, maka bank pun mengutus sangat banyak karyawan untuk mengikuti ujian. Ayah saya adalah yang paling tua, sudah sekitar lima puluhan, pun ikut ujian, maka tampak ayahku membaca buku di malam hari. Hasil dari ujian hanya satu orang saja yang lulus, anak-anak muda lainnya semuanya tidak lulus, tak disangka ayah saya pula yang lulus. Anda lihat ayahku tidak berkata apa-apa, dengan tindakannya pun telah memenangkan kekaguman kami terhadapnya. Kami sebagai putranya bolehkah tidak giat belajar? Bolehkah kalah dengan ayah sendiri? Jadi atasan melaksanakan bawahan meneladani, ketika rasa giat belajar kita ini dapat dipertahankan terus, saya yakin terhadap keluarga Anda pasti adalah permulaan yang sangat baik. Pelajaran pagi ini kebetulan menyelesaikan bab "di dalam harus berbakti", selanjutnya adalah bab kedua, "di luar harus bersaudara".
"Di luar" ini menunjukkan orang di luar keluarga, yakni harus belajar "persaudaraan", "persaudaraan" terkandung sikap abang ayomi adik hormati, terkandung etiket dan sikap dalam menghormati tetua. Karena abang beradik di dalam rumah sudah bisa mengasihi, sudah bisa saling memperlakukan dengan sopan, tentu saja saat ia keluar dan bergaul dengan orang pun dapat membawa keluar sikap tersebut. Andaikan di dalam rumah pun ingar-bingar dengan saudaranya, tidak mengikuti etiket, maka keluar apakah akan tiba-tiba menjadi sangat teratur? Apakah mungkin? Tidak mungkin! Oleh karena itu, untuk mengenal seseorang, di mana bisa dilihat paling jelas? Yakni tidak masuk ke gua harimau, manalah bisa dapat anak harimau, langsung ke rumah mereka. Banyak sekali perilaku kita dalam berkelakuan dan menghadapi masalah, benar-benar terpelihara dari rumah, jadi itulah mengapa pendidikan keluarga begitu penting! Bagai ungkapan "bibit bebet bobot", bibit bebet apa? Bebet bobot apa? Yang paling penting adalah pendidikan keluarga dan moral. Bibit bebet bobot sekarang adalah apa? Uang! Mengapa kalian semua tahu? Saya tidak begitu pengalaman. "Bobot" yang salah, esensi yang salah, hasilnya akan bermasalah. Jadi "moral" barulah dasar dari keluarga, barulah dasar dari negara, jelas bukan uang.
Di dalamKitab Baktiada sepatah ajaran yang sangat penting, "mengajar rakyat cinta kasih, tiada yang sebaik rasa bakti; mengajar rakyat tata krama, tiada yang sebaik persaudaraan". Mengajar rakyat bagaimana menyayangi orang lain, bagaimana peduli dengan orang lain, tiada yang lebih efektif daripada mengajar bakti, tiada yang sebaik rasa bakti; mengajar rakyat untuk mempunyai kesopansantunan, "Mengajar rakyat tata krama", tahu untuk menghormati orang lain, tiada metode yang lebih baik daripada mengajar persaudaraan, tiada yang sebaik persaudaraan. Jadi "persaudaraan" juga terkandung suatu ajaran tentang etiket, Konfusius juga berkata "Tidak belajar etiket, tidak mampu bertegak", tidak punya sopan santun maka kemungkinan besar tidak dapat menegakkan kakinya di antara orang banyak.
Pada pembelajaran beberapa hari ini, saya juga telah melaporkan kepada teman-teman sekalian. Karena saya sejak kecil terpelihara sebuah kebiasaan, yakni asalkan tetua datang ke rumah kami, telinga saya mendengar suaranya, tidak peduli apa yang sedang saya lakukan, saya pasti akan berlari ke hadapan mereka, lalu mengatakan kepadanya: Salam sejahtera paman! Apa kabar tante! Senyuman kalian sangat mirip dengan paman saya. Anak yang punya sopan santun, orang dewasa pasti sangat sukacita, jadi saat saya mengangkat kepalaku, mereka sangat bersukacita, saya juga sangat puas. Karena saat seseorang melakukan hal yang bermoral, sebenarnya keriangannya sudah muncul dari dalam hati. Sikap sopan santun itu, saya tiba-tiba dapat merasakan, ternyata bisa tidaknya seseorang bertemu insan penolong, sudah ditentukan dari kecil. Anda percaya atau tidak?
Saat saya membuka forum diskusi dengan orang tua murid, saya pun memberitahu mereka: Anak-anak kalian di masa mendatang dapat bertemu insan penolong atau tidak, saya sekarang sudah bisa menilainya. Mata mereka melotot sangat besar, karena orang zaman sekarang sangat realistis, sekali bilang anaknya dapat bertemu insan penolong, mereka pun sangat fokus. Anak yang punya sopan santun, ke mana saja ia pergi akan memenangkan rasa sayang dari khalayak ramai; sebaliknya, andaikan anak tidak punya sopan santun, bukan hanya tidak akan bertemu insan penolong, bukan hanya tidak akan punya banyak sekali daya bantu, dalam ucapan dan perilaku masih akan membentuk banyak sekali daya hambat. Dia pun akan merasa heran bukan kepalang, mereka kok melihat saya dengan pandangan tidak enak, sendiri masih tidak paham. Oleh karena itu, sopan santun itu sangatlah penting!
Teman-teman sekalian, sopan santun begitu penting, kapan harus mengajarnya? Saya pun menanyakan kepada orang tua, nilai ujian meningkat dua poin lebih penting? Atau mengajarkan anak sikap dalam bertingkah laku dan melakukan hal lebih penting? Bertingkah laku dan melakukan hal! Namun orang tua semuanya merasa adalah bertingkah laku dan melakukan hal, tetapi sebagian besar waktunya dihabiskan bersama anak untuk apa? Dihabiskan demi nilai. Jadi hal yang penting tidak boleh ditunda lagi, ditunda lagi, anak sudah terlalu besar, kebiasaan pun sudah menjadi alamiah; banyak sekali hal yang sekejap pun tidak boleh ditunda, saya pun membantu Anda mencemaskannya, karena saya tidak punya anak. Oleh karena itu, niscaya harus mementingkan moral-moral penting yang memengaruhi kehidupan anak seumur hidup, maka ia akan memenangkan sangat banyak daya bantu.
Mari kita pikir, andaikan pergaulan antarmanusia tidak ada etiket, akan muncul keadaan apa saja? Misalnya, saat kemarin saya mendaki Tembok Raksasa, di sana bertuliskan "Tidak mendaki Tembok Raksasa bukanlah pahlawan sejati", jadi ingin menjadi pahlawan sejati, pergilah mendaki Tembok Raksasa. Kebetulan di sana ada beberapa pos yang hanya mampu dilewati oleh satu orang dari sisi lain, dan juga satu orang lagi dari sisi ini. Lalu saat melewati pos tersebut, sangat banyak orang tidak mengikuti aturan, berjalan di lintasan yang ada di seberang. Alhasil apa yang terjadi? Seluruh lalu lintas pun tersumbat di dalam pos tersebut. Guru dari pusat kami di dalam sekali melihatnya, tidak boleh, karena orang di belakang tidak memahami situasi di sini, dia pasti akan terus menyelip ke depan, yang di sisi lain juga akan terus menyelip ke depan, nanti mungkin akan ada keadaan yang muncul. Guru-guru kami langsung berdiri maju dan mulai mengarahkan lalu lintas, yang ingin memotong barisan maka segera meminta mereka untuk berbaris kembali, orang-orang tersebut pun melihat kami, beranggapan bahwa kami itu dari pihak manajemen Tembok Raksasa. Adakalanya, saat harus keluar kita juga harus keluar, jika tidak maka keadaannya mungkin akan bagaimana? Sampai nantinnya buruk hingga Anda ingin melakukannya pun tidak bisa, jadi titik kesempatan sangatlah penting. Akhirnya lalu lintasnya pun kembali lancar. Jadi memang, jikalau tidak beretiket, antara manusia pun akan egois, maka mungkin akan terjadi konflik.
Kebetulan saya pergi ke Gunung Tianmu di Hangzhou selama lima hari untuk seminar, saat kami sedang mendaki gunung, di hadapan kami datang dua mobil, kami sekali melihatnya pun berinisiatif merapat ke tepi, membiarkannya berlalu dahulu, karena kami melihat ada dua mobil. Mobil yang pertama lewat, orang di dalam mobil sangat bersukacita, melambaikan tangan kepada kami, kami pun melambaikan tangan kepadanya. Jadi saat seseorang mempunyai sopan santun, pasti akan membuat orang lain merasa bagai diembus angin musim semi, maka itu buat apa senang dan tidak melakukannya! Alhasil kami menunggu sebentar, mobil yang kedua tidak lewat-lewat, kami merasa sangat heran, maka mengutus orang untuk melihatnya. Alhasil mobil tersebut juga sudah dari tadi berhenti di sana dan menunggu kami untuk lewat, jadi kami pun mengemudi lewat, orang yang ada dalam masing-masing mobil semuanya menunjukkan senyuman yang cemerlang. Ketika antarmanusia adalah begitu penuh hormat, maka perasaannya akan sangat nyaman. Kami sebelum naik ke atas gunung, pun sudah mampu mengkaji keadaan masyarakatnya, pertanda masyarakat di Gunung Tianmu sangat jujur dan sederhana. Jadi kita juga selalu dapat merasakan dari kehidupan sehari-hari bahwa tahu etiket dan tahu mengalah barulah dapat membuat jalan dalam hidup kita menjadi mulus, barulah tidak bakal terjadi kemacetan dan konflik. Oleh karena itu, "mengajar rakyat tata krama, tiada yang sebaik persaudaraan", maka kita mulai dari dalam keluarga untuk menerapkan pengasihan dan etiket. Marilah kita terlebih dahulu membacakan satu bagian ayat :
Xiōng Dào Yǒu. Dì Dào Gōng. Xiōng Dì Mù. Xiào Zài Zhōng. Cái Wù Qīng. Yuàn Hé Shēng. Yán Yǔ Rěn. Fèn Zì Mǐn.
[Terjemahan langsung:
"Abang harus ayom. Adik harus hormat. Abang adik akur. Dalamnya ada bakti. Harta benda sepele. Dendam mana muncul. Jaga tutur kata. Marah lenyap sendiri."
Terjemahan mendetil:
"Abang harus mengayomi. Adik harus menghormati. Abang beradik harmonis. Rasa bakti terkandung dalamnya. Jika harta benda disepelekan. Dendam mana mungkin muncul. Jika tutur kata dijaga. Kemarahan akan lenyap sendiri."]
Abang harus ayom, adik harus hormat, abang beradik adalah sambungan ranting yang senafas, darah lebih kental daripada air, lahir dari orang tua yang sama, sehingga saudara kemungkinan besar adalah anggota keluarga yang paling lama menemani kita dalam menempuh jalan kehidupan. Guru Zen Fazhao pernah menulis sebuah puisi yang mendeskripsikan tentang jalinan persaudaraan, bunyinya "Sambungan ranting yang senafas masing-masing bersuburan, jaga tutur kata jangan mencederai persaudaraan, setiap kali bertemu pun semakin tua tampaknya, masih bisa berapa lama lagi menjadi saudara; saudara yang tinggal bersama akan tenteram jika toleran, jangan gara-gara hal sepele terjadi perselisihan, di depan mata masih ada sanak saudara, wariskan kepada anak dan cucu suri teladan".
"Sambungan ranting yang senafas masing-masing bersuburan", abang beradik bagaikan cabang dan ranting yang tumbuh dari pohon yang sama. "Jaga tutur kata jangan mencederai persaudaraan", kontak antarmanusia, komunikasi antaranggota keluarga yang paling sering adalah menggunakan ucapan, jadi dalam ucapan harus lembut, harus harmonis, jangan pernah berbicara dengan nada menusuk. Oleh karena itu, dalamDi Zi Guibaru berkatajaga tutur kata, marah lenyap sendiri, konflik antara manusia, lebih dari setengah disebabkan oleh apa? Ucapan yang tidak harmonis. "Setiap kali bertemu pun semakin tua tampaknya", memang kenyataan bahwa setelah kita berusia tiga puluhan atau empat puluhan, setiap kali bertemu saudara sedikit banyak akan memiliki perasaan demikian, rambut putihmu bertambah banyak lagi. Jadi "masih bisa berapa lama lagi menjadi saudara", kita semakin tua menandakan jalan kehidupan sudah semakin mendekati penghujung, maka harus  menghargai persaudaraan ini. Jadi "saudara yang tinggal bersama", yang tinggal satu rumah, "akan tenteram jika toleran", tahu untuk saling toleransi dan mengalah. "Jangan gara-gara hal sepele terjadi perselisihan", jangan karena hal-hal yang kecil sampai terjadi pertikaian. "Di depan mata masih ada sanak", di depan mata pun para saudara memiliki anak-anak, mereka pun juga memiliki saudara mereka sendiri, kita sebagai generasi sebelumnya seharusnya membuat teladan abang ayomi adik hormati, barulah dapat "wariskan kepada anak dan cucu" suri teladan yang baik. Puisi Guru Zen Fazhao ini layak kita hayati secara saksama.
Puisi ini membuat saya teringat Guru Yang Shufen pernah memberitahu saya, beliau berkata memang benar bahwa saudara adalah sambungan ranting yang senafas, beliau pun akan berpikir bagaimana membuat ayahnya menjadi sangat sukacita dan senang. Beliau bilang hanya dengan anak cucu yang bijak dan berbakti, anak dan cucu semuanya memiliki perkembangan yang sangat baik, barulah dapat membuat ayahnya sangat lega. Berhubung beliau mempunyai niat tersebut, berharap dahan serta daun dari pohon besar ayah dan ibunya ini dapat semakin subur, sehingga beliau saat masih sangat muda sudah mulai mengajarkan generasi keponakannya untuk membaca kitab klasik orang kudus dan bijak, serta menulis kaligrafi. Guru Yang memiliki delapan belas orang dari generasi keponakan, totalnya ada delapan belas orang, kedelapan belas orang tersebut pernah diajarinya. Berhubung beliau memiliki niat tersebut, generasi penerus mereka sangat unggul, banyak sekali yang menjadi guru, ada pula beberapa yang menjadi dokter. Memang benar, sebuah keluarga bisa baik, niscaya tetuanya harus bagaimana? Harus memelopori dan memperagakan, harus bersumbangsih dengan tulus. Jadi abang ayomi adik hormati, bukan hanya pada generasi mereka saja, bahkan mengembangkan abang ayomi adik hormati ini sampai ke mana? Anak dan cucu dari generasi berikutnya. Guru Yang tidak mempunyai anak kandung, tetapi setiap Hari Ibu dan Hari Ayah, rumah mereka pun akan luar biasa ramai, karena beliau mempunyai delapan belas keponakan, kemungkinan lebih banyak daripada anak-anak kalian. Saya tingal di rumahnya selama enam bulan, saat festival-festival pun luar biasa meriah, keponakan-keponakan yang pernah diajarinya tersebut benar-benar sangat berbakti kepadanya.
Selain itu saya mempunyai seorang abang angkat, beliau juga tinggal di Taichung. Saudara-saudarinya juga sangat penuh pengasihan, hari Sabtu ataupun Minggu, sekali ada waktu, tidak perlu janjian pun akan berinisiatif untuk kembali ke sisi orang tua. Karena ayahnya meninggal lebih awal, sehingga sisa hidup ibunya dalam jangka waktu yang lama ditemani oleh kakak beradiknya. Ibunya telah meninggal beberapa tahun yang lalu, dan saat itu saya ada menghadiri upacara pelepasan jenazah. Setelah sampai saya sangat tersentuh, karena juga melihat kualitas generasi berikutnya, serta keponakan-keponakannya sangatlah baik, karena mereka bersaudara begitu penuh pengasihan, telah memberikan teladan yang sangat baik untuk generasi berikutnya. Karena saya sudah terbiasa saat melihat hasil maka akan mencari tahu penyebabnya. Lalu abang angkat saya juga mengatakan kepadaku, beliau bilang bahwa saat ibunya meninggal, hatinya sangat berbekal. Mengapa? Karena dalam belasan tahun hidupnya itu, beliau sebisa mungkin menolak banyak lobi yang tak berarti, semuanya demi menemai ibunya. Pada saat ibunya meninggal, beliau merasa sangat berbekal, merasa bahwa pilihannya itu benar. Oleh karena itu, abang ayomi adik hormati pasti bisa "wariskan kepada anak dan cucu suri teladan".
Tali persaudaraan orang-orang zaman dahulu, juga membuat sangat banyak orang terharu dan menangis. Pada zaman Dinasti Jin, ada seorang anak yang bernama Yu Gun, kebetulan desa mereka terjadi wabah. Saudaranya sudah ada beberapa yang meninggal, ada seorang saudaranya lagi sudah tergeletak sakit di ranjang, seluruh tetuanya ingin membawa beberapa anak untuk segera pergi dari sana. Alhasil Yu Gun ini tidak berkenan pergi, beliau berkata: Saya tidak boleh menelantarkan saudaraku. Tetuanya berkali-kali menasihati: Ini terlalu berbahaya, mari kita pergi! Beliau pun berkata kepada para tetua: Saya dari bawaan lahir tidak takut akan penyakit, kalian biarkanlah saya tetap di sini! Tetuanya gagal membujuknya, maka itu pun pergi. Anak sekecil itu dengan usaha sendiri membantu abangnya memasak obat, dan sering pada tengah malam masih berada di depan nisan saudara yang lain, menangis di sana, bersedih di sana. Berhubung rasa mengasihinya terhadap saudara ini, secara ajaib abangnya menjadi sembuh. Teman-teman sekalian, mengapa penyakit ini bisa sembuh? Rasa mengasihi ini dan rasa peduli ini pasti akan membuat sistem kekebalan tubuh abangnya meningkat. Orang Tiongkok memperlakukan virus bukanlah berperang dengannya, seolah-olah tidak terdamaikan dengannya, orang Tiongkok menyebutnya "menetralkan virus (detoksifikasi)", orang Tiongkok bukan menyebutnya "membasmi virus (sterilisasi)". Ketika niat kita sangat murni, secara alami virus akan teringankan perlahan-lahan. Oleh karena itu, rasa kasih dapat mendetoks, rasa kasih sayang juga dapat mendetoks. Setelah itu tetuanya serta orang tuanya pulang kembali, melihat mereka bersaudara masih bertahan hidup, semuanya sangat lega.
Melalui ihwal Yu Gun tersebut, kita juga bisa melihat bahwa meskipun usia beliau kecil, beliau juga pernah membaca kitab orang kudus dan bijak. Sehingga pada nilai-nilai kehidupannya, ada hal yang lebih penting daripada nyawanya, hal apakah itu? Integritas hakikat! Oleh karena itu, mengorbankan badan demi kemanusiaan, merelakan tubuh demi kebenaran, karena iktikad dari orang kudus dan bijak adalah integritas hakikat lebih penting dari nyawa. Berhubung mereka memiliki iktikad tersebut, barulah dapat menuliskan kisah epik dan heroik selama ribuan tahun yang sangat menyentuh, dan juga akan ada sangat banyak perkembangan yang sempurna. Ini adalah sikap dari Yu Gun pada zaman Dinasti Jin terhadap saudaranya, tali persaudaraan lebih penting daripada nyawanya sendiri.
Pada zaman Dinasti Tang ada seorang menteri bernama Li Ji, sebenarnya nama aslinya bukan bermarga Li, namun bermarga Xu (Xu orang ganda), karena sangat berjasa terhadap bangsa dan negara, jadi Li Shimin menganugerahkannya marga kekaisaran menjadi Li Ji. Pagi ini kita telah membahas tentang Li Shimin, memang benar bahwa beliau dalam menghormati orang berbudi luhur, dilaksanakannya dengan sangat berhasil. Ada suatu kali Li Ji sakit, dokter kekaisaran bilang harus menggunakan jenggot manusia untuk dijadikan pelengkap obat, Kaisar Taizong setelah mendengarnya, segera mengangkat pedangnya, lalu memotong satu bagian dari jenggotnya, dan memberikannya kepada dokter kekaisaran. Hal ini tersebar ke telinga Li Ji, beliau bagaimana? Sangat tersentuh, maka segera berlutut di depan kaisar, sangat berterima kasih kepada kaisar yang demikian bertulus hati kepadanya, ini benar-benar bagaikan ungkapan "pahlawan menghargai pahlawan". Li Ji selain adalah pejabat yang setia, juga pasti adalah anak yang berbakti, juga pasti mengasihi saudaranya, karena kita tahu bahwa moral seseorang itu terbina dari rasa bakti dan persaudaraan.
Li Ji pada saat itu juga sudah sangat tua, beliau memiliki seorang kakak, kebetulan kakaknya sakit, beliau pergi menjenguk kakaknya. Melihat kakaknya kebetulan sedang memasak bubur, beliau sendiri pun membantunya memasak, maka menyuruh pergi hamba-hambanya. Penampilan dari pejabat tinggi pada zaman dahulu bagaimana? Semuanya memiliki sebuah jenggot yang panjang. Li Ji pun memasak bubur di sana, karena angin sangat besar, tidak sengaja api menjilat jenggotnya, lalu dengan cepat memadamkan apinya. Kakaknya menampak dari samping, lalu berkata: Dik, buat apa sih kamu susah-susah! Pramuwisma di rumah begitu banyak, kamu suruh saja mereka yang membuatnya, tiadk perlu sendiri di sana begitu susah payah. Alhasil Li Ji pun menjawab, beliau berkata: Kakak, usia Anda sudah begitu tua, saya tidak tahu masih ada berapa banyak peluang untuk melayani Anda. Jadi teman-teman sekalian, Li Ji saat memasak bubur tersebut, di dalam hatinya penuh dengan rasa syukur, pun selalu ingat akan berapa banyak topangan yang diberikan kakaknya selama proses pertumbuhannya, beliau pun ingat di dalam hati.
Saya juga sangat mujur, saya mempunyai dua orang kakak, juga sangat merawat saya. Kakak sulung saya kebetulan satu kampus dengan saya, saya ingat waktu itu tubuh saya tidak terlalu sehat, harus makan obat herba Tiongkok. Satu paket obat herba Tiongkok itu sangat besar, lalu sekali merebusnya perlu merebus lebih dari satu jam, satu panci besar air direbus menjadi satu mangkuk kecil. Saat itu tahun pertama saya kuliah, tinggal di dalam asrama, bolehkah memasak obat herba Tiongkok di dalam asrama? Tentu itu akan merusak hubungan antarmanusia, semua orang pasti akan mengambil papan protes untuk memprotes di depan pintu kamar asrama saya, jadi saya tidak mampu memasaknya. Kakak saya pada tempat tinggalnya di luar kampus, setiap hari membantu saya merebus dua kali, pagi sekali dan malam sekali. Selesai merebusnya, beliau pun berjalan sangat jauh dari luar kampus, karena asrama itu ada di bagian paling ujung dari kampus, maka harus berjalan sangat jauh, pun menyuguhkan semangkuk obat herba Tiongkok yang panas berkukus tersebut. Sampai di asrama laki-laki kami, di bagian depan masih bertuliskan satu kalimat, bunyinya "Wanita dilarang masuk", beliau pun tidak bisa masuk. Jadi pun berjalan ke jendela asrama saya, lalu mengetuk kacanya, mengetuk beberapa kali lalu membuat isyarat tangan "Mari minum obat". Saat saya melihat adegan tersebut, penyakit pun sudah setengah sembuh, maka bergegas keluar untuk meminum semangkuk obat herba Tiongkok yang penuh dengan kasih kakakku tersebut. Jadi tali persaudaraan sangatlah mendalam. Juga berhubung tali persaudaraan yang sangat mendalam, juga betul-betul membuat orang tua sangat lapang hati, jadiabang adik akur, dalamnya ada bakti. Karena orang tua akan berpikir, tunggu kami meninggal dunia, andaikan antarsaudara dapat saling mengasihi, mereka pun akan lebih lapang hati.
Oleh karena itu, asalkan keluarga dipenuhi oleh sikap abang ayomi adik hormati tersebut, saya yakin klannya niscaya akan ada perkembangan yang sangat baik. Lalu tradisi rasa bakti dan persaudaraan ini bukan hanya dapat menyentuh hati manusia, bahkan hewan yang dipelihara oleh keluarga tersebut pun akan tersentuh, Anda percaya atau tidak? Pada zaman Dinasti Song, ada seorang terpelajar bernama Chen Fang, mereka sudah tiga belas generasi anak dan cucunya tinggal bersama-sama, di dalam rumahnya ada tujuh ratus lebih orang. Mereka juga sangat mematuhi petuah warisan leluhur mereka, semuanya tidak pisah rumah, lalu pun tidak mempekerjakan pramuwisma, semua pekerjaan rumah dilakukan sendiri, bagus tidak berbuat demikian? Bagus! Kita sebelumnya juga pernah membahas, benar-benar membiarkan anak untuk berlatih bekerja, barulah dia tahu untuk bersyukur, jadi berlatih bekerja sangatlah penting. Hari ini andaikan anak sangat mubazir, maka ia akan boros; pekerjaan rumah apapun tidak dikerjakannya, ia akan bagaimana? Malas; sudah boros, malas lagi, malas juga akan menyebabkan rasa sangat ketergantungan, lalu juga tidak tahu bersyukur. Anda lihat, lumayan tidak sedikit kebiasaan buruk yang berkembang dari suatu ketidakuletan. Jadi tetua yang berwawasan, beliau mampu melihat dampak dari hal-hal tersebut terhadap anak di kemudian hari, maka beliau akan bersikeras.
Bapak Zeng Guofan, beliau pada zaman Dinasti Qing, boleh dikatakan sebagai pemegang jabatan paling tinggi di antara orang Han, menjabat sebagai gubernur dari empat provinsi, gubernur yang mengelola empat provinsi. Jabatannya sudah begitu tinggi, tetapi aturan keluarganya adalah pekerjaan rumah dan tugas pokok dari semua anak harus dilakukan oleh mereka sendiri. Keputusan ini penting atau tidak? Penting! Jadi generasi penerus Bapak Zeng Guofan, sampai kini sudah ratusan tahun, tidak terpuruk! Taiwan ada salah seorang dari keturunannya, juga sangat berhasil, namanya Zeng Shiqiang, juga sering ke berbagai tempat untuk memberikan seminar. Jadi pewarisan tradisi keluarga adalah teramat penting.
Saat orang sangat kaya serta sangat berkuasa, asalkan dia tidak mempunyai prinsip, hakikat keluarganya pasti akan lengser dalam kurun waktu beberapa generasi. Coba kita teliti keturunan Lin Zexu, keturunan Zeng Guofan, keturunan Fan Zhongyan, Anda pasti akan memahami bahwa aturan-aturan keluarga mereka memang melihat sangat mendalam dan jauh. Dan terkadang tradisi keluarga yang lengser dalam dua atau tiga generasi, kebanyakan adalah pengusaha, karena orang sekali menjadi kaya maka merasa apa yang paling besar? "ada uang maka dapat membereskan semuanya", kalimat ini salah! Karena sekali ia menjadi kaya, ia akan memandang rendah orang terpelajar: Apa hebatnya kamu membaca begitu banyak buku, kamu saja tidak hidup lebih baik daripada saya! Terkadang kebesarhatian karena kaya tersebut dipelajari oleh siapa? Anak-anak pun menyerapnya secara keseluruhan.
Ada sebuah buku yang sangat bagus, namanyaCara Mempertahankan Harta, yaitu metode agar kekayaan Anda dapat benar-benar diturun-temurunkan sampai ke anak dan cucu Anda. Sebab hanya Anda yang mempertahankannya, itu bukanlah hal yang luar biasa, karena walau Anda mampu mempertahankannya, bisakah Anda bawa pergi? Dengan dua tangan kosong pun tidak dapat membawanya; bagaimana agar semua anak dan cucu benar-benar mempunyai berkah dan kebijaksanaan, itu barulah namanya kebolehan. Kebetulan cucu dari Bapak Zeng Guofan, bernama Bapak Nie Yuntai, beliau tinggal lama di Shanghai. Teman-teman sekalian, Shanghai ini tempatnya sangat ramai, pengusaha yang kekayaannya dapat menandingi negara sangat banyak, beliau dalam puluhan tahun di sana melihat sangat banyak orang kaya yang langsung terpuruk dalam satu atau dua generasi, beliau pun pergi untuk mencari penyebabnya.
Di antarnya ada seorang pengusaha yang bermarga Zhou, usahanya adalah membuka bank, di mana-mana ada banknya, sangat kaya, kekayaannya berjumlah jutaan tahil perak. Kebetulan manajer cabang salah satu banknya, di tempat tersebut terjadi banjir, daerah bersangkutan sangat miskin, manajernya (manajer cabang itu) menyumbangkan lima ratus tahil atas nama bosnya. Jutaan tahil disumbangkan lima ratus tahil banyak tidak? Tidak banyak! Alhasil manajer cabang ini dimarahi sampai habis-habisan oleh bos yang bermarga Zhou tersebut: Manalah boleh kamu menyumbangkan keluar uang saya? Bos bermarga Zhou ini berkata, ia mempertahankan hartanya hanya dengan satu metode, yakni asalkan masuk ke dalam sakunya jangan dibiarkan mengalir keluar lagi, hanya satu kata, yakni "akumulasi", mengakumulasi harta.
Teman-teman sekalian, mengakumulasi harta maka akan bagaimana? Merusak hakikat, merusak tugas pokok sebagai manusia, "mengakumulasi harta merusak hakikat". Perkataan awam berbunyi "satu keluarga kekenyangan maka ribuan keluarga mengeluh", keluarga Anda begitu kaya, tetangga di sebelah rumah sudah hampir mati kelaparan, Anda masih tidak pergi menolongnya, mereka sudah punya segunung keluhan terhadap Anda. Kebetulan beberapa hari kemudian rumah Anda terbakar, keadaan  apa yang akan terjadi? Mereka pun akan berdiri keluar (Anda lihat kiblat hati manusia telah membicarakan kebenaran), mereka pasti akan berada di sana: Bagus sekali! Tuhan Maha Adil! Namun, andai Anda selalu dapat menyantuni mereka, baik dalam kebutuhan hidup, bahkan dalam pendidikan anak cucu mereka, Anda pun dapat mendedikasikan sedikit tenaga, maka mereka akan selalu mensyukuri budi Anda. Tiba-tiba rumah Anda terbakar, mereka pasti akan berlari seratus meter, ingin berebut siapa yang menyiramkan ember air pertama, betul tidak? Karena ketika Anda tulus dalam bersumbangsih, pihak lain pasti akan dapat merasakannya, dan setiap niatnya pasti akan terpikir, asalkan ada peluang saya pasti akan membalasnya. Ini namanya "yang mencintai orang maka selalu dicintai orang; yang menghormati orang maka selalu dihormati orang", jadi kebijaksanaan orang kudus dan bijak Tiongkok kuno, pasti harus kita rasakan dengan baik.
Jadi uang adalah harta lancar, orang Tiongkok berkata "ada air baru ada harta", andai air tidak mengalir maka akan bagaimana? Maka akan bau! Andai uang tidak mengalir, maka akan terjadi efek samping. Pengusaha bermarga Zhou tersebut hingga sewaktu ia sekarat, saat itu adalah awal era republik, hartanya ditukarkan ke yuan adalah tiga puluh juta yuan, kaya tidak? Sangat kaya. Ia memiliki sepuluh anak cucu, ia pun membagi tiga puluh juta tersebut menjadi sepuluh bagian, masing-masing tiga juta. Alhasil Bapak Nie Yuntai mencermati, hanya dalam waktu beberapa dekade, kesepuluh anak cucunya tersebut semuanya terpuruk, semua hartanya habis diaburkan, bahkan ada yang sampai turun ke jalan untuk mengemis. Di antaranya ada satu atau dua orang yang masih lumayan pembinaannya, namun hartanya juga terhambur semuanya, sudah lumayan pembinaannya, tetapi masih tidak dapat mempertahankan uangnya.
Dari hal tersebut kita juga merasakan bahwa apa yang disebutkan dalamKitab Perubahanmemang nyata tiada palsu,Kitab Perubahanmenyebutkan "keluarga yang mengakumulasi kebajikan, pasti mendapat berkah berlimpah", "keluarga yang mengakumulasi ketidakbajikan", maka limpahan musibah akan berdatangan. Dari sini kita juga dapat memahami bahwa perilaku orang ini lumayan baik, tetapi mengapa malapetaka tidak tunggal datangnya? Kemungkinan besar limpahan musibah leluhurnya masih belum berakhir, saat itu Anda harus menyemangatinya bahwa berbuat bajik harus bersikeras, niscaya dapat menyelamatkan semampunya dari keadaan darurat; tunggu sampai limpahan musibahnya habis terkikis, pasti akan muncul akibat yang baik. Mempunyai wawasan seperti itu barulah bisa menghasilkan anak dan cucu yang bagus, jadi baik Zeng Guofan, maupun Chen Fang, semuanya memahami bahwa niscaya harus membiarkan anak dan cucu berlatih bekerja, jadi sama sekali tidak mempekerjakan pramuwisma.
Setiap kali makan pun ada tujuh ratus orang yang kumpul bersama-sama untuk makan, pasti amatlah meriah. Rumah mereka memelihara kurang lebih seratus ekor anjing, seratus anjing tersebut pasti harus semuanya sudah berkumpul barulah mulai makan, ada sebuah perkataan yang menggambarkan keadaan ini, bunyinya "satu anjing tidak tiba, sekelompok anjing tidak makan". Tradisi rasa bakti dan persaudaraan Ini telah menggugah anjing-anjing peliharaan rumah mereka. Bila Anda adalah tetangganya, saat melihat adegan ini Anda akan bagaimana? Tersentuh! Selain tersentuh? Kita jangan sampai tidak sebanding dengan anjing, sendiri masih ingar-bingar di rumah. Oleh karena itu, keadaan masyhur tersebut tersebar ke telinga kaisar, kaisar sangat tersentuh, segera membebaskan semua kerja paksa dari keluarga mereka; karena adakalanya rakyat harus melakukan kerja paksa, membantu negara membangun beberapa proyek, kaisar karena merasa klan mereka ini adalah teladan yang baik, jadi membebaskan kerja paksa mereka. Anda lihat, moral orang dapat menggugah anjing. Beberapa orang mengatakan: Saya tidak percaya. Orang zaman kini sangat sulit mempercayai timpal balik semacam ini, mengapa? Karena mereka semuanya menggunakan hati orang picik dan berkata: Saya tidak mengalami timpal balik, mengapa mereka dapat? Sama sekali tidak memikirkan iktikad dari para filsuf kudus.
Pada zaman Dinasti Ming, ada seorang terpelajar bernama Bao Shifu, beliau juga mengajar di sekolah privat, saat masa pelajaran berakhir, beliau ingin kembali ke rumah untuk menjenguk orang tuanya. Alhasil di tengah perjalanan bertemu dengan seekor harimau yang langsung mengangkatnya dengan gigi, dan membawanya ke tempat lain, bersiap-siap untuk memakannya. Bao Shifu ini sama sekali tidak panik, orang terpelajar zaman dahulu tahu bahwa "hidup mati adalah takdir, kaya mulia tergantung Tuhan", tidak panik dalam menghadapi kematian. Namun dengan sangat tulus hati berlutut dan berkata dengan harimau tersebut: Dimakan olehmu merupakan takdir saya, tetapi karena sekarang saya mempunyai ibu berusia tujuh puluhan tahun yang harus dirawat, boleh tidak membiarkan saya selesai merawatnya, baru saya datang kembali untuk dimakanmu. Rasa bakti ini membuat harimau yang paling ganas pun tersentuh, dan harimau itu pun pergi. Jadi masyarakat setempat pun memberikan nama untuk tempat tersebut, namanya "Bukit Memohon Macan", yakni sebagai tempat peringatan Bao Shifu yang memohon kepada harimau tersebut, dan berharap agar beliau dapat pulang untuk merawat orang tuanya. Bahkan harimau yang paling ganas saja dapat tersentuh, apa sulitnya bagi anjing yang paling setia! Tidak hanya hewan yang bisa tersentuh, dan tidak hanya tanaman yang bisa tersentuh, segenap langit dan bumi pun bisa tersentuh, pepatah berkata "segala sesuatu saling bertimpal, dengan ketulusan dan kesetiaan", ketulusan yang teramat sangat, segenap langit dan bumi pun akan tersentuh.
Pada zaman Dinasti Yuan ada seorang terpelajar bernama Li Zhong, rasa baktinya sudah tersebar sampai ke seluruh negeri, kebetulan saat itu desa tempat tinggalnya terjadi gempa bumi besar, alhasil semua rumah pun runtuh total, saat titik gempa menerjang semuanya runtuh. Saat sampai di rumah mereka, titik gempa terbelah menjadi dua, lalu setelah melewati rumah mereka, kedua titik gempa tersebut kembali menjadi satu. Ini adalah fakta yang tercatat dalam sejarah, kita jangan tidak percaya. Jadi di dalamTengah dan Lumrahada menyebutkan "malapetaka atau berkah mendatang", malapetaka dan berkah dari seseorang, saat malapetaka ataupun berkah akan datang, dari mana dapat menilainya? "Malapetaka atau berkah mendatang, kebajikan, pasti diketahui terlebih dahulu, ketidakbajikan, pasti diketahui terlebih dahulu". Andai itu kebajikan maka sudah tahu itu apa? Berkah atau malapetaka? Berkah! Ketidakbajikan adalah malapetaka. Oleh karena itu, rasa baktinya pasti memungkinkannya untuk melewati bencana ini, kita harus percaya kebenaran ini, supaya kita dapat menjalani kehidupan sendiri dengan berlapang dada dan terbuka. Teman-teman sekalian, Anda punya keyakinan bahwa hidup Anda pasti dapat mengubah malang menjadi mujur tidak? Ada keyakinan tidak? Ada! Baik! Berikan tepuk tangan untuk diri sendiri.
"Abang beradik harmonis, rasa bakti terkandung dalamnya", bagaimana interaksi antarmanusia dapat harmonis? Mari kita pikirkan, misalnya klan Chen Fang berjumlah tujuh ratus orang, mereka masih dapat berinteraksi dengan harmonis, rumah kita sekarang berapa orang? Tiga orang pun sudah tidak bisa harmonis! Jadi kita benar-benar mundur banyak. Bahkan yang masih belum melahirkan anak, pasangan suami istri sudah bergaduh hingga tak dapat terselesaikan pun ada. Jadi Anda lihat, orang lain dapat menoleransi tujuh ratus orang, itu adalah ilmu yang besar! Berinteraksi dengan harmonis adalah akibat, sebabnya di mana? Sebabnya di "perlakuan yang setara", baru dapat memenangkan keharmonisan; perlakuan yang setara, ini adalah sebab. Kesetaraan, karena "setara" sehingga hati orang pun bagaimana? Juga seimbang, hati orang seimbang barulah tidak akan timbul perselisihan. Oleh karena itu, dalam mengajar anak sendiri pasti harus memegang satu prinsip, niscaya harus dirawat dengan setara, pasti tidak boleh lebih sayang kepada anak sulung, dan kepada anak bungsu agak kurang. Selama ribuan tahun sejarah Tiongkok, banyak sekali yang karena memanjakan salah satu anaknya, pada akhirnya menyebabkan hasil apa? Banyak sekali perseteruan antarsaudara, karena hati orang jika tidak seimbang maka cepat atau lambat akan terjadi persengketaan.
Mari kita berpikir lebih mendalam lagi, andaikata kita sekarang lebih baik kepada anak ini, terhadapnya ada bantuan tidak? Anda lebih baik terhadap dia, dia pasti akan baik terhadap Anda, Anda salah! Anda terhadapnya terlalu manja, dia akan semakin lama semakin egois, Anda telah mencelakainya; lalu anak yang diabaikan oleh kita tersebut, hatinya pun sangat tidak seimbang, adakalanya akan menjadi sangat pasif. Anda telah mencelakai kedua belah pihak, demikian terlalu tidak berakal budi, jadi "setara" sangatlah penting. Meskipun saya putra tunggal di rumah, tetapi ayah saya terhadap kami tiga anaknya sangat setara, misalnya saat memberikan imbalan pun sama, juga tidak memberi lebih kepada saya, jika tidak saya di kemudian hari pun akan sombong karena dimanjakan.
Pada zaman Dinasti Ming, ada seorang terpelajar bernama Zheng Lian, klannya tujuh generasi tinggal serumah. Zaman sekarang kita mendengar paling banyak berapa generasi? Tiga generasi? Tiga generasi terlalu sedikit! Saya di Tiongkok pernah mendengar lima generasi tinggal serumah, Zheng Lian itu tujuh generasi tinggal serumah. Kaisar Hongwu Zhu Yuanzhang sangat mengaguminya, dan menghadiahkan sebuah papan plakat kepada beliau, bertuliskan "Keluarga Nomor Satu di Dunia". Berapa banyak orang? Ribuan orang, sekitar seribu orang. Selain menghadiahkan papan plakat, masih memberinya dua buah pir besar, Kaisar Hongwu juga sangat menarik, beliau berpikir: Saya memberikan dua buah pir besar, lihat Anda seribu orang bagaimana membaginya? Masih mengutus pengawal seragam brokat mengikuti dari belakang, untuk melihat bagaimana Zheng Lian menangani hal tersebut. Teman-teman sekalian, bagaimana Anda akan menanganinya? Coba kita pikir sebentar, pada pelajaran berikutnya akan kita bahas, terima kasih semuanya.

Kamis, 30 Juli 2015

Episode 15

Dikutip dan diterjemahkan dari : "Seminar Hidup Bahagia – PenjelasanDi Zi GuiSecara Mendetail" oleh Guru Cai Lixu pada tanggal 18 Februari 2005 (Episode 15)

Teman-teman sekalian, kita lanjutkan tentang Zheng Jun dari Dinasti Han yang dibahas tadi, teman-teman sekalian, apa yang akan Anda lakukan? Bagaimana menasihati abang tersebut? Zheng Jun sendiri pergi untuk menjadi hamba orang lain, bekerja mulai dari pekerjaan yang paling hina, persis bekerja selama setahun, dengan kerja kerasnya memperoleh sejumlah uang, semuanya diberikan kepada abangnya. Kemudian berkata kepada abangnya: Barang-barang kita yang kurang, asalkan mengandalkan kerja keras kita, kemudian uang yang diperoleh akan dapat membelinya; tetapi reputasi seseorang asalkan telah hilang, seumur hidupnya bagaikan sudah tamat. Abangnya melihat beliau demi menasihatinya, bahkan menjadi pembantu rumah tangga orang lain, dan persis bekerja selama satu tahun, abangnya pun merasa sangat bersalah, maka mulai mengubah sikapnya, menjadi sangat jujur. Zheng Jun di kemudian hari berkembang sangat baik, bahkan sampai menjabat sebagai sekretaris kerajaan, jabatan yang setara dengan kanselir. Jadi memiliki rasa bakti dan persaudaraan, tentu saja mampu mendedikasikan kesetiaannya untuk negara. Beliau juga sering memberi nasihat kepada kaisar, kaisar sangat berterima kasih atas sokongannya, masih memberinya gelar "sekretaris kerajaan berstatus awam", dan mengizinkannya menikmati tunjangan, sampai beliau tua dan wafat pun menggunakan gaji sekretaris kerajaan untuk menunjanginya.
Jadi teman-teman sekalian, Anda lihat beliau pada awalnya demi menasihati abangnya, masih pergi menjadi hamba, apakah beliau rugi sangat banyak? Tidak! Bak pepatah "ladang berkah digarap hati", seseorang yang benar-benar membina diri dan menjalankan hakikat dengan budi pekerti, berkahnya pasti akan semakin terakumulasi semakin tebal. Bukan belum tiba, namun waktunya masih belum sampai, saat waktunya sampai, yang seharusnya merupakan berkahnya pasti tidak akan lari. Jadi orang Tiongkok bilang "berani rugi adalah berkah", pepatah tersebut sangatlah bermakna.
Yang dibahas tadi adalah tentang penasihatan antarsaudara, dalam lima hubungan manusia masih ada satu hubungan lagi, yaitu hubungan antarteman. Saya pernah pergi bersama dengan Paman Lu mengunjungi seorang temannya, saya juga merasa sangat aneh, sepertinya banyak sekali hal yang sangat seru pun dialami oleh saya. Kebetulan saya dan Paman Lu pergi mencari temannya ini, temannya ini telah berkontak dengannya selama tujuh belas tahun. Pada saat itu beliau masih membawa sangat banyak kitab klasik orang kudus dan bijak, ada yang ingin diberikan kepada anaknya untuk dibaca, ada yang ingin diberikan kepada temannya, ada juga yang untuk dibaca istri temannya. Dalam perjalanan tersebut Paman Lu pun berkata kepada saya, katanya: Saya kenal teman ini selama tujuh belas tahun, melihatnya bagai mentari di posisi klimaks, usahanya sangat besar, asetnya sangat banyak sekali, tetapi saat itu telah terlihat bahwa di kemudian hari dia kemungkinan besar tidak dapat mempertahankan kekayaannya. Karena saat seseorang mempunyai sangat banyak uang, sekali tercemar jiwa mubazir, seberapa banyak harta pun akan bagaimana? Akan ludes. Lalu bukan saja tercemar jiwa mubazir, kemungkinan besar kebiasaan buruk seperti arogan dan merasa tak tertandingkan pun akan terpelihara dalam proses tersebut. Saat seseorang itu arogan, maka dia akan ceroboh, jadi berkemungkinan besar membuat beberapa penilaian yang salah, uang sebanyak apapun akan habis. Lalu benar-benar kariernya juga terperosok, bahkan menanggung sedikit utang.
Ketika dia sedang menanggung utang, semua teman-temannya bagaimana? Semuanya menghilang. Sebenarnya malapetaka dan berkah saling bergantungan, saat semua kekayaan telah tiada, juga membuatnya mempelajari apa? Teman yang sejati bukan dapat dibeli dengan uang. Pas saat ia berada pada titik terendah, Paman Lu setiap minggu naik kendaraan berjam-jam, untuk datang membantunya menyelesaikan masalah finansial. Bukan saja tidak memungut biaya darinya, bahkan dengan modal sendiri bolak-balik untuk membantunya menangani sangat banyak masalah, dan dalam proses inilah, maka terbina kepercayaan dan jalinan yang semakin dalam. Jadi menunggu sampai tujuh belas tahun kemudian, takdirnya pun telah matang. Seseorang benar-benar ingin menjalani hidup dengan sempurna, niscaya bukan punya seberapa banyak uang, punya seberapa banyak kekuasaan, namun seberapa banyak kebijaksanaan barulah bisa. Saya pun kebetulan menumpangi kendaraan ini, juga merasakan Paman Lu dapat menggunakan tujuh belas tahun untuk menyokong seorang teman, jadi "jangan menyalahkan diri, jangan memasrahkan diri", saya harus menjadikannya sebagai teladan. Oleh karena itu, saat kami sedang menasihati orang lain dan menyokong orang lain, merasa diri kita sedikit tidak sabaran, tiba-tiba akan terpikir sebuah angka "tujuh belas tahun", lalu merasa sangat bersalah,  maka membangkitkan lagi integritas hakikat kita terhadap teman, terus membantu dan menyokongnya.
Selain itu kebetulan saat berada di Australia, saya juga melihat Paman Lu sangat terampil dalam menasihati teman di sekitarnya. Kebetulan kami yang pergi ke Australia ada delapan atau sembilan orang, tinggal bersama dalam satu kamar, delapan atau sembilan orang lelaki bakal terjadi hal apa? Delapan atau sembilan orang lelaki akan tampak permukaan meja ini ada banyak sampah (bukan saya yang buang), yakni kelihatan cenderung berantakan. Maka saya melihat Paman Lu tidak mengeluarkan sepatah kata pun, beliau setiap hari bertemu dengan saya, setelah selesai mengobrol, kamar asrama, kamar mandi, ataupun wastafel ada beberapa kotoran, beliau pun sendiri secara diam-diam memungutnya, wastafel dapur juga dilap sampai satu tetes air pun tidak ada, semuanya dilap dengan bersih, kemudian beliau baru pergi tidur. Hari demi hari pun berbuat demikian, melakukannya sekitar empat atau lima hari, tiba-tiba ada seorang teman pun berdiri maju, ia berkata: Kalian masih begitu sembarang membuang, tidakkah kamu lihat setiap hari ada yang membantu kalian merapikannya dengan begitu bersih, apakah kalian tidak merasa keterlaluan? Semua orang pun merasa sangat bersalah, semuanya menundukkan kepala. Sejak saat itu menjadi bagaimana? Jauh lebih bersih! Jadi Paman Lu tidak dengan ajaran verbal melainkan dengan keteladanan, maka membuat semua orang waspada bahwa dirinya sendiri seharusnya menjaga kebersihan lingkungan tersebut. Jadi benar-benar di dalam dunia orang dewasa, yang paling penting kita sendiri masih terlebih dahulu harus membuat teladan yang baik, maka secara alami akan dapat memengaruhi orang lain.
Saya saat berusia sekitar dua puluh lima tahun mulai bersinggungan dengan ajaran orang kudus dan bijak, karena sebelumnya adalah doktrin akademik, doktrin akademik menanamkan apa pada benak kita? Persaingan. Melihat nilai orang lain sangat tinggi, sendiri pun merasa sangat merana, yakni berparadigma dan berjiwa kerdil, jadi kalian sudah tahu mengapa mata saya tidak besar. Tetapi setelah belajar ilmu orang kudus dan bijak, dalam hati sangat tersentuh. Saya ingat saat saya duduk di bangku SMA, Bahasa dan Sastra Mandarin saya juga sangat buruk, buruknya sampai sejauh mana? Pastinya lebih buruk dibanding kalian! Karena sewaktu saya SMP, saat ujian masuk SMA, keseluruhan ada tujuh mata pelajaran yang diuji, minus delapan puluh delapan poin, tujuh mata pelajaran minus delapan puluh delapan poin, satu mata pelajaran Mandarin minus empat puluh empat poin, sama dengan nilai total empat mata pelajaran lain. Saya ingat saat SMP masih ada sebuah pertanyaan berbunyi "Lǎo Qì": A "Héng Chūn"; B "Héng Xià"; C "Héng Qiū"; D "Héng Dōng", yakni musim semi, panas, gugur, dingin. Saya merasa pertanyaan ini sedang menghina saya, namun saya memang tidak bisa mengerjakannya. Saya masih menyanyikan sebuah lagu di sana, bernyanyi satu kata menunjuk satu pilihan, lihat sampai terakhir tertunjuk pilihan yang mana, kemudian juga salah menjawab. "Lǎo Qì" apa? Héng qiū (artinya bergaya kuno dan kolot). Mengapa kalian menjawab begitu cepat? Terhadapku adalah suatu hal menyakitkan.
Duduk di bangku SMA, nasib buruk pun masih belum tertanggulangi, benar-benar tidak dapat membangkitkan semangat. Jadi saat belajar, pernah sekali guru Sastra Mandari memanggil saya kemari, dia berkata: Cai Lixu, kamu sewaktu kelas Sastra Mandarin saya, andaikan tidur lagi, terus tidur sejenak, saya akan mencatatmu sebagai absen. Jadi Sastra Mandarin saya, saat ujian masuk perguruan tinggi juga tidak lulus. Tetapi selama berada di bangku SMA, dalam otak saya ada dua kali merasa seperti mendapat pencerahan, yaitu pada saat membaca dua buah susastra. Susastra yang pertama adalahMemo Pengutusan Pasukankarangan Zhuge Liang, di dalamnya menyebutkan "berdedikasi sepenuh hati dan hormat, sampai titik darah penghabisan". Tadinya yang masih tertidur, tiba-tiba bagaimana? Tiba-tiba merasa kalimat ini mengapa begitu mencengangkan! Tetapi cerah selama lima detik saja, setelah itu terselimuti awan mendung lagi. Ayat yang kedua ada padaCatatan Menara Yueyangkarangan Fang Zhongyan, di dalamnya menyebutkan "risau sebelum orang dunia ini risau, dan bersenang setelah orang dunia ini bersenang", pada kenyataan juga benar-benar bukan sangat paham, namun pun ada perasaan haru yang tak terjelaskan. Kemudian mulai bersinggungan dengan ilmu orang kudus dan bijak, sering pada saat membacaCerita Pendidikan Moral, pun membaca hingga terharu tak tertahankan, benar-benar sangat tersentuh, merasakan iktikad orang kudus dan bijak benar-benar sangat welas asih dan sangat lapang. Setelah merasakan, kita pun harus mulai meneladaninya.
Jadi pada saat saya kuliah di sekolah tinggi keguruan, kebetulan berjarak agak jauh dari rumah, saya sangat pagi sudah pergi naik kerata api, dan pada saat sampai, semua teman sekelas pada hari pertama masuk sekolah masih belum tiba, hanya saya seorang saja. Saat itu kebetulan baru selesai libur musim panas, sekali masuk ke dalam, bagaimana keadaan semua kursi dan meja? Satu lapisan debu. Teman-teman sekalian, apa yang akan Anda lakukan? Kami pun berpikir, tiba-tiba sendiri menjadi sutradara, di dalam benak terbayang teman-teman perempuan sekali berjalan masuk, kebetulan melihat debu tersebut, teman-teman perempuan tersebut akan memiliki tanggapan apa? Dia akan berkata: Mengapa begitu kotor! Kami pun dapat membayangkannya, mereka pasti akan ada ketidasedapan seperti itu. Jadi saya pun bergegas ke dalam kampus, mencari sebuah kain lap di dalam toilet, lalu mengelapnya dari depan sampai belakang. Mengelapnya dengan sangat cepat, mengapa? Sangat takut orang lain melihatnya, demikian akan tampak terlalu berpura-pura, maka menyelesaikan pengelapan dengan cepat. Setelah selasai mengelap, sendiri juga merasa hari ini tidak sia-sia, dapat melayani orang lain. Jadi kemudian, teman-teman yang masuk semuanya pun juga duduk dengan sangat tenteram.
Ketika Anda memiliki suatu niat untuk orang lain, apakah Anda sudah ada pertukaran dengannya? Kita manusia punya semacam kemelekatan, seolah-olah harus bertatap muka, kemudian berbicara, barulah disebut komunikasi; sebenarnya tidaklah begitu, ketika niat Anda bangkit, Anda telah berkomunikasi dengan orang di sekitar. Jadi teman sekelas kami dalam tahun ajaran itu pun semuanya sangat akur denganku. Saat seminar, pada malam hari juga ada teman seperguruan tinggi kami yang datang untuk mendengar, saya juga sangat bersukacita. Karena kami punya sebuah niat untuk melayani orang lain tersebut, secara alami akan membuat orang lain berinteraksi sangat ramah dengan kami. Karena saya datangnya lebih awal, maka sampah di belakang ruangan kelas, saya pun berinisiatif untuk membuangnya ke luar setiap hari. Alhasil membuang tidak telalu lama waktunya, ada sekali saat saya ingin membuang sampah, seorang teman pun berlari kemari: Anda jangan buang lagi, biar kami saja yang buang. Jadi benar-benar, antara teman, kita pastinya harus terlebih dahulu bersumbangsih dengan sepenuh hati, maka niat kita ini akan dapat membangkitkan niat menuju kebajikan dan rasa saling pengertian dari setiap orang.
Tadi kita membahas tentang bagaimana untuk menasihati antara lima hubungan manusia, juga menyebutkan begitu banyak contoh, tujuan menyebutkan contoh-contoh tersebut adalah untuk mengembangkan iktikad kita semua, dan juga kebijaksanaan dalam bertindak dan berinteraksi dengan orang lain, serta kesabaran kita. Saya yakin pada hari mendatang, dalam kehidupan setiap teman akan ada satu per satu pertunjukan seru yang bakal tertayang. Kita teruskan dengan melihat ayat berikutnya:
Qīn Yǒu Jí. Yào Xiān Cháng. Zhòu Yè Shì. Bù Lí Chuáng. Sāng Sān Nián. Cháng Bēi Yè. Jū Chù Biàn. Jiǔ Ròu Jué. Sāng Jìn Lǐ. Jì Jìn Chéng. Shì Sǐ Zhě. Rú Shì Shēng.
[Terjemahan harfiah:
"Orang tua sakit. Obat cicip dahulu. Rawat siang malam. Tidak tinggalkan ranjang. Kabung tiga tahun. Sering rintih sedih. Ubah tata rumah. Pantang arak daging. Kabung penuh ritual. Sembahyang penuh tulus. Layan yang wafat. Bagai masih hidup."
Terjemahan:
"Bila Orang tua sakit. Cicipi obatnya dahulu. Merawatnya siang malam. Tidak meninggalkan ranjang. Berkabung tiga tahun. Sering merintih sedih. Mengubah tata rumah. Berpantang arak dan daging. Berkabung penuh dengan ritual. Sembahyang penuh dengan tulus. Layani yang wafat. Bagaikan masih hidup."]
『Orang tua sakit, obat cicip dahulu, pada saat orang tua sakit, putra putrilah yang terlebih dahulu merasakan suhu obat ini terlalu panas atau tidak, tidak terlalu panas barulah disuguhkan kepada orang tua untuk diminum. Ini juga menandakan bahwa anak berbakti saat menghadapi orang tua yang sakit, beliau pun selalu berada di sisi untuk merawatnya. Kisah ini asalnya dari Kaisar Wen zaman Dinasti Han, kita semua tahu "Era Kemakmuran Wen Jing", dan Wen serta Jing dua orang kaisar tersebut dapat mengurus negaranya dengan begitu baik, dasarnya juga pada pengurusan dunia dengan rasa bakti. Sebenarnya jika ingin mengatur organisasi dan rumah tangga dengan baik, bahkan mengatur negara dengan baik, sama sekali tidak serumit yang dibayangkan. Kaisar Wen merawat ibunya persis selama tiga tahun, ibunya sakit selama tiga tahun, beliau pun demikian dengan tangannya sendiri menyajikan obat rebus, kemudian kondisi kesehatan ibunya juga semakin membaik.
Lalu di zaman kini pernahkah Anda dengar ada putra putri yang selalu berada di sisi saat orang tuanya sakit? Pasti ada. Karena seperti yang dikatakan Lao Tzu dalamKitab Moral(Dào Dé Jīng)", saat negara kacau balau, Anda barulah bisa melihat siapa bawahan yang setia. Saat orang semakin lama semakin tidak berbakti, dari sana Anda juga dapat melihat anak berbakti yang hakiki, beliau tidak akan terbawa arus besar zaman, beliau akan bertegak teguh tak tergoyahkan; saya juga yakin saat beliau dapat melakukan perilaku demikian, tubuh orang tuanya juga akan pulih dengan sangat cepat. Kita sebelumnya juga pernah membahas tentang "Meng Zong Menangisi Bambu", berhubung sebuah hati yang tulus memengaruhi rebung tersebut pun tumbuh keluar, ibunya setelah memakannya juga luar biasa sukacita, maka penyakitnya pun sembuh.
Dari segi tersebut, kami akan bilang dengan anak-anak, bila sekarang ibu sedang sakit, apakah obat tersebut perlu kamu cicipi dahulu? Tentu saja andai yang diminum ibu adalah obat Tiongkok maka boleh mengecapnya, apakah terlalu panas; andai yang diminum adalah obat medis, boleh tidak "cicipi obatnya dahulu"? Jadi kita dalam mengajarDi Zi Gui, setelah menangkap makna dari setiap ayat, namun haruslah sesuai dengan kondisi sehari-hari, jika tidak maka nantinya obat tersebut diminumnya, ibunya berkata: Mengapa kamu berbuat demikian? Guru kami yang mengajarkan, "bila orang tua sakit, cicipi obatnya dahulu". Oleh karena itu, maka kami membimbing anak lebih lanjut, saat kamu menyunguhkan segelas air hangat tersebut, harus mempertimbangkan jangan terlalu dingin juga jangan terlalu panas. Kita juga akan membimbing anak untuk berpikir, yakni saat orang tua sedang sakit, ataupun saat ada kondisi darurat, kita selaku anak harus bagaimana dalam menghadapinya? Andaikata ibu kebetulan ada tekanan darah tinggi, mendadak sakit dan jatuh tumbang, anak tersebut harus bagaimana? Jadi teman-teman sekalian, manajemen krisis, tidak hanya kewiraswastaan yang bicara soal manajemen krisis, dalam rumah tangga juga harus ada manajemen krisis. Anda sejak kecil sudah mengajari anak, saat menghadapi beberapa situasi darurat harus bagaimana menanganinya, dia pun akan sangat mengerti bagaimana saat darurat mampu menangani masalah dengan kalem tak tergesa-gesa.
Jadi dari segi apa saja yang seharusnya diperhatikan? Di mana obat ditempatkan? Pada saat darurat, bagaimana mendapatkan obat-obat tersebut? Andai ada setumpuk obat di sana, dalam keadaan panik apakah dapat menemukannya? Kalang kabut. Selanjutnya, nomor telepon pertolongan darurat berapa? 119, 110, untuk minta tolong. Selanjutnya, nomor telepon sanak saudara terdekat lainnya, semua itu harus membuatnya tahu setiap saat, agar saat bertemu pun ia tahu bagaimana menanganinya. Bahkan saat orang tua sedang terbaring sakit di ranjang, harus bagaimana merawatnya, Anda pun perlu membuat anak tahu, bahkan memberinya peluang untuk melakukan. Saya yakin selama proses melakukan ia mampu mengerjakannya semakin lama semakin teliti, semakin bisa pengertian terhadap letak penderitaan pasien, ataupun letak kebutuhannya. Oleh karena itu, ini adalah "bila orang tua sakit, cicipi obatnya dahulu". Kita dapat mengembangkannya lagi lebih luas, mengajarkan anak metode-metode dan sikap-sikap tersebut.
Saat seseorang sakit, selain perlu mengatasi penyakit tersebut, hal apa lagi yang seharusnya dapat dilakukan, barulah dapat membuat penyakit orang tua, bahkan penyakit anggota keluarga kita untuk lebih cepat sembuh? Ini juga layak untuk dipikirkan. Dengan perkataan awam, "dokter dapat mengobati penyakit, tidak dapat mengobati nyawa", Anda lihat banyak sekali orang yang sangat kaya, ia juga tidak dapat panjang umur. Jadi seseorang ingin panjang umur, juga harus memohonnya sesuai kebenaran dan hukum, di antara langit dan bumi, asalkan Anda memohon sesuai hakikat dan hukum maka semuanya dapat terkabulkan. Pada pelajaran sebelumnya kita telah menyebutkan, derma harta adalah penyebab sejati untuk memperoleh kekayaan, bak ungkapan bahwa semua fenomena ada sebab dan kondisi barulah bisa muncul.
Bagaimana meningkatkan kepintaran dan kebijaksanaan seseorang? Derma ilmu memperoleh kepintaran dan kebijaksanaan, poin ini saya lumayan merasakannya. Saya ingat saat saya ingin mengikuti ujian masuk sekolah tinggi keguruan, maka pergi ke lembaga kursus untuk les, saat itu saya juga menaruh beberapa harapan terhadap diri sendiri, yakni sekali pelajaran siap dipelajari harus segera mengerti, juga sangat fokus, lalu pun duduk di barisan tiga depan. Karena yang duduk di depan pada dasarnya lebih banyak siswa perempuan, lalu tinggi badan saya juga agak sedikit tinggi, jadi orang di belakang semua tahu kalau di depan ada siswa yang kepalanya menonjol keluar. Karena banyak sekali siswa perempuan yang matematika, fisika, dan kimianya lumayan kurang, maka mereka sering mampir bertanya kepada saya, saya pun sering menghabiskan waktu, menjelaskan kepada mereka pertanyaan yang mereka tidak bisa. Ada salah satu teman saya yang sangat dekat pun berjalan kemari, menepuk meja saya, memukulnya, dia berkata: Kamu mengajar teman ini saja sudah mengajar lebih dari satu jam, kamu sendiri masih perlu belajar tidak? Dia itu sudah tidak tahan lagi melihatnya, mengapa kamu menghabiskan begitu banyak waktumu sendiri untuk orang lain? Saya pun bersenyum kepadanya, saya berkata: Sebenarnya saya menjelaskan kepadanya, saya sendiri yang memperoleh paling banyak, karena ia hanya ingin bisa mengerjakan soal ini, saya itu mesti mengajarnya sampai bisa, ini tidak sama! Pemikiran kami harus lebih jelas dan lebih mendalam.
Saya mengajar orang lain matematika, tetapi saya sendiri jarang sekali mengerjakan sangat banyak latihan, karena juga tidak ada waktu, ada banyak sekali teman sekelas yang sampai mengerjakan soal latihan dari lembaga kursus lain. Alhasil pada saat ujian, tahun pertama ujian, saya memperoleh nilai sembilan puluh untuk matematika, nilai maksimalnya adalah seratus, nilai saya sembilan puluh. Tahun kedua ujian guru pengganti, pun tidak ada belajar, karena juga tidak ada waktu, juga memperoleh nilai delapan puluh delapan; tahun ketiga ujian lagi, juga memperoleh nilai delapan puluh delapan pula. Ini menandakan derma ilmu Anda pada saat itu, Anda pada saat itu dengan sangat sukacita menjelaskan kepada orang lain metode-metode tersebut, kemampuan Anda sendiri untuk menalar logis pun semakin lama semakin meningkat. Jadi benar-benar, derma ilmu memperoleh kepintaraan dan kebijaksanaan.
Berhubung perasaan tersebut, saya sering menanyakan sebuah pertanyaan kepada teman-teman, saya tanya apakah daya ingat berbanding terbalik dengan usia? Iya bukan? Bukan. Pada umumnya orang berkata hidup semakin tua, daya ingatnya bagaimana? Akan melemah. Hidup semakin tua daya ingat semakin melemah adalah hasil, apa penyebabnya? Tidak digunakan lagi. Masih ada lagi? Terlalu banyak kegelisahan! Setiap hari terselimuti awan mendung, berpikir sampai akhirnya pun tidak ingat lagi semuanya! Jadi mengapa daya ingat seseorang melemah? Anda tidak menggunakannya, lalu ada setumpuk kegelisahan, pastinya akan semakin lama semakin melemah. Guru Li Bingnan saat mengajar pada usia sembilan puluh tujuh tahun apakah perlu membuka buku? Tidak perlu! Benar! Oleh karena itu, saya sejak usia dua puluh lima tahun mulai belajar kitab klasik orang kudus dan bijak, juga sangat serius mempelajarinya, daya ingat saya pun terus bertahan pada tingkatan demikian. Memang benar bahwa menderma ilmu dapat memperoleh kepintaran dan kebijaksanaan. Lagi pula setiap orang pun mampu melakukannya, kita harus tahu, Mensius berkata kepada kita,"Siapakah Shun? Siapakah aku? Yang telah melaksanakannya tiadalah beda". Baik, ini adalah derma harta, yang kedua adalah derma ilmu.
Yang terakhir, derma ketidaktakutan memperoleh kesehatan dan panjang umur. "Ketidaktakutan" yakni membuat orang lain bebas dari rasa ngeri, ini disebut ketidaktakutan. Kita angkat sebuah contoh yang paling konkret, contoh yang paling nyata, wanita Singapura berusia seratus enam tahun yang bernama Teresa Hsu. Beliau tiada hentinya membantu orang lain untuk bebas dari derita penyakit, bahkan kesulitan dalam hidupnya, beliau pun berinisiatif untuk membantunya. Beliau pada usia lima puluhan tahun baru belajar untuk menjadi perawat, semangat tersebut benar-benar membuat kami sangat kagum. Beliau selalu membantu orang lain, setiap kali menyelesaikan penderitaan orang lain, jadi beliau pun memperoleh apa? Kesehatan dan panjang umur. Usia seratus enam tahun jalannya sangat cepat, saat berbicara juga sangat bersemangat, tidak kelihatan telah berumur ratusan tahun. Oleh karena itu, kebenaran harus melalui verifikasi kita sendiri, dengan begitu keyakinan Anda barulah akan sangat penuh.
Kebetulan sebelum saya pergi ke Australia, kakek saya (saat itu berusia delapan puluh empat tahun) mengalami stroke. Pada saat beliau stroke, tengah malam itu, kami bergegas menuju rumah sakit, alhasil dokter pun berkata: Usia delapan puluhan, kita tidak berani melakukan pembedahan, namun karena yang tersumbat adalah seluruh pembuluh darah (stroke pada umumnya itu bagaimana? Satu saluran saja, ini adalah seluruh pembuluh darah yang tersumbat), jadi kalian bersiap-siaplah untuk mengurus pemakaman. Ayah saya dan paman-paman serta bibi-bibi saya semuanya sangat berbakti, menghadapi kejadian tiba-tiba ini, karena kakek saya juga tidak ada penyakit jantung, bertubuh tinggi dan kurus, tubuhnya juga kelihatannya sangat sehat, namun sebenarnya telah ada  gejala yang muncul, cuma tidak terperhatikan. Karena selama masa itu, kakek saya pun merasa kepalanya pusing, karena juga tidak terpikirkan, beliau juga tidak punya tekanan darah tinggi, kepalanya pusing, maka mengira mungkin hanya pilek, jadi gejala tersebut pun tidak ditemukan.
Saya melihat ayah dan juga para tetua semuanya panik, pada saat itu saya pun berkata kepada ayahku, saya bilang derma ketidaktakutan memperoleh kesehatan dan panjang umur. Jadi saya berkata: Pa, Anda sekarang harus memberikan saya lima puluh ribu dolar, pastinya harus uang kakek saya, karena mengambil uangnya untuk menderma ketidaktakutan, bantuan terhadapnya paling langsung. Tentu saja ayahku juga cukup memercayaiku, pun memberikannya kepadaku. Kemudian saya pergi ke ruang perawatan intensif, saat tiba di sana saya pun berkomunikasi dengan kakek saya, saya berkata: Masa kini orang yang miskin dan orang yang menghadapi kelaparan lumayan banyak, kita masih ada kemampuan lebih maka bisa membantu mereka. Alhasil kakekku pun menganggukkan kepalanya, satu kata pun tidak dapat diucapkannya. Saya pun bergegas menyumbang uang untuk bantuan bencana internasional, untuk membantu orang-orang yang kesulitan tersebut. Alhasil setelah lima hari opname di ruang perawatan intensif, kakek saya pun dipindahkan ke ruang rawat inap umum. Jadi benar-benar Anda harus memverifikasinya.
Kemudian setelah pindah ke ruang rawat inap umum, dokter pun menambahkan: Penderita stroke usia delapan puluhan, tidak akan mungkin bisa jalan lagi, kalian harus bersiap sedia. Lalu pada saat itu saya telah berhenti bekerja demi pergi ke Australia untuk belajar, saya pun berjanjian dengan kakek saya, saya bilang "Lain kali saat saya pulang, Anda harus berjalan di hadapan saya", membuat janji demikian dengan kakek saya. Kemudian setelah saya pergi ke sana, karena Pure Land Learning College sedang melatih banyak sekali guru untuk menyebarkan ilmu orang kudus dan bijak, jadi saya juga membawa sejumlah uang ke sana untuk disumbangkan, juga menyumbangkannya atas nama kakek saya. Kebetulan hari itu setelah menyumbang, saya membuat sebuah panggilan telepon kepada ibu saya, ibu saya berkata: Kakekmu hari ini sudah bisa berjalan. Jadi sangat banyak kebenaran, kita pasti harus menggunakan hati yang penuh tulus untuk membuktikannya, orang kudus pasti tidak akan mungkin berbohong. "Bila orang tua sakit, cicipi obatnya dahulu", selain mengobati penyakitnya, masih harus mengobati nyawanya, saat derma ketidaktakutan seseorang semakin banyak, tubuhnya barulah dapat semakin sehat.
『Rawat siang malam, tidak tinggalkan ranjang, ini adalah suatu perilaku yang ditampilkan oleh hati penuh tulus dari anak berbakti, tentu saja andai tubuh Anda tidak begitu baik, juga jangan tetap berteguh, saat patut beristirahat maka istirahat sejenak. Tetapi asalkan orang tua membutuhkan Anda, setidaknya Anda pun dapat secara langsung mengetahuinya, Anda juga boleh tidur di sampingnya, lalu mengambil seutas tali dan mengikatnya dengan baik, asalkan ibu atau ayah Anda membutuhkan, sekali tarik, Anda pun bangun. Kita harus tahu untuk berluwes, Anda jangan bilang bahwa Kaisar Wen dari Han pun tidak tidur, saya juga mempelajarinya, tidak perlu demikian.
『Kabung tiga tahun, sering rintih sedih, ini menunjukkan bahwa orang tua telah meninggal dunia. Di dalamKitab Baktiada sepatah petuah yang sangat penting, yang menyebutkan "saat melayani penuhkan rasa hormat, saat merawat penuhkan rasa senang", kita menggunakan rasa hormat, menggunakan sebuah hati yang ingin membuat orang tua sukacita untuk merawat mereka; "saat sakit penuhkan rasa risau, saat berkabung penuhkan rasa duka, saat sembahyang penuhkan rasa khidmat", yakni sewaktu menyelenggarakan perkabungan, kita harus merindukan budi orang tua, sewaktu sembahyang harus penuh dengan rasa khidmat, tidak melupakan petuah orang tua, ini adalah tugas pokok yang seharusnya ditunaikan oleh anak berbakti. Jadi sewaktu ritual berkabung, kita juga harus menyelenggarakannya penuh dengan rasa khidmat, jangan ingar-bingar. Adakalanya menyelenggarakan perkabungan masih mengundang segerombolan orang untuk membantu menangis, bermakna tidak bila demikian? Manalah bermakna! Seharusnya budi orang tualah yang sering kita ingat dalam hati. Dan Ouyang Xiu ada sepatah petuah yang sangat baik, beliau berkata "sembahyang dengan berlebihan, tidak sebaik merawat dengan bercukupan", sebaik apa pun persembahan saat sembahyang, tidak sebaik merawat orang tua dengan baik saat mereka masih hidup, lebih bermakna. Sewaktu hidup tidak merawatnya, saat meninggal dunia menghabiskan segitu banyak uang, itu benar-benar terlalu terbalik!
Jadi sekarang orang tua kita masih sehat walafiat, harus sangat menghargainya, merawatnya dengan baik; saat orang tua pergi, kita juga akan merasa sangat mantap dan sangat lega, bagaimanapun juga kita telah berdedikasi. Zaman dahulu ada sebuah pepatah, "pohon ingin bertenang namun angin tidak berhenti, anak ingin berbakti namun orang tua telah tiada", penyesalan seperti ini jangan sampai lagi terjadi pada diri kita sendiri. Jika orang tua Anda telah meninggal dunia, apakah Anda masih dapat mendedikasikan rasa baktimu? Tentu saja bisa, asalkan Anda berdedikasi penuh "membina diri dan menjalankan hakikat, terkenal sampai ke generasi berikutnya", maka dapat "membanggakan orang tua". Dan kita juga berdedikasi penuh untuk mengajarkan anak kita sendiri dengan baik, agar garis keturunan klan kita dapat semakin lama semakin baik, ini juga dapat melegakan hati arwah orang tua yang telah meninggal. Jadi ritual berkabung diselenggarakan penuh dengan rasa khidmat, dapatlah dilaksanakan menurut keinginan orang tua. Lalu pada ritual berkabung tersebut, kita beserta segenap klan, mengenang kontribusi orang tua kita seumur hidupnya terhadap klan ini, dan juga harapan yang ditaruh orang tua kepada klan ini, disampaikan lewat ritual berkabung.
"Berkabung tiga tahun", "tiga tahun" ini adalah etiket kuno, harus berkabung selama tiga tahun. "Sering merintih sedih", sangat banyak orang pun menjelaskannya menurut tulisan tersebut, ia bilang: Harus menangis tiga tahun, bukankah itu sangat melelahkan! Jadi menjelaskan makna menurut tulisannya, orang kudus dan bijak pun berteriak dizalimi! "Sering merintih sedih" ini adalah emosi yang secara alami akan dimiliki oleh seorang anak berbakti. Karena anak berbakti setiap niatnya selama puluhan tahun adalah mengenang budi orang tua di dalam hatinya, saat orang tua meninggalkannya, beliau sangat sulit menerimanya, asalkan teringat kembali orang tuanya, air matanya pun akan mengalir tidak tertahankan, jadi "sering merintih sedih".
Karena ada rasa rindu tersebut, barulah akanubah tata rumah, pantang arak daging, jadi "etiket" sebenarnya berasal dari lubuk hati seseorang, yang dicerminkan keluar secara alami. Orang tua pun telah tiada, apakah beliau masih akan pergi berpesta pora? Tidak akan mungkin. Orang tua telah meninggal, maka "mengubah tata rumah", secara alami terhadap berbagai pengaburan, terhadap arak dan daging pun tidak ingin mengkonsumsinya. Jadi "berpantang arak dan daging".
『Kabung penuh ritual, sembahyang penuh tulus, "sembahyang" ini yakni setiap tahun menyembahyangkan orang tua pada waktu yang ditetapkan, ini adalah keutamaan kita sebagai orang Tiongkok yang sangat baik, jadi ada balai leluhur.Bidal Mengurus Rumah Tangga Zhu Zijuga menyebutkan, "leluhur meskipun jauh, sembahyang tidak boleh tidak tulus",Analekjuga menyebutkan, "waswas ajal dan mengenang pendahulu, moral rakyat kembali kental". Seseorang asalkan sering berpikir bahwa karena adanya orang tua, karena adanya leluhur, hari ini barulah ada kami, selalu ada rasa syukur tersebut, maka hati orang akan sangat kental.
Sembahyang harus penuh ketulusan, setiap kali sembahyang belum tentu harus dilaksanakan dengan sangat rumit, namun yang pasti kita harus mempertahankan secara bersinambung, melaksanakannya untuk dipelajari anak kita. Ada seorang ayah, beliau juga melayani orang tuanya dengan sangat berbakti, kemudian orang tuanya meninggal, beliau pun setiap waktu yang ditetapkan berziarah ke kubur, kedua anaknya pun melihatnya dalam mata. Pada suatu hari TK mereka membagi mereka masing-masing orang sebuah permen, permen yang sangat enak sekali, anak kecil tersebut tidak langsung memakannya di tempat, malahan membawanya pulang dan memberikan kepada ayahnya. Ayahnya juga sangat terharu setelah melihatnya, kemudian anaknya berkata: Ayah, saat kakek dan nenek masih hidup, setiap kali Anda mempunyai sesuatu pun akan terlebih dahulu diberikan kepada kakek dan nenek; biarpun kakek dan nenek telah meninggal, Anda juga sering membawa sesuatu untuk dipersembahkan, hari ini TK kami membagi kami dua buah permen, juga diberikan dahulu kepada ayah. Jadi ini adalah atasan melaksanakan bawahan meneladani.
Layan yang wafat, bagai masih hidup, sikap dalam melayani orang tua tidak berbeda sama sekali dengan waktu masih hidup. Harapan dan petuah orang tua terhadap kami, niscaya tidak akan karena kepergian orang tua maka mengalami perubahan, bahkan harus lebih berupaya barulah benar, harus tidak mengecewakan budi asuhan orang tua. Ada seorang anak kecil, kebetulan neneknya meninggal dunia, mereka pun duduk di atas mobil jenazah, omnya membopong guci abu neneknya. Selama perjalanan ini agak bergoncang, omnya segera memberitahu yang memandu mobil: Pandulah lebih lambat, karena ibuku tidak terbiasa menumpangi mobil cepat. Anak ini setelah melihatnya juga sangat terharu, saat kembali ke sekolah pun berkata kepada guru mereka: Guru, apakah perilaku om saya ini adalah "layani yang wafat, bagaikan masih hidup"? Jadi teman-teman sekalian, jangan meremehkan, anak-anak sangatlah tanggap.
Kita bahas sampai di sini saja ayat pada "di dalam harus berbakti". Mengajar anak "bakti" ada sangat banyak metodenya, kita pun dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan dengan baik. Mari kita berpikir sejenak, mengajarkan anak rasa bakti, ada metode penting apa saja, kita coba tangkap pedomannya. Yang paling penting adalah apa? "Memberi teladan dengan perbuatan"! Jawaban standar, mari, beri tepuk tangan untuk diri sendiri! Memberi teladan dengan perbuatan, ini sangatlah penting. Mengajarkan bakti, yang kedua harus "kerja sama orang tua dan guru". Guru juga mengajar, orang tua di rumah pun berkoordinasi, perilaku anak dengan sangat cepat dapat sesuai dengan aturan. Jadi ada TK di kota Shenzhen, orang tua murid mereka setiap minggu akan mengikuti kelas pendidikan keluarga, pun belajarDi Zi Gui, belajar seayat demi seayat. Jadi orang tua murid dan guru pun berkoordinasi dengan sangat baik, pembalikan perilaku pada anak pun luar biasa cepat, karena guru dan orang tua adalah yang paling berpengaruh pada masa kecil anak. Anda lihat anak-anak pada masa kecilnya, buka mulut tutup mulut itu semuanya adalah apa? "Kata papa saya", "Kata mama saya". Setelah masuk TK bilang apa? "Kata guru kami". Jadi peluang yang begitu bagus harus digunakan dengan baik, kerja sama orang tua dan guru.
Selanjutnya, harus "koordinasi suami dan istri". Guru mengajarnya sedikit, tidak masalah, karena guru belum tentu mengerti pentingnya mengajarkan rasa bakti, tentu saja, saat guru tidak mengerti, Anda seharusnya bagaimana? Harus membawaDi Zi Guiuntuk diberitahu kepada guru. Karena masyarakat adalah sebuah keinteraktifan, kita pun jangan meremehkan kekuatan kita sendiri, pergerakan sangat banyak sekolah di daerah Haikou, pun dipicu oleh orang tua murid. Ketika guru belum mengajarkan, kita harus segera mengajarkannya, maka itu suami istri dapat berkoordinasi. Karena Anda selaku ibu, andai Anda berkata kepada anakmu: Nak, ibu melahirkanmu sangat susah payah, kamu harus berbakti kepadaku. Apakah Anda mampu melontarkannya? Sepertinya terasa aneh, tidaklah mungkin mengklaim jasa sendiri. Pada saat tersebut ayah dapat mengajarkan anak untuk berbakti kepada ibu, ayah boleh berkata: Nak, kamu boleh tidak berbakti kepada saya, tetapi kamu harus berbakti kepada ibumu. Mengapa? Karena ibumu pada saat hamil begitu susah payah, setiap hari mual dan muntah. Anda pun menuturkan satu per satu semua jerih payah ibunya, semakin tulus Anda menceritakannya, anakmu mungkin mendengar sampai setengah, air matanya pun menetes, dia tahu budi maka akan dapat membalas budi! Anda jangan sampai mengatakan: Guru Cai, adegan itu saya tidak tahu, saya waktu itu sibuk. Menjadi suami seperti ini tak memenuhi syarat, seharusnya banyak menemani istri. Jadi suami berkata demikian, pun dapat membuat anak terhadap budi ibunya mampu mengerti untuk diamati dan dihargai.
Istri harus membantu siapa berbicara? Membantu suami berbicara, harus memberitahu anak, ayah bekerja sangat susah payah, membuat dia merasakan jerih payah ayahnya setiap hari, dia secara alami terhadap ayah akan tumbuh rasa bakti yang penuh hormat. Apakah Anda pernah membantu suamimu dengan mengatakan yang baik? Harus bilang! Dengan begitu barulah dia bisa memahami jerih payah sebagai orang tua. Ada beberapa wanita bukan hanya tidak membicarakan jasa suaminya, adakalanya masih di depan anak mengomeli suami sendiri, "Ayah kamu ini …", ucapan seperti ini melanggar tabu komandan militer. Ucapan seperti ini akan menimbulkan dampak yang tidak baik seperti apa? Rasa hormat anak terhadap ayah memudar sedikit demi sedikit. Hari ini tidak peduli suamimu membuat hal apapun yang tidak baik, kita harus dapat "menutup keburukan menyebarkan kebajikan". Anda pun mencari yang tidak baik saja, maka anak terhadap ayah sama sekali tidak hormat. Ketika anak terhadap ayah tidak hormat, dapatkah sang ayah merasakannya? Dia berkata: Istri memandang rendah saya, bahkan anak juga memandang rendah saya, baik, saya akan benar-benar jahat! Mungkin secara tidak tampak telah mendorongnya keluar dari rumah. Manusia tentunya adalah baik-buruk saling bercampur, pada saat tersebut Anda pun sering membicarakan apa saja yang sangat baik dari ayahnya, sang anak akan berkata kepada ayahnya: Ayah, Anda dalam hal itu sangat baik, Anda dalam hal ini juga sangat baik. Sang ayah sekali melihat anaknya begitu memandang tinggi dirinya, maka saya seharusnya lebih menghargai dan lebih membangkitkan hasrat untuk meraih kejayaan, harus tidak mengecewakan dukungan dari anak tersebut. Secara alami dia pun akan berkembang menuju arah yang baik. Jadi suami dan istri juga dapat berkoordinasi bersama-sama dalam mengajarkan rasa bakti.
Dan juga, prinsip pendidikan di dalam keluarga harus konsisten, yakni harus memiliki konsensus. Andaikan prinsip mendidik anak antara suami dan istri tidak sama, maka anak mendengarkan siapa? Andai kakek dan nenek pun ikut campur, maka menjadi kereta kuda berkepala berapa? Pada saat itu anak akan mendengarkan siapa? Anak pasti memilih orang yang mana sembunyi di belakang mereka maka akan bebas masalah, pada saat tersebut akan sulit mendidiknya, jadi benar-benar harus banyak berkomunikasi barulah bisa. Ada seorang wanita, dia sendiri juga secara diam-diam mengajarkanDi Zi Guiterlebih dahulu, dan juga tidak berkata "Pak mertua, Anda harus berbuat seperti ini","Suami, Anda harus berbuat seperti ini", dia tidak demikian, dia sendiri terlebih dahulu mengajarkan anaknya sedikit demi sedikit. Kebetulan suatu kali anaknya masuk ke kamar kakeknya, kemudian berkata kepada kakeknya: Kakek, bolehkah saya membuka ini untuk dilihat-lihat? Kakeknya tiba-tiba merasa anak ini begitu kecil, tak disangka begitu punya sopan santun, beliau berkata: Siapa yang mengajar kamu? Ia berkata: Ibu yang mengajar saya, kata ibu "perkara meskipun kecil, jangan sembarangan bertindak". Mertuanya sekali mendengarnya sangat girang, segera pergi memberitahu anaknya, ia berkata: Menantu sangat berusaha dalam mendidik anak, kamu harus berkoordinasi denganya baik-baik dengannya. Jadi mertua masih membantunya berbicara. Rumah mereka setiap pagi saat bangun tidur memainkan kaset pelafalanDi Zi Gui, untuk bangun tidur bersama.
Membantu diri barulah orang akan membantumu, dengan sumbangsih kita yang tulus, secara alami pun dapat membuat orang di sekeliling kita secara perlahan-lahan mencapai konsensus. Baik, pelajaran kami hari ini sampai di sini saja, terima kasih semuanya.