Dikutip dan diterjemahkan dari : "Seminar Hidup Bahagia – Penjelasan《Di Zi Gui》Secara Mendetail" oleh Guru Cai Lixu
pada tanggal 17 Februari 2005 (Episode 10)
Teman-teman sekalian, kita teruskan pelajaran sebelumnya:
【Jū Yǒu Cháng. Yè Wú Biàn.】[Pola hidup ada rutinitas. Karier tidak berubah.]
Jadi akademik, karier, dan rumah
tangga kita harus dijalankan dengan baik, agar hati orang tua dapat tenteram.
Tadi kita juga menyebutkan, pekerjaan harus memilih yang cocok, kemudian
berdedikasi
penuh untuk mengembangkannya, niscaya jangan menargetkan terlalu tinggi dan jauh. Banyak orang di era ini selalu ingin cepat kaya, sebenarnya mana ada
makan siang gratis di dunia ini. Ketika memiliki niat yang ingin cepat kaya
ini, bagai
ungkapan "ingin cepat malah tidak
tercapai", terkadang saat dia berganti pekerjaan, sebenarnya hatinya
sangat tergesa-gesa. Ketika hati seseorang tergesa-gesa, dapatkah ia membuat
pilihan yang tepat? Sangat sulit. Ketika ia berganti pekerjaan, mungkin membuat
orang tua mulai khawatir.
Selanjutnya, setiap ia mengganti
pekerjaan, sebenarnya telah berpengaruh terhadap kredibilitas sosialnya.
Tadinya hubungan manusia yang telah terjalin, sekali Anda bergerak, misalnya
membuka rumah sakit, ia adalah dokter terkenal dari rumah sakit ini. Meskipun
pasien yang datang berobat kepadanya sangat banyak, tetapi kita harus berpikir,
tidak hanya karena keahlian kita yang bagus, tetapi karena rumah sakit ada ketua yang sangat baik dalam memimpin, ada dewan direksi
barulah dapat menyukseskan peluang kerja kita. Kita juga harus mengenang bahwa kita sudah begitu lama di
rumah sakit tersebut, selama ini ada begitu banyak orang yang menyukseskan kestabilan pekerjaan kita. Jadi tidak boleh hanya berpikir bahwa diri kita lumayan
bagus, ingin ada perkembangan besar, kemudian segera membuka satu lagi di
seberang rumah sakit sebelumnya, menjadi bos sendiri, pendekatan semacam ini
akan kehilangan apa? Kekeluargaan. Kemungkinan masih membawa keluar rekan yang
lain untuk membuka bersama-sama. Kita jadi orang harus bertapak dan maju dengan
mantap, tidak boleh tergesa-gesa. Lagi pula bergabung dengan baik lebih
pentingnya lagi harus pamit dengan baik, andaikan tidak pamit dengan baik, keluhan-keluhan tersebut akan menghambat
perkembangan karier Anda di masa mendatang. Ketika kita bertapak dan maju
dengan mantap, membuat peluang tersebut ibarat aliran air membentuk saluran.
Lalu kekayaan dalam hidup,
niscaya bukan bisa Anda dapatkan dengan berebut, bagai perkataan awam "bila ditakdirkan ada maka akhirnya pasti ada, bila ditakdirkan tiada maka tidak usah
memaksa", ingin memanen sedemikian, yang paling penting harus menanam
sedemikian terlebih dahulu. Dalam pelajaran kita beberapa hari terakhir juga
telah membahas, penyebab sejati dari kekayaan sesungguhnya adalah harus banyak melaksanakan derma, banyak bersumbangsih kepada masyarakat ini, secara alami derma harta pun akan memperoleh kekayaan. Seperti orang terkaya di Hong Kong Li Ka-shing, dana yang
disumbangnya setiap tahun sangatlah besar, saya pernah mengajar di Shantou,
beliau adalah orang Shantou, beliau selalu menyumbangkan banyak fasilitas umum
untuk membalas kampungnya. Oleh karena itu, kita menghadapi pekerjaan juga harus secara
bertapak dan maju dengan mantap dalam menjalaninya, tidak boleh menargetkan
terlalu tinggi dan jauh, tidak boleh terlalu tergesa-gesa. Karena sekali kita
bergerak, maka akan memengaruhi seluruh keluarga dan teman di sekitarmu, kita
semakin mantap dalam melaksanakan hal maka membuat hati mereka semakin tenteram. Mari
kita lihat ayat berikutnya, kita bacakan satu kali bersama-sama:
【Shì Suī Xiǎo. Wù Shàn Wéi. Gǒu Shàn Wéi.
Zǐ Dào Kuī. Wù Suī Xiǎo. Wù Sī Cáng. Gǒu Sī Cáng. Qīn Xīn Shāng.】
[Terjemahan harfiah:
"Hal meski kecil. Jangan sembarang tindak.
Bila sembarang tindak. Moral anak rosot. Barang meski kecil. Jangan sembunyi sendiri.
Bila sembunyi sendiri. Orang tua sedih."
Terjemahan:
"Perkara meskipun kecil. Jangan
sembarangan bertindak. Bila sembarangan bertindak. Moral anak akan merosot.
Barang meskipun kecil. Jangan disembunyikan sendiri. Bila disembunyikan sendiri. Orang tua akan sedih."]
『Hal meski kecil, jangan sembarang tindak, bila sembarang tindak, moral anak rosot』, sebenarnya kebanyakan
kebajikan besar adalah dimulai dari pelaksanaan kebajikan kecil, kebanyakan
kejahatan besar juga dimulai dari akumulasi kejahatan kecil. Jadi Liu Bei ada sepatah motivasi yang sangat penting
kepada anaknya, "jangan karena kebajikan kecil maka tidak dilakukan,
jangan karena kejahatan kecil maka dilakukan". Ucapan dan perilaku anak dalam keluarga, Anda tidak
boleh asal-asalan, jika terlalu sembrono, di kemudian hari saat keluar akan ada
kemungkinan melakukan kekhilafan yang besar. Tentu saja, ingin membuat anak "jangan sembarangan
bertindak", kita sebagai orang tua terlebih dahulu harus "jangan
sembarangan bertindak", harus terlebih dahulu memberikan teladan untuk
dilihat anak. Misalnya ketika menonton TV, boleh tidak meletakkan kaki di atas meja?
Meskipun ini adalah masalah sepele, tetapi memberikan peragaan yang sangat
sembrono kepada anak.
Misalnya keluar dengan membawa
mobil, seingatku ada seorang guru kami di Shenzhen, hari itu kebetulan membawa
seorang anak berusia lima tahun lebih. Sambil mengemudi, kebetulan berpapasan
dengan lampu lalu lintas, maka ia berhenti, anak tersebut melihat guru
berhenti, maka mengatakan kepadanya: Guru, Anda tidak perlu berhenti, Anda
langsung bawa ke sini, kemudian berputar lagi kembali. Belajar dari mana?
Ibunya adalah polisi. Jadi "perkara meskipun kecil, jangan sembarangan bertindak". Setelah guru tersebut mendengarkannya, juga berkepekaan tinggi,
hal ini harus cepat dikomunikasikan dengan orang tuanya, pertimbangan anakmu
terhadap benar dan salah belum terbina, kita selalu melakukan peragaan yang
salah, mana boleh seperti itu! Guru tersebut dalam berbicara juga sangat
artistik, menelepon ke sana untuk memberitahu orang tuanya, ia berkata: Anak
Anda hari ini mengajarkan saya mengemudi. Ibunya segera tertawa, paham sendiri
apa yang terjadi. Jadi teman-teman sekalian, kita sebagai tetua tidak boleh tahu salah masih membuat kesalahan, ini
sangatlah tidak baik. Dari banyak faktor yang mendetail, kita harus memiliki
kepekaan, harus memberikan teladan kepada anak. Bila Anda memiliki sikap
tersebut, dijamin Anda akan tiba-tiba merasa bahwa moral dan ilmu sendiri juga sedang berkembang setiap harinya.
Terhadap anak
ada sangat banyak hal yang perlu kita banyak peringatkan, terutama dari segi keamanan, asal tindakan ini bakal menyebabkan bahaya terhadap
hidup, maka harus banyak mengingatkan. Dan adakalanya malah tidak boleh
mengingatkan sekali, masih perlu tanpa jengkel dan bosan. Dari segi apa harus
diingatkan? Para ayah dan ibu, harus mengingatkan dari segi apa? Menyeberangi
jalan; perihal
ini pertama adalah keamanan, perihal kedua juga sikap mematuhi aturan. Jadi asalkan hal menyangkut keamanan atau pematuhan peraturan, harus benar-benar dipatuhi. Seperti sering selama liburan musim dingin dan
panas selalu ada beberapa kecelakaan, anak-anak bermain petasan sehingga
menyebabkan kebakaran, anak-anak berjanjian untuk pergi berenang,
juga tidak "keluar harus beritahu, pulang harus menghadap", jadi terkadang nenek
moyang kita berkata "senang tidak boleh disangatkan", senang bersangatan menimbulkan duka. Hal-hal tersebut harus diperingatkan sejak kecil, andaikan anak-anak sering
diperingatkan, sensitivitasnya terhadap keamanan akan sangat tinggi. Misalnya
saat membawa air panas, Anda harus memperingatkannya untuk berhati-hati, dengan
begitu maka dapat mengurangi terjadinya banyak kecelakaan.
Selain harus memperhatikan keamanan diri sendiri,
juga harus mengingatkan anak, asal ada tindakan yang dapat menyebabkan bahaya bagi orang lain, sama sekali tidak boleh dilakukan. Ketika ia memiliki sikap
ini, dia akan selalu mengamati, apakah ucapan dan perilaku saya menyebabkan cedera orang
lain. Saya ingat pernah melihat sebuah laporan, seorang anak karena iseng,
temannya ingin duduk di kursi ini, ia langsung menarik kursi tersebut. Temannya
tidak memperhatikan maka langsung duduk, sehingga tulang belakangnya terbentur
sangat keras dengan tanah, menyebabkan kelumpuhan permanen. Melalui contoh
tersebut kami akan mendidik
berbasis peluang, maka memberitahu siswa, kamu
lihat, satu tindakan sebegitu kecil, menyebabkan
penderitaan begitu besar kepada orang lain.
Berapa orang yang menderita? Kamu lihat siswa tersebut, ia entah berapa puluh
tahun harus melewati hidupnya di tempat tidur. Anak-anak, coba kamu sendiri yang berbaring di sana, kamu berbaring tiga hari saja, maka
seluruh tubuhmu akan tidak nyaman. Tidak hanya dia yang menderita, ada orang
yang lebih menderita daripada dia, yakni orang tuanya; melihat anak yang diasuh selama belasan
tahun, tak
disangka menjadi seperti ini, setiap kali
melihatnya, saya yakin adalah sebuah siksaan. Jadi terhadap orang tuanya juga
merupakan penderitaan seumur hidup. Seseorang tidak hanya orang tua saja yang perhatian dengannya, semua anggota keluarga dan teman yang menyayanginya juga akan sangat
sedih. Jadi anak-anak
sekalian, kamu lihat, sebuah tindakan
kecil telah menyebabkan penderitaan begitu banyak orang, hal ini pasti tidak
boleh dilakukan. Oleh karena itu, "perkara meskipun kecil, jangan sembarangan bertindak", ini persoalan dari segi
keamanan.
Dari segi aturan, kita juga
harus memberitahu anak untuk mematuhi aturan, "perkara meskipun kecil, jangan sembarangan bertindak". Tidak boleh sembarangan
membuang sampah, membuang sampah tampaknya seperti hal yang sepele, tetapi
ketika membuang sampah telah menjadi kebiasaan, itu tidak hanya akan memalukan
keluarga, masih ada kemungkinan akan memalukan negara. Saya juga pernah mendengar,
ketika mendaki bukit, andai Anda tidak tahu jalan harus bagaimana mendakinya? Bagaimana mendakinya?
Mendaki mengikuti jalur sampah. Hal ini tampaknya praktis, tetapi saat kita
berpikir lebih dalam, itu adalah kedukaan dari perilaku manusia, bukan hanya tidak ada rasa malu, terhadap alam juga
tidak tahu untuk merawatnya. Orang Tiongkok ribuan tahun yang lalu ada seperti
itu tidak? Ada tidak? Orang Tiongkok ribuan tahun yang lalu menerima petuah orang kudus dan bijak, "langit
sebagai ayah, bumi sebagai ibu", harus menghargai tanah dan bumi yang memelihara
kita ini. Oleh karena itu, biarpun membuang sampah pun tidak boleh sembarang bertindak.
Di dalam internet, pernah
dilaporkan tiga buah berita. Yang pertama di Pearl Harbour, Amerika Serikat, di
atas tong sampah Pearl Harbour Amerika Serikat bertuliskan sebaris karakter
Tionghoa. Di Pearl Harbour semua orang berbahasa Inggris, di atas tong sampah
bertuliskan "Silakan buang sampah di sini", tertulis untuk dilihat siapa? Yang
kedua di Istana Raja
Thailand, yang juga merupakan objek
wisata internasional, di toiletnya juga bertuliskan sebaris kata, "Setelah
buang air harap disiram", juga ditulis dengan karakter Tionghoa, ditulis
untuk dilihat siapa? Tertulis untuk dilihat orang-orang Tiongkok. Di Notre Dame, Paris, juga bertuliskan sebaris karakter Tionghoa, "Silakan jangan membuat suara
keras". Semua itu adalah hal kecil, satu adalah berbicara, satu adalah
menyiram toilet, satu adalah membuang sampah, tiga hal kecil telah membentuk
sebuah masalah besar, masalah besar apa? Muka orang Tiongkok telah dibuang
sampai ke seluruh dunia karena tindakan kecil tersebut. Kami memberitahu
hal-hal ini kepada anak-anak, anak-anak akan berkata: Guru, hapus tulisan
tersebut. Saya berkata bagaimana menghapusnya? Seseorang saat Anda berbuat
salah, orang tersebut ingin berbicara tentang Anda, Anda menutupi mulutnya,
apakah orang tersebut tidak membicarakannya lagi? Anda berhasil menutup mulut
satu orang, apakah mampu menutup mulut semua orang? Tidak mungkin! Kita harus
merasa malu, tidak boleh mempermalukan negara kita sendiri, mulai dari
perbuatan kita sendiri, dengan tidak membuang sampah sembarangan, serta selalu
mempertahankan kebersihan publik dan ketenteraman publik.
Teman-teman sekalian, mari kita pikirkan lagi, Anda pernah pergi ke Istana Raja Thailand tidak? Kalian semua
begitu berberkah, sudah pernah pergi! Apakah Anda pernah ke Paris, Perancis? Saya percaya sebagian
besar warga Tiongkok tidak pernah pergi, yang bisa pergi adalah warga Tiongkok
apa? Mahasiswa, orang yang sangat kaya, serta orang yang status sosialnya
lumayan. Pernahkah Anda melihat seorang petani pedesaan ke Notre Dame Perancis? Sangat sedikit! Jadi
semuanya adalah orang-orang yang berkedudukan sosial dan berpendidikan tinggi, namun
tak disangka apa yang diperbuatnya malah
norma dalam kehidupan saja tidak mampu dilaksanakan dengan baik. Hal
ini juga mengungkapkan bahwa jenjang pendidikan tidak menandakan terdidik, jenjang pendidikan tidak menandakan tahu untuk bertingkah
laku, dan yang paling penting dalam
pendidikan,
yakni harus mengajarkan seseorang sikap
yang tepat dalam bertingkah
laku dan melakukan hal. Jadi andaikan di dalam sekolah tidak dapat mengajarkan ini, yang lebih penting adalah
pendidikan keluarga harus terlebih
dahulu menanamkan dasar yang baik. Sebenarnya guru
sekolah pun sangat berdedikasi penuh
dalam mengajar, tetapi karena mereka satu orang harus
menghadapi puluhan anak-anak, benar-benar tidak mudah. Hanya dengan orang tua
murid banyak berkoordinasi dengan guru secara proaktif, perilaku hidup anak pun akan sangat
mudah sesuai dengan aturan.
Oleh karena itu, dari segi
keamanan, dari segi aturan, kita harus ingat "perkara meskipun kecil, jangan sembarangan bertindak"; andaikan Anda melakukannya, "bila sembarangan bertindak, moral anak akan merosot", tanggung jawab kita tadi sebagai keturunan Yan Huang juga akan merosot. Saat kecil kita paling
takut orang lain mengatakan kepada kita: Perilaku kamu benar-benar kurang ajar!
Terkadang mendengar "Benar-benar kurang ajar", tidak peduli apa yang
kita lakukan, langsung akan bagaimana? Berubah menjadi sangat terkendali,
karena takut perilaku kita sendiri membuat malu orang tua; "tubuh ada luka,
membuat orang tua risau", "moral ada cedera" maka "membuat orang tua
malu", jadi rasa malu bagi seseorang adalah sangat penting.
Mari kita lihat ayat berikutnya,『barang meski kecil, jangan sembunyi sendiri, bila sembunyi sendiri, orang tua sedih』. Saat anak-anak masih belum terbina penilaian antara tepat dan salah, adakalanya akan mengambil barang sesuka hati,
adakalanya ia merasa iseng. Jadi sebagai orang tua dalam mengasuh anak harus lebih banyak berusaha, karena saat anak melakukan beberapa perilaku yang buruk, akan segera ditampilkan di mana? Wajahnya, ia akan merasa bersalah. Ada seorang ibu kebetulan menyadari anaknya hari ini pulang dengan ekspresi yang agak beda, maka ia pergi
mengecek tasnya, alhasil menemukan di dalamnya ada beberapa buah apel. Aneh,
mengapa ada beberapa buah apel? Langsung bertanya kepada anaknya sendiri. Tentu
saja anaknya mungkin dalam sesaat tidak dapat memberikan reaksi, juga sangat tegang, sehingga belat-belit; akhirnya pun berterus
terang, dengan beberapa teman melewati toko buah maka seraya mengambilnya.
Sebenarnya ia belum tentu ingin memakannya, tetapi karena bersama kerumunan
teman, suasana tersebut membuatnya merasa sangat asyik.
Ibu tersebut tiada kata kedua,
langsung membawa anaknya itu ke toko buah, sewaktu sampai terlebih dahulu
memberikan salam bungkuk kepada pedagangnya, kemudian meminta maaf kepadanya,
pedagangnya masih sedang sibuk, juga tidak tahu apa yang terjadi. Dia berkata:
Anakku telah mengambil beberapa apelmu. Pedagang tersebut masih merasa tidak
apa-apa. Maka ibunya membayar uang kepada pedagang tersebut, lalu meminta
anaknya untuk membungkuk
seraya memohon maaf kepada pedagang tersebut.
Ketika ia pertama kali berbuat salah, Anda langsung mencegatnya, dia akan
mengingatnya seumur hidup, dan tidak akan mengulanginya lagi. Ketika ia melihat
ibunya membungkuk untuk meminta maaf kepada orang lain, sebenarnya dalam hati
anak ini akan bagaimana? Merasa sangat bersalah. Oleh karena itu, keteladan sebagai
ibu, akan membangkitkan rasa
bersalah dan rasa malu anak. Anak tidak mungkin tidak berbuat
salah, tetapi asalkan ia berbuat salah, kita dapat secara tepat waktu menuntunnya, malahan akan menjadi sebuah pendidikan basis peluang yang sangat
baik.
Selain itu ada seorang ibu yang
membawa anaknya berbelanja ke toko buku, setelah selesai berbelanja, karena kebanyakan buku harian menyertakan sebuah kunci kecil, anaknya pun mengambil kunci kecil tersebut. Kemudian
setelah ibunya keluar, baru sadar bahwa anaknya telah mengambil kunci kecil tersebut, maka ia membawanya
untuk dikembalikan kepada kasir. Kasir tersebut berkata: Kunci ini dikembalikan
juga tidak tahu mau dipasang di mana, jadi buat Anda saja! Pada waktu itu ibu
tersebut juga tidak mengambil ke dalam hati, maka membawanya pulang. Kemudian
anaknya ke sekolah, ia tiba-tiba menyadari bahwa anaknya telah membawa pulang
beberapa barang kecil milik temannya. Oleh karena itu, ketika anak masih belum memiliki
penilaian antara tepat dan salah, sekali dia berbuat tindakan yang salah, Anda
tidak meluruskannya, di kemudian hari ia akan menjadi terbiasa. Bila orang tua sewaktu anak belum berusia lima atau enam tahun dapat banyak bersumbangsih, mengajar dengan hati-hati, saya yakin penilaian antara tepat, salah,
baik, dan buruk akan tertanam dengan sangat solid.
Oleh karena itu, ibu zaman
dahulu selalu ingat untuk mempertuahkan anaknya "tak boleh serakah satu labu dan satu buahnya", satu labu dan satu buah pun tidak boleh
serakah, "tak boleh sembarangan seratus mikro dan satu milinya", niscaya tidak boleh ada sikap merugikan
orang lain yang terpelihara oleh anak. Dengan perkataan
awam, waktu kecil mencuri jarum,
waktu besar mungkin akan mencuri emas, harus mengajar anak "barang meskipun kecil, jangan disembunyikan sendiri", tidak boleh mengambil barang
orang lain, dampak jangka panjangnya sangat mendalam dan jauh; karena dia serakah, kemungkinan besar pada akhirnya apa yang
diinginkannya, ia akan menghalalkan segala cara untuk mencuri dan merampok. Jadi menumbuhkan
ketidakserakahan anak, di kemudian hari adalah menumbuhkan rasa jujurnya.
Kejujuran sangat penting. Zaman dahulu kita mengatakan "mengangkat yang berbakti dan
jujur", mengapa menggunakan "bakti" dan "jujur" untuk mengukur apakah seseorang mampu melayani negara? Mari kita lihat, "bakti kepada orang tua, dasar dari moral", dasar dari menjadi manusia adalah bakti, "kejujuran" adalah dasar dari
menangani masalah. Ketika ia memiliki kejujuran, maka selama melaksanakan
pekerjaan, barulah ia tidak akan mencari keuntungannya sendiri, barulah dapat
mementingkan
umum daripada pribadi, dan melaksanakan hal dengan
baik. Oleh karena itu, dasar dari bertingkah laku dan melakukan
hal adalah bakti dan jujur.
Pemerintahan sebuah negara baik atau tidak, dilihat dari mana? Dari jujur atau
tidak jujur, oleh karena itu, kejujuran adalah dasar dari pemerintahan. Andai hari ini kita melihat para politikus tidak jujur, maka kehidupan
rakyat di negeri ini akan sangat bersusah payah.
Sekarang ada sangat banyak fenomena
masyarakat, coba kita berpikir kembali, dasarnya adalah pada masalah
pendidikan. Jadi pendidikan telah diabaikan selama beberapa waktu, kita
sekarang mengeluh pun tidak ada gunanya. Jadi dimulai dari diri sendiri, dari
setiap orang tua murid, dari setiap guru mulai mengajarkan anak-anak untuk
tidak serakah, dan menumbuhkan rasa jujurnya, dengan begitu masyarakat kita puluhan tahun ke depan
barulah akan semakin lama semakin baik. Saat masyarakat puluhan tahun kemudian
semakin jujur, semakin mengerti untuk berbakti dan menghormati orang tua serta
tetua, masa tua kita barulah bagaimana? Baru dapat dikatakan ada masa depan,
jadi sumbangsih setiap orang tua dan guru tentu tidak akan sia-sia.
Jadi "jangan disembunyikan
sendiri", perihal pertama adalah tidak serakah, perihal kedua adalah adakalanya barang
kita juga jangan dikuasai untuk diri sendiri, yakni dinikmati sendiri, tetapi
seharusnya mengerti untuk bersumbangsih, dan kemudian menumbuhkan sikap anak untuk dapat bermurah hati. Jika
tidak maka
andai anak sewaktu memikirkan makanan, selalu berharap untuk
dimakan sendiri saja, maka semakin lama hatinya akan
semakin sempit. Saya ingat kebetulan ada beberapa anak yang belajar bersama,
dan mereka tinggal bersama, lalu ibu dari salah satu anak tersebut membawa
beberapa kaleng susu untuk anaknya, ia memberikannya di mana? Harus masuk ke
dalam kamar, kemudian berkata kepada putranya: Ini semua untuk diminum kamu.
Sangat takut terlihat oleh siswa yang lain. Anaknya saat meminum susu ini juga
harus bagaimana? Sembunyi-sembunyi! Tidak salah sih, nutrisi ini memang diminum
olehnya, tetapi terhadap segenap personalitasnya ada pengaruh apa? Saya yakin
dia minum beberapa botol susu tersebut juga tidak nikmat, kondisi penyerapan juga tidak
baik, karena harus tutup-tutupan.
Guru mereka sangat teliti, mencermati hal tersebut, maka pada malam hari itu berkata kepada anak tersebut: Kamu
memiliki begitu banyak botol susu, daripada sendiri bersenang, lebih baik
semuanya bersenang, hal-hal baik harus berbagi dengan teman-teman baik, kamu berkenan tidak mengambilnya keluar untuk diminum
bersama? Lalu anak tersebut juga sangat polos, ia berkata: Boleh! Maka semua
susu tersebut dituang ke dalam sebuah botol yang sama, lalu siswa yang lain
semuanya sangat bersukacita, karena ia ingin mengundang semuanya untuk minum susu. Kemudian setiap
orang menuangkan sedikit, lalu terjadi sebuah fenomena yang sangat menakjubkan,
saat seseorang sangat berkenan untuk bersumbangsih maka akan membangkitkan rasa sukacita sangat
banyak orang, juga akan berpikir demi orang lain.
Jadi saat susu hendak dituang terlalu banyak, anak-anak tersebut akan berkata:
Sudah, sudah, teman yang lain juga mau. Setelah itu semua orang menuang susu,
dan minum bersama-sama.
Alhasil memberi lebih beruntung daripada menerima,
karena ketika siswa-siswa tersebut hendak minum, semuanya bersama-sama
mengucapkan terima kasih kepada anak itu, jadi dia pun sangat girang. Saat menulis buku hariannya
pada malam hari itu, ia menyebutkan bahwa hari ini mentraktir semuanya minum susu, dan
merasa bahwa segelas susu tersebut sangat harum, sangat lezat. Kebetulan ibunya
membuka buku hariannya, sekali lihat anaknya masih begitu murah hati, masih
merasa mentraktir orang sangatlah bersukacita, ibunya tiba-tiba merasa hal yang telah dilakukannya itu apakah tidak
tepat. "Ketika kekayaan tersebar, maka orang akan berkumpul", orang
harus murah hati barulah bisa mencapai kekeluargaan, kehidupan dan karier
barulah akan ada perkembangan. Kemurahhatian kita dan ketidakserakahan kita
dapat menjadi teladan yang sangat baik untuk anak.
Zaman dahulu ada seorang yang
bernama Yang Zhen, Yang Zhen zaman Dinasti Han, beliau saat memerintah sangat
jujur, dan seringkali akan membantu negara merekomendasi beberapa orang yang
berbakat baik, untuk bersama-sama melayani negara. Saat itu beliau menjabat
sebagai prefek Donglai, beliau merekomendasikan seorang terpelajar bernama Wang
Mi, juga merekomendasikannya menjadi kepala daerah Changyi, yang juga merupakan
sebuah jabatan. Orang tersebut sangat berterima kasih kepadanya, sehingga suatu
malam ia membawa beberapa emas untuk dihadiahkan kepadanya, Yang Zhen melihat dia ingin memberinya
emas, maka berkata kepada temannya Wang Mi, beliau berkata: Saya begitu
memahami Anda, masih merekomendasikan Anda menjadi pejabat, mengapa Anda begitu tidak memahami saya, masih ingin memberiku
emas! Lalu Wang Mi berkata kepadanya: Ini tidak apa-apa, ini hanya sekadar kehendak hatiku, sekarang ini pasti tidak ada yang tahu. Lalu Yang Zhen berkata: Bagaimana mungkin
tidak ada yang tahu? Langit tahu, bumi tahu, Anda tahu, saya juga tahu. Jadi akhlak seseorang dapat dilihat dari
mana? Di tempat yang tidak tampak oleh orang barulah dapat menunjukkan keteguhan seseorang. Setelah Wang Mi mendengarkannya, merasa sangat bersalah, lalu ia pun pergi.
Karena Yang Zhen sangat jujur, sehingga
teladan ini juga diwariskan kepada anak cucu keturunannya, anaknya Bing, cucunya Ci, cicitnya Biao, semuanya menjabat sampai
posisi tiga menteri agung, semuanya adalah pejabat tinggi negara. Meskipun tidak serakah dengan
emas-emas tersebut, tetapi yang didapatkannya adalah pahala dan berkah yang lebih besar,
bagai
ungkapan "keluarga yang mengakumulasi kebajikan, pasti mendapat berkah berlimpah", selain imbalan berkah,
yang lebih penting adalah teladan moral. Jadi kita juga harus menjadi teladan yang baik kepada anak.
Selanjutnya saya membimbing
anak-anak, terhadap barang
milik umum juga harus menghargainya, barang milik umum tidak boleh diambil untuk kegunaan pribadi, ini juga merupakan poin
yang sangat penting. Saya pernah bertemu dengan banyak orang yang sangat berhasil, mereka semuanya menyebutkan bahwa saat itu ayah dan ibu mereka bekerja
di perusahaan umum, selama bukan urusan perusahaan, maka sama sekali tidak akan
menaiki mobil perusahaan untuk keluar; bahkan telepon di rumah pun tidak
digunakan untuk pribadi, sangat jujur, jadi meninggalkan kesan yang mendalam
kepada anak.
Saya akan berkata kepada
anak-anak: Kursi-kursi yang ada di sekolahmu ini dibeli oleh siapa? Barang milik umum yang ada di sekolah ini dibeli oleh siapa? Anak-anak sangat polos,
dia akan mengatakan apa? Dibeli oleh kepala sekolah. Lalu kami lanjut bertanya:
Lalu uang kepala sekolah berasal dari mana? Uang kepala sekolah berasal dari,
pemikiran mereka tidak begitu cepat. Saya berkata: Uang kepala sekolah berasal
dari mana? Dia mengatakan: Diberikan pemerintah. Lalu uang pemerintah berasal
dari mana? Berasal dari pembayar pajak. Berapa jumlah pembayar pajak? Anak-anak
Tiongkok mengatakan: satu
koma tiga miliar. Tidak begitu banyak, saya
bilang apakah kamu sudah bisa membayar pajak? Dia bilang tidak bisa. Paling
sedikit ada ratusan juta pembayar pajak. Jadi barang milik umum di sekolah, kursi ini, atau bahkan setiap barang, ia memiliki berapa pemilik?
Ratusan juta pemilik. Jadi kamu mencuri barang ini, kamu telah berutang dengan
ratusan juta orang, kamu nantinya jadi sapi dan kuda pun tidak mampu
mengembalikannya. Jadi kami membimbing anak-anak, semua barang ada empunya,
sama sekali tidak boleh karena preferensi sendiri membawanya pergi. Jadi "barang meskipun kecil, jangan disembunyikan sendiri, bila disembunyikan sendiri, orang tua akan sedih". Kita lihat lagi ayat berikutnya, mari kita
membacanya sekali:
【Qīn Suǒ Hào. Lì Wèi Jù. Qīn Suǒ Wù. Jǐn Wèi Qù. Shēn Yǒu Shāng. Yí Qīn Yōu. Dé Yǒu Shāng. Yí Qīn Xiū. Qīn Ài Wǒ. Xiào Hé Nán. Qīn Zēng Wǒ. Xiào Fāng Xián.】
[Terjemahan harfiah:
"Kesenangan orang tua.
Usaha untuk kabul. Kejengkelan orang tua. Upaya untuk buang. Tubuh ada luka. Orang tua risau. Moral ada cedera. Orang tua malu. Orang tua sayang. Bakti mana susah. Orang tua benci. Bakti baru bijak."
Terjemahan:
"Yang disenangi orang tua.
Berusahalah untuk memenuhinya. Yang dijengkelkan orang tua. Berupayalah untuk
menjauhinya. Tubuh ada luka. Membuat orang tua risau. Moral ada cedera. Membuat
orang tua malu. Orang tua menyayangi saya. Berbakti tidaklah susah. Orang tua
membenci saya. Masih berbakti barulah bijak."]
『Kesenangan orang tua, usaha untuk kabul』, yang diharapkan orang tua kepada kita, andaikata berharap pelajaran di sekolah kita baik, berharap prestasi belajar kita
bagus, kita harus berdedikasi
penuh untuk mencapainya, "yang disenangi orang tua".
Tetapi kita perlu memikirkan satu poin, orang tua sekarang sebenarnya "senang" apa? Andai yang disenangi orang tua adalah
senang ketenaran dan senang keuntungan, maka terhadap anak punya pengaruh apa? Mungkin anak juga akan gila tenar dan gila untung; ketika sikapnya tersebut
terbentuk, terhadap hidupnya akan ada pengaruh yang sangat buruk. Oleh karena
itu, kesenangan kita sebagai orang tua masih harus menyenangi nilai kehidupan
yang tepat.
Pada zaman dahulu, Raja Chu
sangat menyukai wanita yang berpinggang sangat ramping, alhasil dayang di istananya sangat banyak yang mati kelaparan; apa
yang disenangi atasan, bawahannya akan mengikuti kesenangannya, maka yang dipicu adalah tradisi yang salah. Sebuah keluarga
membawa tradisi yang salah, keluarga akan runtuh, seorang raja dari sebuah negara membawa
tradisi yang salah, maka negara akan runtuh, jadi "satu keluarga berkemanusiaan, satu negara akan menggalakkan kemanusiaan; satu keluarga mengalah, satu negara akan menggalakkan sikap mengalah", satu orang tamak dan
kejam, satu negara akan
timbul pemberontakan. Jadi seorang raja andaikan sangat
serakah dengan materi, akibat
pada akhirnya kemungkinan besar akan
terjadi konflik dengan rakyat. Zaman dahulu Raja Zhou dari Shang memanjakan
Daji, sebenarnya pada era Raja Zhou ada pejabat bijak yang melayani tidak? Ada!
Zaman itu banyak sekali pejabat yang bijak, semuanya sangat berilmu. Salah satunya bernama Jizi,
Jizi ini setelah melihat satu tindakan, beliau langsung berpikir bahwa Dinasti
Shang mungkin tidak dapat dipertahankan lagi, baru melihat satu tindakan. Jadi
orang terpelajar zaman dahulu mampu melihat sekelumit mengetahui perkembangannya, melihat beberapa hal kecil dapat memikirkan bahwa akan
ada dampak yang sangat buruk di masa mendatang.
Karena beliau melihat Raja Zhou
menghadiahkan Daji sebuah sumpit yang terbuat dari gading gajah. Teman-teman sekalian, mengapa melihat sebuah sumpit gading gajah, sudah dapat menyimpulkan
bahwa Dinasti Shang akan runtuh? Kita akan berkata: Ada begitu parahkah? Coba
kita menimbang dengan saksama, ketika Daji memegang sumpit gading gajah, dia akan menggunakan gelas
arak dari apa? Mungkin gelas arak dari cula badak. Ketika ia menggunakan gelas
arak cula badak, piring apa yang ia pakai? Mungkin piring yang terbuat dari
emas dan perak. Lalu apakah mungkin piring dari emas dan perak tersebut diisi
dengan tahu dan sayuran? Mungkin tidak? Pastinya adalah apa? Makanan istimewa.
Berisikan makanan istimewa, apakah Anda akan memakai kaus oblong untuk
menikmati makanan istimewa tersebut? Akan mengenakan pakaian apa? Gaun sutra.
Memakai gaun sutra, sambil memakan makanan istimewa, apakah akan tinggal di
gubuk? Akan tinggal di mana? Istana yang mewah. Ini semua memerlukan uang,
didapat dari mana? Pemerasan tiada hentinya terhadap rakyat, daging dan darah rakyat, pada akhirnya rakyat
pasti akan bangkit untuk melawannya. Jadi satu orang tamak keuntungan, satu negara pun akan kacau balau. Anda lihat filsuf bijak zaman dahulu benar-benar
sangat bijaksana, mereka tahu untuk menguraikan selapis demi selapis, dan dapat melihat dampak buruknya di masa mendatang.
Lalu Dinasti Shang digulingkan
oleh Raja Wu dari Zhou, zaman dahulu raja yang menggerakkan pemberontakan, pada
kenyataannya juga sangat berbelas kasihan. Ketika beliau memusnahkan Dinasti
Shang, adakah beliau menghancurkan rakyat Dinasti Shang serta anak cucu Raja
Zhou? Tidak ada, malahan masih menetapkan sebidang tanah, agar keturunannya
dapat terus tinggal di sana. Karena yang diutamakan raja zaman dahulu adalah
kelapangdadaan terhadap seluruh dunia, seharusnya meyakinkan orang dengan perikemanusiaan, perang adalah
alternatif terpaksa. Dinasti Zhou karena ada jiwa tersebut, juga sangat cepat
memenangkan ketundukan seluruh negeri.
Jadi ketika yang disenangi orang
tua adalah
ketenaran dan keuntungan, maka terhadap sebuah keluarga juga merupakan pengaruh yang sangat besar
dan sangat buruk. Penduduk dunia mengatakan, target kehidupan adalah untuk mencari kekayaan
dan martabat, sebenarnya apa itu kekayaan dan martabat? Apa itu kekayaan? Orang
bersibuk-sibuk seumur hidup adalah ingin menikmati kekayaan dan martabat,
akhirnya ia menikmati kekayaan dan martabat nyata tidak? Kehidupan orang
sekarang telah disesatkan, kita coba lihat buku-buku yang ada di pasaran, apa
yang dimaksud keberhasilan? Banyak sekali buku, bagaimana mendapat lima juta pertama dan sepuluh
juta pertama dalam hidup Anda, buku-buku tersebut sangat laris; bagaimana membuat
interaksi antara suami dan istri lebih baik, pendidikan anak lebih baik, buku
tersebut tidak lebih laris daripada yang tadi. Jadi titik fokus orang adalah
pada uang, seperti merasa bahwa ada uang maka hidupnya pasti baik, tidak tahu
bahwa nafsu sekali terbuka, tidak tampak dasarnya, bak pepatah bahwa nafsu adalah jurang yang dalam.
Banyak orang merasa ada uang
namanya kaya, pada kenyataannya, semakin ada uang, semakin khawatir uang akan
menjadi kecil; semakin ada uang, melihat orang lain lebih kaya daripada saya,
ia akan merasa, andaikata melihat orang lain punya lima puluh juta, dia baru sepuluh juta, ia akan
merasa ia sangat miskin; tunggu sampai dirinya punya lima puluh juta, melihat
lagi orang lain memiliki seratus juta, ia akan merasa dirinya miskin. Jadi
orang seperti itu kaya tidak? Tidak! Jadi arti kekayaan yang sesungguhnya, "orang yang puas itu
kaya", tahu puas barulah bisa selalu senang. Ketika dia tidak tahu puas, walau punya uang sebanyak apapun, dia tetap akan merasa sangat miskin.
Saya pernah bersinggungan dengan sejumlah pengusaha, mereka bilang bahwa andai pengusaha tidak mendengarkan petuah orang
kudus dan bijak, hidup ini benar-benar
miskin sampai hanya tinggal uang saja. Ketika hidup ada uang dan tidak punya
kebijaksanaan, uang mungkin adalah apa? Malapetaka. Ketika ada uang dan godaan
di luar begitu banyak, mungkin gara-gara uang, maka akan mulai menyia-nyiakan
hidupnya. Jadi pernah ada hasil penelitian, pengusaha besar ada beberapa akibat: Akibat pertama disebut "lelah hati dan lelah tenaga" setiap hari bekerja dengan sangat berupaya, bekerja lebih dari delapan jam, lebih dari sepuluh jam, tetapi saat tengah
baya tiba-tiba menemukan dirinya terserang kanker, terkena penyakit parah; setelah berupaya sepuluh atau dua puluh tahun, pada akhirnya tidak ada yang dapat dibawa pergi, itu namanya lelah hati dan lelah tenaga. Saat ia berbaring di rumah sakit, perasaannya enak tidak? Tidak enak. Kekayaanku yang begitu banyak, tidak tahu akan jatuh ke tangan lelaki
yang mana? Karena istrinya masih sangat muda, dia berpikir saya mencari uang
seumur hidup sampai akhirnya tidak dapat menggunakannya, di dalam hatinya akan
bagaimana? Menumbuk dada dan menghentak kaki. Hasil tersebut baik atau tidak?
Tidak baik! Tetapi sekarang memang ada banyak orang yang berjalan menuju arah
ini.
Jadi saya sering mengatakan
bahwa hidup adalah máng (sibuk), máng (buta), máng (dilema), tiga "Máng" yang mana? Yang pertama adalah "Máng" yang artinya sibuk, ini
adalah aksara berasas paduan makna, bagian kirinya adalah "Xīn (hati)", bagian kanannya
adalah "Wáng (mati)", menandakan hati telah bagaimana? Mati! Tidak
dapat merasakan kebutuhan orang tua, istri, serta anak yang ada disisinya, setiap hari sangat sibuk. Sibuk untuk waktu yang lama maka akan
memasuki tahap kedua, mata tidak bisa melihat lagi, telah melupakan semua tugas pokok sendiri, hanya tahu untuk mencari uang; tunggu berjalan sampai setengah
baya, aneh, mengapa dengan istri tidak dapat berbicara satu katapun, anak dengan saya juga tidak dapat
berkomunikasi, bukankah saya bekerja banting tulang semuanya untuk kalian?
Mengapa
sampai terakhir akibatnya menjadi begitu! Dia akan merasa bahwa hidup sangatlah dilematik,
sebenarnya apa yang saya lakukan? Ini adalah máng (sibuk), máng (buta), máng (dilema).
Banyak orang tua murid sibuk
sampai anaknya sendiri kelas berapa pun tidak tahu. Jackie Chan pernah sekali
pergi menjemput, kebetulan dia ada waktu luang, hari itu tidak ada jadual main film, pergi ke sekolah
untuk menunggu putranya keluar, dan sangat girang. Menunggu seharian, putranya
tidak keluar. Tiba-tiba bertemu guru anaknya, keluar untuk berkata, putramu
sudah naik SMP, Anda masih menunggu di SD. Jadi kita harus mengingat kembali,
apa tujuan sesungguhnya dari upaya kita dalam hidup ini? Bukanlah bermain permainan uang, itu bukan tujuan sesungguhnya dari upaya awalmu. Tujuan sesungguhnya dari upaya awalmu, bukankah berharap memiliki
kehidupan keluarga yang baik? Jadi kita harus ingat benar dengan target Anda sendiri, jangan setengah
jalan sudah tidak tahu arah lagi. Tetapi ini benar-benar tidak mudah, karena
sekarang fenomena membandingkan status sosial terlalu banyak. Pakaian yang
dikenakan orang lain lebih mahal daripada kita, mobil yang dikendarai orang lain
lebih bermerek daripada kita, hati kita sendiri pun terpengaruh. Oleh karena itu, jangan menjalani máng (sibuk), máng (buta), máng (dilema). Ini adalah keadaan pertama.
Keadaan kedua dari pengusaha yaitu "diborgol besi masuk jeruji", karena selama proses pencarian uang sering menempuh bahaya dengan kenekatan, dan melanggar hukum negara. Saya ingat saat pulang dari Beijing dengan
pesawat, di dalam pesawat membaca seorang pria terkaya Rusia, masih sangat
muda, tampaknya hanya kurang lebih berusia empat puluh tahun, kini telah
menjadi tahanan, dan telah dipenjara. Oleh karena itu, hidup ini niscaya tidak
boleh serakah, seharusnya menjalankan karier dengan penuh integritas, bersumbangsih dengan sungguh-sungguh, saya yakin akan ada imbalan yang baik. Tentu saja
ingin agar anak di kemudian hari tidak menempuh bahaya dengan spekulasi, yang
lebih penting adalah sejak kecil mengajarinya "barang meskipun kecil, jangan disembunyikan sendiri", mengajarinya jujur dan
beramanah, ini barulah merupakan dasarnya.
Pengusaha jenis ketiga, juga memperoleh beberapa uang, tetapi telah merusak
tubuhnya, sering ada banyak lobi bisnis, maka tubuhnya pun rusak. Bila
seseorang pada usia tua tubuhnya tidak sehat, ia dapat menikmati berkahnya
tidak? Mungkin seumur hidup ataupun sisa kehidupannya harus bersahabat dengan
obat, begini juga bukan kehidupan yang baik.
Yang terakhir adalah pengusaha yang lebih berprestasi dan berhasil, yakni yang mampu untuk menyeimbangkan antara karier dan keluarga, ini
adalah yang paling sempurna. Saya ada seorang sesepuh, marganya Lu, saya selalu
memanggilnya Paman Lu. Beliau di dunia kewiraswastaan juga sangat berprestasi, bahkan pernah menjadi presiden direktur Yamaha, staf di bawahnya ada
delapan puluh ribu orang, pengusaha yang sangat berhasil. Namun beliau sangat berprinsip dalam
melakukan hal, beliau pun menyebutkan, pokoknya kalau hari
Minggu siang, beliau pasti akan menemani istri dan anaknya untuk makan siang.
Ketika beliau bersikeras demikian, apa perasaan yang dibawakan kepada istri dan
putra-putrinya? Kehangatan. Ayah saya, suami saya sangat peduli terhadap
keluarga, maka kohesi keluarga ini akan sangat baik. Pada hari tersebut, semua
lobi bisnis akan ditolaknya. Sebenarnya ketika kita mengenal pentingnya keluarga, Anda secara alami pun akan melakukannya dengan
proaktif, segala hal tergantung usaha orang, sama sekali jangan
membuat alasan bahwa orang di lapangan, tubuhnya bukan kendali sendiri. Asalkan
Anda bersikeras, teman-teman Anda akan secara alami menyelaraskan dengan prinsip-prinsip Anda.
Pelajaran kita kali ini sampai di sini saja, terima kasih.