Selasa, 14 Juni 2011

Episode 05

Dikutip dan diterjemahkan dari : "Seminar Hidup Bahagia – PenjelasanDi Zi GuiSecara Mendetail" oleh Guru Cai Lixu pada tanggal 16 Februari 2005 (Episode 5)

Teman-teman sekalian, halo semuanya! Pada pelajaran sebelumnya kita mengatakan bahwa di dalam keluarga ada dua tiang utama yang sangat penting, yang pertama adalah ekonomi, yakni kehidupan material; yang kedua adalah kehidupan rohani, yakni pada aspek pendidikan anak. Tadi juga menyebutkan bahwa keadaan keluarga sekarang adalah suami istri keluar bersama untuk mencari uang, anak-anaknya kebanyakan dititipkan pada kelas penitipan anak, ataupun diserahkan kepada pramuwisma, diserahkan kepada kakek dan nenek untuk diasuh. Kebijaksanaan hidup ini dapat dilihat dari mana? Terlihat dari proses memilah, ada kerelaan barulah ada penerimaan. Berpenghasilan lebih sedikit, tetapi lebih banyak waktu untuk mendidik anak, atau Anda ingin mencari lebih banyak uang, dan mengabaikan pendidikan anak, hasil yang didapatkan pasti akan berbeda.
Mari kita lihat generasi sebelumnya, yang sekarang berusia lima atau enam puluh tahun, dengan generasi sekarang yang berusia dua atau tiga puluh tahun, mari kita bandingkan kedua generasi ini. Orang generasi sebelumnya sangat bertanggung jawab, sangat berbakti kepada orang tua. Bagaimana dengan generasi sekarang? Teman-teman sekalian, Anda tidak perlu segan untuk berbicara terus terang, apakah mereka memiliki sikap seperti generasi sebelumnya? Itu merupakan kemajuan atau kemunduran? Kemunduran. Generasi sebelumnya atau generasi sekarang yang punya lebih banyak uang? Generasi sekarang. Benar! Mengapa uang lebih banyak tetapi penyikapan hidup malah mundur? Jadi ada uang belum tentu menyelesaikan masalah.
Pada generasi ayahku, mereka umunya sangat miskin, karena sangat miskin, maka mereka luar biasa hemat. Saya ingat sewaktu kecil pada saat makan, siapa yang menghabiskan sisa makanan? Ayah dan ibuku, karena mereka sudah sangat terbiasa untuk tidak menyia-nyiakan makanan. Jadi hidup agak serba kekurangan, yang pertama dapat memelihara kebiasaan hemat, yang kedua kehidupan semakin sulit, orang akan semakin tahu untuk bersyukur kepada orang tua, serta mengasihi saudara dan saudarinya. Jadi pada generasi ayahku, mereka belajar pun tidak perlu didesak orang tua, mereka akan sangat proaktif dan inisiatif, karena mereka berharap melalui prestasi dirinya sendiri dalam ilmu, dapat memberikan kehidupan yang lebih baik kepada orang tuanya di kemudian hari. Anda lihat kemiskinan serta keserbakurangan dalam hidup, membuat seseorang lebih berteguh hati, lebih berbakti kepada orang tua. Jadi kemiskinan, kita harus berterima kasih kepadanya.
Generasi sekarang karena sejak kecil kehidupannya pun sangat mapan, mau apa maka bisa dapat apa, sehingga terbiasa mengabur, terbiasa mubazir, lalu tidak tahu hakikat bakti, juga tidak ada pelatihan dan penanggungan dalam hidup. Jadi sekarang generasi kita ini, tidak hanya menghabiskan uang yang mereka cari, bahkan juga menghabiskan uang siapa? Uang orang tua. Bagaimana kalian tahu? Banyak anak muda sudah gemar berbelanja dan menikmati sampai tingkat apa? Gaji satu bulan baru diterima, langsung bagaimana? Ayo, kita pergi bershopping-ria! Mungkin gaji satu bulan pada lima belas hari pertama udah dibelanjakan sampai habis, bagaimana menjalani sisa harinya dalam bulan itu? Di hari mendatang dilaluinya dengan membeli mie instan sebungkus sebungkus untuk dimakan perlahan-lahan. Sampai kemudian sudah tidak tahan lagi, ia akan kembali ke rumah mencari ayahnya dan berkata: Pa, saya tidak punya uang lagi. Ayahnya sangat gusar: "Sudah kasih tahu jangan sembarangan mubazir, kok tidak bisa dengar sih, sinilah! Mau berapa?" Masih juga memberikan kepadanya. Jadi hidup kemapanan dalam hidup, belum tentu dapat memberikan anak Anda sikap yang tepat terhadap kehidupan.
Zaman dahulu sangat banyak orang terpelajar sangat jelas tentang hal ini, saat pendirian Dinasti Han, Liu Bang setelah menaklukkan seluruh Tiongkok membagi lahan pribadi kepada seratus lebih pahlawan yang berjasa, memberikan mereka banyak sawah dan rumah. Seratus lebih pahlawan berjasa ini setelah lewat seratus tahun, sejarawan dari Dinasti Han tiba-tiba berpikir: Saya coba pergi cari tahu, generasi penerus pahlawan tersebut, bagaimana keadaan mereka setelah seratus tahun? Alhasil sejarawan tersebut sangat terkejut, keturunan dari seratus lebih pahlawan tersebut, hampir semua telah merosot, bahkan banyak yang sudah mengemis di jalanan. Hanya beberapa dari keturunan mereka yang masih sangat bagus, salah satunya bernama Xiao He, pada awalnya saat pembagian lahan, Xiao He memilih sebidang tanah yang tandus. Karena tanah yang tandus, asalkan tidak bertani maka tidak akan mendapat makanan, beliau berpikir secara mendalam dan jauh, berharap anak-anaknya di kemudian hari tahu untuk ulet dan hemat. Lainnya yang mendapat lahan bagus, gemar menikmati maka akan malas bekerja, lagi pula lahan yang bagus, Anda suka, orang lain juga suka, maka akan mengundang iri hati dari sangat banyak orang, tipuan dan jebakan dari sangat banyak orang. Jadi Xiao He dapat melihat, jangan mewariskan uang kepada anak dan cucu, yang lebih penting adalah mewariskan kebijaksanaan kepada anak dan cucu, mewariskan teladan yang baik kepada anak dan cucu.
Sima Guang pernah menyebutkan, "mewariskan uang kepada anak dan cucu, anak dan cucu belum tentu dapat mempertahankannya; mewariskan buku kepada ke anak dan cucu, anak dan cucu belum tentu dapat membacanya; lebih baik secara tidak diketahui mewariskan kebajikan tersembunyi, demi strategi jangka panjang anak dan cucu".Kitab Perubahanpunya sepatah petuah yang sangat penting, "keluarga yang mengakumulasi kebajikan, pasti mendapat berkah berlimpah". Kebajikan tersembunyi pasti dapat menaungi generasi mendatang. Kebajikan tersembunyi bukan hanya di kemudian hari dapat menaungi generasi mendatang, saat kita sedang berbuat bajik, saat kita sedang membina diri dan menjalankan hakikat, kita telah memberikan teladan yang terbaik kepada generasi berikutnya. Oleh karena itu, orang tua yang bijaksana akan memilih demikian.
Baik! Pada generasi ayahku karena kehidupannya agak serba kekurangan, ada lima kakak beradik, mereka belajar tidak perlu didorong orang tua, ikatan kakak beradik sangat harmonis. Jadi selama kehidupan layak dijalani, harus meningkatkan kebijaksanaan serta kehidupan rohani anak dengan baik, maka keluarga masih bisa dijalani dengan lancar.
Mari kita lihat lagi, apakah satu orang yang mencari uang maka penghasilannya akan lebih sedikit? Apakah dua orang yang mencari uang maka penghasilannya akan lebih banyak? Banyak suami istri keluar bersama mencari uang, tetapi uang yang tersisa juga tidak begitu banyak, di sana dibangkrutkan teman, di sini membeli beberapa produk dan akhirnya tertipu. Kita harus memahami apa sebab kekayaan yang sebenarnya? Kehidupan macam apa yang bisa mendapatkan kekayaan? Harus mengetahui hakikat tersebut dengan jelas, jika tidak maka Anda mungkin seumur hidup mencari uang, tetapi seumur hidup juga tidak menyisakan banyak uang.
Dewa kekayaan zaman Tiongkok kuno adalah Fan Li, nama umumnya Tao Zhugong, beliau adalah orang zaman musim semi dan gugur serta negara berperang. Fan Li mengabdi kepada Raja Goujian dari Yue, beliau bersama Wen Zhong mengabdi kepada Raja Goujian, kemudian memulihkan negara Yue. Kemudian Fan Li berkata kepada Wen Zhong, Raja Goujian dari Yue dapat diajak menanggung kesulitan, tetapi tidak dapat diajak menikmati kekayaan. Fan Li sangat lihai menilai orang, jadi mampu menilai orang sangat penting, tidak mampu menilai orang mungkin seumur hidup akan mendapat pengaruh yang sangat buruk. Anda lihat, Wen Zhong tidak bisa menilai orang. Ia melihat kekayaan berlimpah ruah sudah dekat di depan mata, bagaimana saya bisa merelakannya, tidak berkenan! Kemudian Raja Goujian dari Yue menganugerahkan Wen Zhong untuk bunuh diri. Fan Li membawa pergi Xi Shi, menuju ke daerah sekitar Jiangnan dan memulai usahanya, awalnya dimulai dari usaha kecil-kecilan. Berbisnis tidak lama, meraup keuntungan yang besar, Fan Li langsung menyumbangkan semua kekayaannya tersebut; lewat tidak lama, lewat beberapa tahun beliau menjadi kaya lagi, beliau kembali menyumbangkan semua uangnya kepada orang yang miskin dan kesulitan tersebut, lalu memulai lagi dari usaha kecil. Tercatat dalam sejarah  "tiga kali menghimpun harta, tiga kali menyebarkan harta".
Oleh karena itu, mengapa seseorang dapat memiliki kekayaan? Penyebab sesungguhnya adalah karena ia mengerti untuk mendermakan hartanya. Cara bertindak Fan Li tersebut juga mematuhi petuah orang kudus dan bijak, di dalamPembelajaran Akbarmenyebutkan "saat harta tersebar maka orang akan berkumpul", saat kita menyebarkan harta kita keluar, apa yang datang berkumpul? Kasih dan takzim semua orang terhadap Anda, hati orang semua mengkiblat ke Anda. Bisnis apapun yang Anda lakukan, mereka pasti datang membeli dengan Anda, ingin datang untuk mendukung Anda, karena yang Anda menangkan adalah hati orang. Harta yang disebarkan keluar bukan sudah tiada, jangan kira tidak bisa dilihat maka dianggap tiada, pengaruh tidak berwujudnya asalkan bertemu kondisi maka akan menjadi akibat yang nyata. Jadi kita analisis, kekayaan ada sebab dan kondisi barulah akan membuahkan akibat, "sebab" adalah derma harta, "kondisi" yaitu ditambah upaya Anda, ditambah bantuan insan penolong, ditambah peluang telah datang, secara alami akan membuahkan "akibat" kekayaan. Oleh karena itu, dalam menjalankan kekayaan keluarga, harus dijalani sesuai hakikat dan hukum, jika tidak maka upaya Anda seumur hidup mungkin akan sia-sia.
Setelah kakakku hamil, beliau langsung berhenti dari pekerjaan kantornya, banyak sanak saudara dan temannya berpikir bagaimana? Sangat disayangkan. Bahkan mertuanya sering berkata kepadanya: Kamu pergi kerja sajalah, saya akan membantumu mengasuh anak. Tetapi hidup ada kerelaan baru ada penerimaan, setelah berhenti dari pekerjaannya, beliau menunggu masa melahirkan di rumah kami, lalu melakukan istarahat pasca melahirkan, kemudian anaknya juga diasuh sendiri. Kakakku berhenti dari pekerjaannya, maka yang berpenghasilan hanya ipar saya, tetapi malahan ipar saya berpenghasilan semakin banyak. Mengapa malah berpenghasilan lebih banyak? Karena uang yang diberikan ipar saya kepada kakak saya, kakak saya akan berkata, saya satu orang di rumah mengasuh anak juga jarang memakai uang itu, maka seringkali memberikannya kepadaku, katanya kamu bantu saya sumbangkan untuk mencetak kitab suci dan membuat beberapa kebajikan. Kakak saya tahu membantu suaminya menderma harta, maka suaminya berpenghasilan semakin banyak. Suatu saat ketika mereka berdua pergi belanja bersama-sama, kebetulan hari itu adalah peresmian supermarket, maka boleh ikut undian, hadiah utamanya adalah sebuah mobil, kakakku juga menulis kertas undian dan memasukkannya ke dalam kotak undian. Tidak lama setelah itu, pihak supermarket menghubungi kakakku, mereka mengatakan Puan Cai, Anda berhasil mendapatkan sebuah mobil. Jadi tahu untuk menderma, "bila ditakdirkan ada maka akhirnya pasti ada", bukanlah sangat banyak orang yang mencari uang maka akan berpenghasilan lebih banyak, Anda harus paham untuk menanam sebab berupa derma harta.
Banyak teman berkata: Saya tidak punya uang, bagaimanalah menanam sebab berupa derma harta? Harta ini niscaya bukan hanya uang saja, derma harta mengandung "harta internal" dan "harta eksternal". Kita bekerja dengan sangat berupaya, ini adalah harta internal, kerja keras, dan juga pengalaman Anda serta kebijaksanaan Anda, semuanya termasuk derma harta internal; harta eksternal barulah uang dan harta benda, serta materi, itu semuanya dapat digunakan untuk menderma harta. Dalam menderma harta uang itu apakah menyumbang lebih banyak maka berkahnya lebih besar? Belum tentu! Saya ingat pernah membaca sebuah laporan, sepasang petani yang sudah sangat tua, seumur hidupnya menabung sejumlah uang, kebetulan di daerah sekitar mereka sedang dibangun rumah sakit, itu merupakan rumah sakit yang sangat baik, pasangan tersebut lalu menyumbangkan uang yang mereka tabung seumur hidupnya untuk membeli ambulans. Dibandingkan dengan pengusaha besar yang menyumbangkan ratusan ribu, mereka juga menyumbangkan ratusan ribu, berkah siapa yang lebih besar? Petani tersebut menggunakan tabungan seumur hidupnya untuk didermakan, rasa kasihnya tersebut dapat menciptakan berkah bagi kehidupan berapa banyak orang? Lalu ratusan ribu milik pengusaha itu baginya hanya apa? Sekelumit saja. Jadi ladang berkah perlu digarap hati, berkah juga muncul dari niat, ketika kita mampu berdedikasi penuh untuk menderma, tidak peduli berapa banyak uang tersebut, kita dapat menanam berkah yang tidak terbatas.
Zaman dahulu ada seorang wanita, kebetulan melewati sebuah wihara, maka dia pun masuk dan memberi hormat kepada Buddha dengan sangat tulus, kebetulan ia hanya memiliki dua sen, ia pun mengabdikan keluar sepenuhnya. Setelah melihat kejadian tersebut, kepala biara sangat tersentuh, keluar untuk berdoa baginya secara pribadi, serta melimpahkan jasa untuknya. Kemudian ia benar-benar menikah ke dalam istana, juga menjadi kaya raya, maka ia pun membawa ribuan tahil (satuan uang Tiongkok kuno) ke wihara ini, juga untuk didermakan. Alhasil kepala biaranya tidak keluar, tak disangka hanya menyuruh seorang muridnya untuk berdoa baginya. Wanita itu pun sangat penasaran, sebelumnya saya hanya menyumbangkan dua sen, kali ini saya mengambil ribuan tahil, dua sen malahan kepala biara sendiri yang membantu saya bertobat dan didoakan, tetapi sekarang menyumbang ribuan tahil, cuma menyuruh muridnya untuk keluar. Wanita itu juga sangat bijaksana, dia tahu untuk bertanya, agar masalah tersebut jelas. Dia pun berinisiatif pergi menemui kepala biara, bertanya mengapa keadaannya seperti ini? Kepala biara mengatakan kepadanya: Uang dua sen tersebut berasal dari hati Anda yang tulus, jadi jika saya tidak keluar untuk membantu Anda, maka saya merasa bersalah terhadap Anda; kali ini meskipun Anda mengambil ribuan tahil, tetapi hati Anda tidak setulus yang dahulu, menyuruh murid saya saja sudah cukup.
Jadi ladang berkah seseorang, akarnya masih terletak pada iktikadnya. Asalkan kita memiliki suatu niat yang selalu tahu merelakan uang untuk menolong orang lain, berkah kita telah terakumulasi sedikit demi sedikit. Baik! Setelah kita memiliki pengenalan yang benar terhadap masalah keuangan, maka tidak akan takut mendapat dan kehilangan, melihat orang lain mendapatkan banyak uang, hati Anda akan bagaimana? Sangat gelisah, tidak perlu lagi! Saat kita melaksanakan derma harta secara fundamental, hasil dan akibatnya akan muncul secara alami.
Setelah sisi ekonomi terselesaikan, seterusnya adalah masalah pendidikan anak, suami istri harus memperoleh konsensus yang baik. Tentu saja pendidikan mengutamakan pemberian teladan dengan perbuatan, orang dahulu bilang "tiga penyertaan empat moral", "suami benar istri mendengarkan", yaitu sebagai seorang suami harus memiliki integritas budi, harus memiliki integritas kasih, harus memiliki integritas hakikat; harus melaksanakan integritas budi, integritas kasih, dan integritas hakikat, maka dapat memberikan teladan yang baik kepada anak. Terhadap orang tua sendiri ada "integritas budi", maka anak pun tahu harus berbakti kepada orang tua; terhadap istri harus ada "integritas kasih", istri ikut bekerja keras bersama kita, menjalani keluarga ini bersama kita juga sangat tidak mudah, maka harus selalu mengingat budi istri tersebut. Istri memiliki sebuah budi yang tidak mampu kita balas seumur hidup kita, yaitu membantu kita bagaimana? Meneruskan garis keturunan. Misi ini sangat berat, jika tidak, bisakah kita sendiri yang melakukannya? Tidak bisa! Tidak ada yang bisa menggantikan, maka kita harus bersyukur. Jadi sebagai suami, setiap kali harus berpikir bahwa saya mempunyai istri yang membantuku meneruskan garis keturunan, dan saat kita selalu menempatkan budi ini di dalam hati, interaksi suami istri akan buruk tidak? Tidak mungkin! Lalu terhadap anak harus ada "integritas hakikat", harus mengajarkan anak dengan baik, itu adalah tanggung jawab dan tugas pokok orang tua.
Istri harus memiliki "empat moral": moral bini, ucapan bini, keterampilan bini, penampilan bini. Istri harus memiliki moral, andai istri tidak bermoral, menikah dengan orang lain mungkin akan membuat keluarga orang tersebut bagaimana? Penuh dengan huru-hara. Kok kalian tahu? Penuh dengan huru-hara, tadinya keluarganya masih baik-baik saja, habis menikah langsung membuatnya kacau balau, maka "moral bini" sangat penting. Oleh karena itu, putra berbakti tidak bisa menandingi menantu berbakti, orang dahulu mengatakan, menikahi seorang istri yang baik, klannya dapat makmur tiga generasi; tetapi menikahi seorang istri yang buruk, maka keluarga akan bagaimana? Akan terpuruk tiga generasi. Jadi apa kriteria pertama dalam menikahi istri? Moral, menikahi istri harus menikahi yang bermoral. Sekarang pria yang punya pengenalan seperti ini banyak tidak? Jarang sekali. Jadi kita harus mendidik anak, di kemudian hari saat mencari pasangan harus mengutamakan moral, harus mempunyai "moral bini".
Dan moral bini ini, secara alami ucapan dan perilaku sang ibu memiliki pengaruh pembinaan bawah sadar terhadap anak. Ketika ibuku berbicara tentang ayahku, beliau sering berkata "Anda memang berhati lembut", setelah itu berkata lagi, "Kalian semua juga sama". Tadinya hanya memuji ayahku, tetapi akhirnya semua ikut dipujinya, saya pun harus menambahkan lagi:  Bukannya mama juga sama. Saya ingat sewaktu saya kecil saat pulang ke rumah nenek, menggunakan jasa taksi, keahlian mengemudi sopir taksi itu kurang baik, saat berjalan di jalan tikus, salah satu ban mobilnya masuk ke dalam parit. Saat jatuh itu karena knalpotnya menabrak semen maka knalpotnya pun menjadi longgar, sehingga sisa perjalanan terdengar suara Klok! Klok! Klok! dari knalpotnya sampai tiba di rumah nenek saya. Alhasil ibuku memberikan ongkos taksi kepadanya, selain itu juga memberikan lima ratus dolar tambahan kepadanya.
Pada waktu itu saya masih kecil, ketika tindakan memberi uang tambahan ini dilakukan, apakah ibuku menjelaskan apa yang dilakukannya? Beliau tidak, beliau bahkan tidak tahu anaknya sedang melihat. Tetapi di dalam otak saya muncul beberapa baris teks, yakni ibu merasa bahwa mereka adalah orang yang mencari uang dengan kerja keras, sangat tidak mudah, biaya perbaikan mobil ini pasti akan menyebabkan beban terhadap keluarganya, kehidupan kita lebih mampu, maka harus memberinya sedikit bantuan. Tindakan ibuku membuatku sangat terharu, jadi ucapan dan perilaku ibu mempunyai pengaruh pembinaan bawah sadar terhadap anak. Setelah itu, karena saya baru teringat dengan adegan ini saat saya sedang mengajar, maka saya pun menelepon ibu saya untuk memberitahunya, tetapi beliau bagaimana? Beliau sudah lupa tentang hal itu, bahkan tidak tahu anaknya sedang belajar serta sedang terharu. Jadi "moral istri" benar-benar dalam ucapan dan perilakunya akan memengaruhi anak-anak.
Selanjutnya, "ucapan bini". Ucapan sang ibu mulai kapan memengaruhi anak-anak? Sejak dalam kandungan. Andai ucapan sang ibu sangat lemah lembut, bayi akan merasa sangat nyaman dalam kandungan; andai sang ibu bersuara lantang, andai ucapan sang ibu sangat kasar, bayi dalam kandungan tersebut sudah mulai belajar. Jadi kita sering pergi ke rumah beberapa teman, pun merasa percakapan di dalam rumah mereka seperti apa? Seolah-olah sedang bertengkar, suaranya sangat keras, itu adalah sebuah kebiasaan. Jadi berbicara terlalu keras, berucapan kasar, anak-anakmu akan mempelajarinya. Andai ucapan kita sangat lemah lembut, ucapannya sangat toleran terhadap orang lain, anak-anak akan belajar yang baik. Dalam ingatan saya, orang tuaku tidak pernah berbicara keburukan satu orang temannya pun di depan kita. Hal ini sangat penting! Ketika orang tua di depan anak-anak berbicara keburukan orang ini, keburukan orang itu, apa yang anak Anda pelajari? Yaitu belajar selalu melihat keburukan orang, selalu mengkritik, maka akan sangat arogan. Oleh karena itu, ucapan kita juga harus waswas.
Selanjutnya, "keterampilan bini", wanita zaman dahulu bisa menenun pakaian, bisa melakukan banyak pekerjaan rumah tangga, ini disebut "keterampilan istri". Pada kondisi modern ini, wanita masih harus menenun pakaian tidak? Lebih tidak perlu, karena industri tekstil sudah lebih maju. Kondisi keluarga zaman dahulu dan zaman sekarang tidak sama, tetapi untuk menjaga keluarganya dengan baik, seorang ibu masih harus punya sangat banyak kemampuan yang ulung. Misalnya rumahnya harus diapakan? Dirapikan dengan bersih. Anak-anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan yang rapi dan bersih, secara tidak berwujud akan merasa bahwa semua barang itu harus dilap dengan bersih, semua barang itu harus ditempatkan dengan rapi. Andai dia melihat sesuatu itu berantakan, ia secara sendirinya akan merapikannya kembali.
Selain merapikan rumah, masih harus bisa memasak sejumlah makanan andalan, karena andaikan anak dan suami semuanya makan di luar, bagaimana hasilnya? Semuanya makan di luar, maka suasana keluarga tidak harmoni, karena sangat jarang berkumpul bersama. Lalu sering makan di luar, bagaimana dengan makanan di luar? berminyak dan juga asin, jadi sekarang apa penyakit yang paling banyak? Penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler ini susah mendapatkan tempat perawatan, Anda ingin mencari satu tempat tidur perawatan pun harus mengantri setengah hari. Jadi sekarang orang yang terserang stroke dan penyakit jantung jumlahnya sangat banyak. Andai di dalam keluarga sering memasak makanan yang agak hambar, maka anggota keluarga pun akan kembali ke rumah untuk makan dengan sangat sukacita. Saya ingat sewaktu kecil, ada sepatah slogan sangat baik yang berbunyi, "Papa pulang ke rumah untuk makan malam", maka akan ada suasana keluarga yang baik.
Selanjutnya, "penampilan bini", rupa paras seorang wanita, tentu saja jangan merias bagaikan hari pernikahan. Benar, penampilan istri menandakan sangat bermartabat dan sangat bersahaja, tidak boleh mempasrahkan diri sendiri setelah melahirkan. Banyak wanita setelah melahirkan, merasa saya memang ditakdirkan mirip pelayan tua, sehingga tidak menjaga kerapian tampang. Mungkin suaminya berjalan masuk ke dalam rumah akan terperanjat, lalu dengan cepat berlari keluar, begitu tidaklah baik; harus sedap dipandang oleh mata suami. Lagi pula Anda berpenampilan hormat dan rapi memberikan teladan yang baik kepada siapa? Anak-anak. Betul, kita harus memandang sangat jauh. Oleh karena itu, penampilan istri juga sangat penting.
Baik! Ketika suami dan istri dapat meluruskan tingkah laku dan perkataan mereka, maka pasti dapat mendidik anaknya dengan baik. Sekarang berbicara tentang kesetaraan jenis kelamin, sehingga "empat moral" ini, wanita perlu, pria juga perlu! Laki juga harus mempunyai moral, ucapan laki juga harus tahu untuk lemah lembut, ucapannya juga harus sering memuji, memberi teladan yang baik kepada anak. "Keterampilan laki", pria tidak punya kebolehan manalah boleh, mau bagaimana mempertahankan keluarganya! Seterusnya "penampilan laki", Anda sebagai ayah di rumah berpakaian sembrono, itu semua memberi pengaruh yang buruk kepada anak; ada pula ayah yang sewaktu duduk meletakkan kedua kakinya di atas meja, ini juga merupakan penampilan suami! Apa yang anak-anak pelajari? Oleh karena itu, kita harus selalu mengingatkan diri kita sendiri untuk memberikan teladan baik kepada anak, pemberian teladan dengan perbuatan sangatlah penting.
Selanjutnya dalam mengajar anak harus rahmat dan wibawa diterapkan beriring, rahmat dan wibawa diberlakukan beriring, dengan bahasa yang awam, yakni satu orang harus memerankan muka hitam, satu lagi memerankan muka putih. Rahmat dan wibawa diterapkan beriring, kedisiplinan dan kelembutan diterapkan beriring, orang Tiongkok mengatakan jalan tengah dan lumrah, tidak boleh terlalu, juga tidak boleh tidak cukup. Andaikan hari ini hanya rahmat, terhadap anak itu baik sampai melampaui batas, dia akan bagaimana? Dia tidak takut kepada orang tua, dia akan naik ke atas kepala orang tua. Andaikan hanya wibawa, terhadap anak sangat galak, anak akan menjaga jarak dengan kita. Oleh karena itu, rahmat dan wibawa harus dikuasai secara benar.
Kebetulan keponakan saya, pasca lahir, dan kebanyakan waktu adalah di rumah kami, karena ipar saya pekerjaannya agak sibuk. Ketika di rumah kami, saya juga punya tanggung jawab untuk mendidik keponakanku tersebut. Anda lihat saya cocok berperan muka hitam atau muka putih? Bagaimana menurut kalian? Muka hitam! Mengapa sekali lihat sudah tahu tentang saya. Saya ingat ketika tahun pertama saya mengajar, ada suatu kali siswa tidak mengikuti aturan, saya pun memarahi dan menasihati mereka. Dari lantai dua berjalan sampai majelis guru di lantai satu, rekan sekolah memandang saya dan berkata: Anda pun bisa emosi? Mereka sangat terkejut. Sebenarnya andai kita tidak emosi pada saat harus emosi, maka tidak akan mampu mengajar murid dengan baik, kita emosi itu tujuannya adalah membuat anak waspada, supaya di kemudian hari tidak mengulangi kekhilafan ini lagi. Hidup bagaikan sebuah drama, perlu berperan bagaimana maka harus melakoninya dengan layak. Oleh karena itu, terhadap keponakanku ini peran saya adalah muka hitam, ibunya adalah muka putih, muka hitam dan putih harus berkoordinasi dengan baik.
Saya juga ingat pada beberapa tahun yang lalu, kebetulan menjelang malam Tahun Baru Imlek, saat makan malam di rumah kami, keponakanku tersebut mengambil sumpitnya pada bagian bawah yang mana dipakai untuk menyumpit makanan. Saya berkata padanya: Weiwei, pegang begini akan ada kuman, kamu pegang sumpit harus pegang bagian atasnya. Dia menatapku, lalu memindahkan tangannya ke bawah lagi, saya sangat sabar, saya berkata: Mengambil begini akan ada kamu, jadi kamu harus memegang lebih tinggi. Dia menatapku lagi, meskipun ia tidak bicara, Anda tahu tidak apa artinya? Dia bilang aku lihat batas dasarmu sampai mana? Banyak sekali anak yang mampu mengeksplorasi batas dasar orang tua, ketika ia melampaui batas dasar Anda, terhadap Anda dia bisa memaksakan apa yang dimintanya, Anda akan mundur selangkah demi selangkah, ia pun dapat menggunakan emosi untuk mengancam Anda. Saya lihat dia dinasihati tiga kali masih tidak dengar, maka saya langsung mengendongnya, berjalan menuju kamar saya. Mengapa pergi ke kamar saya? Harus memotong semua bala bantuan terhadapnya, barulah ia tahu sesuatu tampak tak meyakinkan. Ketika saya mengendongnya, ibu saya langsung berkata: Sudah mendekati Tahun Baru, jangan dipukuli lagi! Harus dipukul atau tidak? Mana ada yang Tahun Baru berbuat salah lalu tidak dihukum, kalau begitu bagaimana anak tahu aturan di mana!
Sekarang banyak orang tua murid, setiap hari Sabtu dan Minggu memperbolehkan anaknya tidur sampai siang, ada tidak keadaan seperti itu? Dia lima hari normal, Sabtu dan Minggu tidak normal, hidupnya sudah kacau, sudah tidak teratur lagi. Jadi sekarang saat sekolah di hari Senin, ekspresi wajah para siswa bagaimana? Muka malas. Oleh karena itu, aturan yang telah ditetapkan tidak boleh berubah karena keadaan apapun, jika tidak anak akan hobi bermalasan benci kerja keras, pasti akan berjalan menuju arah bermain-main, dan tidak mengikuti aturan. Saya pun berpesan kepada kakakku, biarpun Anda membawanya pergi mendaki bukit, atau berekreasi selama beberapa hari, kitab klasik yang patut dihafalkan setiap harinya harus tetap bagaimana? Harus dihafal dengan baik. Jadi anak di dalam hati akan paham, baik di rumah maupun di luar, tugas pelajaran diri sendiri harus tetap bagaimana? Tetap harus dipelajari. Ketika prinsip Anda semakin jelas, ia akan merasa bahwa itu adalah tugas pokoknya, ia tidak akan untung-untungan, ia tidak akan di sana berkata: Ma, hari ini tidak usah ya! Di sana berkata muluk-muluk kepada Anda. Hakikat dan prinsip dasar ini harus dipegang mantap.
Ketika saya mengendongnya masuk ke dalam kamarku, sebenarnya pada waktu itu yang paling penting adalah membuat dia tahu bahwa dia bersalah, apakah kita suka menghukum anak? Bukan! Saya katakan kepadanya: Kamu terus menangis saja tidak apa-apa, semakin keras kamu menangis maka semakin keras om akan menghukummu. Lalu Anda berkata demikian, dia akan bagaimana? Dia akan menangis lebih keras, Anda langsung memukulnya satu kali. Sebenarnya waktu itu ia masih memakai popok, jadi ia sama sekali tidak sakit, tetapi wibawa Anda itu membuatnya bagaimana? Tertahankan. Lalu Anda katakan kepadanya, emosi pasti tidak mungkin bisa untuk mencapai tujuanmu, hari ini kamu menangis bagaimana pun tidak akan ada gunanya. Ketika Anda sangat tegar, ia sekali dengar, metodenya ini pasti tidak dapat mencapai tujuannya, maka ia akan berhenti menangis. Ketika ia berhenti menangis, saat itu kita harus memberitahu dia, menjelaskan hakikat kepadanya, "Om mengajar kamu begini adalah untuk kebaikan dirimu, kamu seharusnya menerima petuah dari tetua". Maka mulai dari galak berubah menjadi bagaimana? Menjadi sangat welas asih. Setelah selesai berkata kepadanya, saya pun keluar.
Muka hitam selesai diperankan, gantian siapa yang berpentas? Muka putih harus berpentas, jadi kakak saya pun berjalan kemari. Sekali masuk ke dalam, anak tersebut langsung ke hadapannya, pun memeluknya dan bergenit-genit. Kakakku segera menahan dia dan berkata: Kesalahan apa yang baru saja kamu lakukan? Bilang sendiri! Anak tersebut tidak berbicara, dan memeluk ibunya lagi, kakakku masih bersikeras, berkata kepada anaknya: Kesalahan apa yang baru saja dilakukan? Bilang sendiri! Harus membuat ingatannya tidak berhenti pada om menghukum dia, tetapi harus berhenti di mana? Kekhilafan yang diperbuatnya sendiri. Setelah selesai bicara, kakak saya berkata lagi kepada keponakanku: Pergi minta maaf dengan om kamu. Masih menyuruhnya untuk meminta maaf kepada saya, maka memberikan akhir yang baik terhadap pendidikan basis peluang ini. Banyak orang tua mendidik anak hanya siap dihukum, siap melepaskan emosi, mereka tidak melakukan tindakan sentuhan akhir, sehingga dalam ingatan anak merasa bahwa emosi ayah saya sangat buruk, emosi ibu saya sangat buruk. Jadi rahmat dan wibawa diterapkan beriring, serta kerja sama muka hitam dan putih harus diperhatikan.
Sekarang ada tidak yang memerankan muka hitam? Ayah sekarang berkenan tidak memerankan muka hitam? Tidak berkenan! Mengapa ayah sekarang tidak berkenan memerankan muka hitam? Karena mereka sibuk bekerja, merasa bagaimana terhadap anak-anak? Bersalah. Langkanya berinteraksi dengan anak, maka berharap melihat wajah senyum anaknya, jadi setiap kali mereka pulang akan membawa apa? Hadiah dan mainan. Bukan hanya tidak memerankan muka hitam, malah semuanya memerankan muka putih, kemudian anaknya berlari kemari: Papa, Anda baik sekali! Cepat-cepat membawa pergi mainannya. Sekali demi sekali pun demikian memberikan hadiah kepada anak-anak, setelah dua atau tiga bulan, anak tersebut bergegas kemari, "PAPA", dia bukan melihatmu, tetapi melihat apa? Melihat hadiah, setelah diambil langsung pergi. Tiba-tiba suatu hari Anda pulang tidak membawa hadiah, dia akan berkata: Papa, mengapa kamu pulang begitu saja. Jadi tidak boleh menggunakan materi untuk membina hubungan ayah dan anak, ini sangat tidak baik, seharusnya menggunakan rasa kasih dan peduli untuk membina hubungan ayah dan anak.
Ayah tidak melakoni muka hitam, siapa yang melakoni? Ibu yang melakoni. Naluri wanita lebih mempunyai rasa kasih, sangat peduli terhadap anak, sehingga mereka memerankan muka putih adalah yang paling alami. Sekarang tidak hanya harus melakoni muka putih juga harus melakoni apa? Muka hitam, banyak perempuan setelah memerankan muka hitam kepada anak, di dalam hatinya akan merasa sangat tidak enak. Di sisi ini harus memerankan muka hitam, mungkin dalam sesaat harus memerankan muka putih, gampang dilakoni tidak? Tidak gampang. Emosi baru saja dilepaskan, langsung harus sangat penuh kasih terhadap anak, jadi penyakit wanita sekarang yang paling serius adalah apa? Namanya gangguan endokrin, iya bukan? Seringkali harus melakoni muka hitam, dalam sesaat harus berganti menjadi muka putih, itu merupakan beban yang besar terhadap fisik dan mentalnya. Jadi seharusnya suami, karena pria bersifat keras, dan wanita bersifat lembut, seharusnya suami yang melakoni muka hitam, dengan begitu anak barulah tidak mudah serampangan. Kita ingat sewaktu kecil, asalkan mata ayah melototi kita, kita akan segera tahu untuk mengendalikan diri.
Saya sering menyarankan ayah sekarang, karena pekerjaannya agak sibuk, saya menyarankan mereka bahwa sebenarnya waktu untuk menemani anak bukanlah harus sangat lama. Bukan harus waktu yang lama agar anak merasa Anda mengasihinya, yang paling penting adalah apakah Anda memiliki niat tersebut. Andaikan Anda mengambil sepuluh menit setiap hari, sepuluh menit ini, ponsel harus bagaimana? Harus dimatikan. Masa tersebut adalah masa untuk Anda berinteraksi dengan anakmu, maka Anda keluarkan kitab orang kudus dan bijak, mengeluarkanCerita Pendidikan Moral, setiap hari menceritakan dua buah kisah. Anda terus mempertahankan berbuat demikian, anakmu akan merasa bahwa Anda sangat peduli kepadanya, setelah ia mendengar cerita itu, saat pergi ke sekolah ia akan berkata dengan teman sekolahnya: Ayah saya setiap hari menceritakan dua kisah kepadaku. Maka siswa yang lain akan bagaimana? Memandangnya dengan terkagum-kagum, lalu dia akan berkata "Mari, saya ceritakan kepada kalian dua kisah ini", pada saat bersamaan melatihnya untuk bagaimana berbagi cerita orang kudus dan bijak kepada orang lain. Oleh karena itu, yang paling penting adalah Anda memiliki niat ini. Baik! Ini adalah mampu mendidik anak dengan baik.
Tadi kita menyebutkan lima hubungan manusia, yang paling penting adalah hubungan suami istri, suami istri teratur, lima hubungan manusia pun akan teratur. Jadi "belajar satu bagian secara mendalam", bagian ini perlu menguasai pedoman dari budi pekerti, danDi Zi Guimenguasai pedoman dari budi pekerti tersebut, jadi kita mulai belajar dariDi Zi Guidan mendalami bagian ini. Bagaimana mendalami? Mendalami harus mencapai "relevan antara pemahaman dan pelaksanaan", setelah dipahami, harus diterapkan. Ketika Anda melaksanakannya maka akan membantu Anda lebih merasakan hakikat orang kudus dan bijak, perasaan semakin dalam maka pemahaman akan semakin dalam, pemahaman semakin dalam maka pelaksanaan Anda akan semakin mantap; pemahaman membantu pelaksanaan, pelaksanaan membantu pemahaman. Oleh karena itu, kita belajar satu ayat ajaran harus mengerti untuk segera dipraktikkan. "Berpraktisi untuk jangka waktu lama", jangka waktu lama ini menunjukkan senantiasa. Saya sering bilang kepada banyak teman, asalkan Anda mempertahankan terus, siang dan malam setiap hari melafalkanDi Zi Guisekali, boleh dipastikan tiga bulan kemudian, Anda akan merasakan budi pekerti dan ilmu Anda ada kemajuan yang sangat besar, tiga bulan. Resep obat ini sampai sekarang, orang yang memakannya mendapatkan efek yang baik, apakah kalian ingin mencobanya?
Ketika saya berada di Haikou, ada seorang guru yang benar-benar melaksanakannya, guru tersebut pertama kali mengikuti pelajaran, kesanku sangat dalam, yaitu pada Festival Lampion tahun lalu. Dia sangat cermat ketika mengikuti pelajaran, saat saya menceritakan banyak kisah filsuf kudus, dia akan mengangkat pena dan lekas mencatatnya. Setelah dia belajar lebih dari tiga bulan, ia datang dan memberitahu saya, ia berkata: Guru Cai, petuah orang kudus dan bijak yang begitu baik, tidak boleh hanya keluarga saya saja yang mendapat manfaatnya, saya berharap untuk kembali ke kampung halamanku untuk mengajarDi Zi Gui. Karena ia bertekad, karena ia secara sinambung dalam jangka lama, pagi dan malam melafalkanya sekali, jadi peningkatannya sangat cepat. Ketika melafalkan pada pagi hari, yaitu mengingatkan diri sendiri, hari ini harus melaksanakan petuah-petuah yang tertulis dalamDi Zi Gui, melafalkan pada malam hari, kita harus introspeksi, apa saja yang telah diterapkan hari ini, maka memberi sedikit semangat kepada diri sendiri, apa yang belum diterapkan, harus lebih siaga, seterusnya tidak berbuat lagi, seterusnya tidak melanggar lagi. Demikian akan menerima hasil yang sangat baik, dapat berpraktisi untuk jangka waktu lama.
Lalu berpraktisi adalah memperbaiki. Dalam cara pikir, cara pandang, cara bertutur, dan cara bertindak selalu mengingatkan diri untuk memperbaiki. Terkadang perbaikan adalah saat menghadapi pergaulan dengan orang lain harus langsung diperbaiki, tidak boleh sudah salah baru diperbaiki. Seorang teman berbagi pengalamannya kepada saya, ia mengatakan yang paling sulit ia perbaiki adalah "orang ada kekurangan, sepatutnya jangan disingkap" karena selama puluhan tahun terbiasa gosip sana gosip sini, jadi dia pun sangat giat, pagi dan malam melafalkannya sekali. Alhasil setiap kali ia ingin gosip sana gosip sini, tiba-tiba ayat ajaranDi Zi Guiitu bagaimana? Muncul. Maka ayat "orang ada kekurangan, sepatutnya jangan disingkap" ini masuk ke dalam otaknya, sehingga mulutnya langsung bagaimana? Tertutup. Ini namanya mengalami masalah melatih hati, mengalami hal-hal tersebut, tiada hentinya memperbaiki cara pikir dan cara pandangnya sendiri, memperbaiki cara bertutur dan cara bertindaknya.
Kita telah membahas seluruh sikap dalam belajar, mengandung yang pertama perlu penetapan tekad; yang kedua harus pelaksanaan nyata; yang ketiga kronologi dalam pembelajaran sangatlah penting, niscaya harus menumbuhkan fondasi budi pekerti terlebih dahulu, baru membaca kitab klasik lainnya; yang keempat, metode belajar harus belajar satu bagian secara mendalam, berpraktisi untuk jangka waktu lama.
Ketika kita memiliki sikap yang benar, selanjutnya kita akan memasuki pembelajaranDi Zi Gui. BelajarDi Zi Gui, rata-rata orang yang mendengar "Dì Zǐ (murid)", dia akan memiliki persepsi yang salah, merasa itu dipelajari oleh siapa? Dipelajari anak-anak. Sebenarnya "Dì Zǐ" ini bukan menunjukkan anak-anak, dì zǐ menunjukkan murid orang kudus dan bijak, semuanya dinamakan dì zǐ. "Guī (aturan)" adalah aksara berasas paduan makna, bagian kirinya adalah "Fū (pria)", bagian kanannya adalah "Jiàn (konsepsi)", sehingga disebut konsepsi pria sejati. Tentu saja konsepsi pria sejati harus mengikuti petuah orang kudus dan bijak, yakni kebenaran hidup dalam bekerja, menangani hal dan memperlakukan orang. Kita harus mempelajariDi Zi Guibarulah dapat mengajar anak dengan baik, "ajar putra ajar putri ajarlah dahulu diri sendiri", jika ingin mengajar putra putri kita dengan baik, terlebih dahulu harus mengembangkan diri, kita sendiri belajar dengan baik terlebih dahulu, demikian barulah dapat bertindak sebagai keteladanan yang bagus.
Kita buka halaman enam puluh, mari kita baca "pengantar terangkum" bersama-sama terlebih dahulu:
Dì Zǐ Guī. Shèng Rén Xùn. Shǒu Xiào Tì. Cì Jǐn Xìn. Fàn Ài Zhòng. Ér Qīn Rén. Yǒu Yú Lì. Zé Xué Wén.
[Terjemahan harfiah:
"Aturan anak murid. Nasihat orang kudus. Berawal bakti bersaudara. Berikut waswas terpercaya. Cinta segenap khalayak. Lalu dekati pengasih. Ada tenaga sisa. Baru belajar ilmu."
Terjemahan:
"Aturan anak murid. Nasihat orang kudus. Diawali bakti dan persaudaraan. Diikuti waswas dan terpercaya. Mencintai segenap khalayak. Kemudian dekati insan pengasih. Ada tenaga yang tersisa. Barulah belajar pengetahuan lain."]
Teman-teman sekalian, andai Anda kembali ke rumah dan duduk di meja tulis membacanya sesemangat ini, pasti akan membuat anakmu bagaimana terhadapmu? Salut bercampur rasa hormat. Rasa giat belajar Anda akan membuat anak Anda terharu. Pelajaran kita kali ini sampai di sini saja. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar