Dikutip dan diterjemahkan dari : "Seminar Hidup Bahagia – Penjelasan《Di Zi Gui》Secara Mendetail" oleh Guru Cai Lixu
pada tanggal 16 Februari 2005 (Episode 5)
Teman-teman sekalian, halo semuanya! Pada pelajaran sebelumnya kita mengatakan bahwa di dalam keluarga ada
dua tiang utama yang sangat penting, yang pertama adalah ekonomi, yakni
kehidupan material; yang kedua adalah kehidupan rohani, yakni pada aspek
pendidikan anak. Tadi juga menyebutkan bahwa keadaan keluarga sekarang adalah suami
istri keluar bersama untuk mencari uang, anak-anaknya kebanyakan dititipkan
pada kelas penitipan anak, ataupun diserahkan kepada pramuwisma, diserahkan kepada kakek dan nenek untuk diasuh. Kebijaksanaan
hidup ini dapat dilihat dari mana? Terlihat dari proses memilah, ada kerelaan barulah ada penerimaan. Berpenghasilan lebih sedikit, tetapi lebih banyak waktu untuk mendidik
anak, atau Anda ingin mencari lebih banyak uang, dan mengabaikan pendidikan
anak, hasil yang didapatkan pasti akan berbeda.
Mari kita lihat generasi sebelumnya, yang sekarang berusia lima atau enam
puluh tahun, dengan generasi sekarang yang berusia dua atau tiga puluh tahun,
mari kita bandingkan kedua generasi ini. Orang generasi sebelumnya sangat
bertanggung jawab, sangat berbakti kepada orang tua. Bagaimana dengan generasi
sekarang? Teman-teman
sekalian, Anda tidak perlu segan untuk
berbicara terus terang, apakah mereka memiliki sikap seperti generasi
sebelumnya? Itu merupakan kemajuan atau kemunduran? Kemunduran. Generasi
sebelumnya atau generasi sekarang yang punya lebih banyak uang? Generasi
sekarang. Benar! Mengapa uang lebih banyak tetapi penyikapan hidup malah
mundur? Jadi ada uang belum tentu menyelesaikan masalah.
Pada generasi ayahku, mereka umunya sangat miskin, karena sangat miskin,
maka mereka luar biasa hemat. Saya ingat sewaktu kecil pada saat makan, siapa
yang menghabiskan sisa makanan? Ayah dan ibuku, karena mereka sudah sangat terbiasa untuk tidak menyia-nyiakan makanan. Jadi hidup agak serba
kekurangan, yang pertama dapat memelihara kebiasaan hemat, yang kedua kehidupan semakin sulit, orang akan semakin
tahu untuk bersyukur kepada orang tua, serta mengasihi saudara dan saudarinya. Jadi
pada generasi ayahku, mereka belajar pun tidak perlu didesak orang tua, mereka
akan sangat proaktif
dan inisiatif, karena mereka berharap melalui
prestasi dirinya sendiri dalam ilmu, dapat memberikan kehidupan yang lebih baik kepada
orang tuanya di kemudian hari. Anda lihat kemiskinan serta keserbakurangan
dalam hidup, membuat seseorang lebih berteguh hati, lebih berbakti kepada orang tua. Jadi kemiskinan, kita harus
berterima kasih kepadanya.
Generasi sekarang karena sejak kecil kehidupannya pun sangat mapan, mau apa maka bisa dapat apa,
sehingga terbiasa mengabur, terbiasa mubazir, lalu tidak tahu
hakikat bakti, juga tidak ada pelatihan
dan penanggungan dalam hidup. Jadi sekarang generasi kita ini, tidak hanya menghabiskan
uang yang mereka cari, bahkan juga menghabiskan uang siapa? Uang orang tua.
Bagaimana kalian tahu? Banyak anak muda sudah gemar berbelanja dan menikmati
sampai tingkat apa? Gaji satu bulan baru diterima, langsung bagaimana? Ayo, kita pergi
bershopping-ria! Mungkin gaji satu
bulan pada lima belas hari pertama udah dibelanjakan sampai habis, bagaimana
menjalani sisa harinya dalam bulan itu? Di hari mendatang dilaluinya dengan
membeli mie instan sebungkus sebungkus untuk dimakan perlahan-lahan. Sampai
kemudian sudah tidak tahan lagi, ia akan kembali ke rumah mencari ayahnya dan
berkata: Pa, saya tidak punya uang lagi. Ayahnya sangat gusar: "Sudah kasih tahu jangan
sembarangan mubazir, kok tidak bisa dengar sih, sinilah! Mau berapa?"
Masih juga memberikan kepadanya. Jadi hidup kemapanan dalam hidup, belum tentu
dapat memberikan anak Anda sikap yang tepat terhadap kehidupan.
Zaman dahulu sangat banyak orang
terpelajar sangat jelas tentang hal ini,
saat pendirian Dinasti Han, Liu Bang setelah menaklukkan seluruh Tiongkok
membagi lahan pribadi kepada seratus lebih pahlawan yang berjasa,
memberikan mereka banyak sawah dan rumah. Seratus lebih pahlawan berjasa ini setelah
lewat seratus tahun, sejarawan dari Dinasti Han tiba-tiba berpikir: Saya coba
pergi cari tahu, generasi penerus pahlawan tersebut, bagaimana keadaan mereka
setelah seratus tahun? Alhasil sejarawan tersebut sangat terkejut, keturunan
dari seratus lebih pahlawan tersebut, hampir semua telah merosot, bahkan banyak
yang sudah mengemis di jalanan. Hanya beberapa dari keturunan mereka yang masih
sangat bagus, salah satunya bernama Xiao He, pada awalnya saat pembagian lahan,
Xiao He memilih sebidang tanah yang tandus. Karena tanah yang tandus, asalkan tidak bertani maka tidak akan mendapat makanan, beliau berpikir secara mendalam
dan jauh, berharap anak-anaknya di kemudian hari tahu untuk ulet dan hemat. Lainnya yang
mendapat lahan bagus, gemar menikmati maka akan malas bekerja, lagi pula lahan yang bagus, Anda suka, orang lain
juga suka, maka akan mengundang iri hati dari sangat
banyak orang, tipuan dan jebakan dari sangat banyak orang. Jadi Xiao He dapat
melihat, jangan mewariskan uang kepada anak dan cucu, yang lebih penting adalah
mewariskan kebijaksanaan kepada anak dan cucu, mewariskan teladan yang baik
kepada anak dan cucu.
Sima Guang pernah menyebutkan, "mewariskan uang kepada anak dan cucu,
anak dan cucu belum tentu dapat mempertahankannya; mewariskan buku kepada ke
anak dan cucu, anak dan cucu belum tentu dapat membacanya; lebih baik secara tidak
diketahui mewariskan kebajikan tersembunyi, demi strategi jangka panjang anak dan cucu".《Kitab Perubahan》punya sepatah
petuah yang sangat penting,
"keluarga yang mengakumulasi kebajikan, pasti mendapat berkah berlimpah". Kebajikan tersembunyi pasti dapat menaungi generasi mendatang. Kebajikan tersembunyi bukan hanya di kemudian hari dapat menaungi generasi mendatang, saat kita sedang berbuat bajik, saat kita sedang membina diri dan
menjalankan hakikat, kita telah memberikan teladan
yang terbaik kepada generasi berikutnya. Oleh karena itu, orang tua yang
bijaksana akan
memilih demikian.
Baik! Pada generasi ayahku karena kehidupannya agak serba kekurangan, ada
lima kakak beradik, mereka belajar tidak perlu didorong orang tua, ikatan kakak beradik sangat
harmonis. Jadi selama kehidupan layak dijalani, harus meningkatkan kebijaksanaan serta kehidupan rohani anak dengan baik, maka keluarga masih bisa dijalani dengan lancar.
Mari kita lihat lagi, apakah satu orang yang mencari uang maka
penghasilannya akan lebih sedikit? Apakah dua orang yang mencari uang maka
penghasilannya akan lebih banyak? Banyak suami istri keluar bersama mencari
uang, tetapi uang yang tersisa juga tidak begitu banyak, di sana dibangkrutkan
teman, di sini membeli beberapa produk dan akhirnya tertipu. Kita harus memahami
apa sebab kekayaan yang sebenarnya? Kehidupan macam apa yang bisa mendapatkan
kekayaan? Harus mengetahui
hakikat tersebut dengan jelas, jika tidak maka Anda mungkin seumur hidup mencari uang, tetapi seumur
hidup juga tidak menyisakan banyak uang.
Dewa kekayaan zaman Tiongkok kuno adalah Fan Li, nama umumnya Tao Zhugong,
beliau adalah orang zaman musim semi dan gugur serta negara berperang. Fan Li
mengabdi kepada Raja Goujian dari Yue, beliau bersama Wen Zhong mengabdi kepada
Raja Goujian, kemudian memulihkan negara Yue. Kemudian Fan Li berkata kepada
Wen Zhong, Raja Goujian dari Yue dapat diajak menanggung kesulitan, tetapi tidak dapat diajak menikmati kekayaan. Fan Li sangat lihai
menilai orang, jadi mampu menilai orang sangat penting, tidak mampu menilai
orang mungkin seumur hidup akan mendapat pengaruh yang sangat buruk. Anda lihat, Wen Zhong tidak bisa menilai orang. Ia melihat kekayaan
berlimpah ruah sudah dekat di depan mata, bagaimana saya bisa merelakannya,
tidak berkenan! Kemudian Raja Goujian dari Yue menganugerahkan Wen Zhong untuk bunuh diri. Fan Li membawa pergi Xi Shi, menuju ke daerah
sekitar Jiangnan dan memulai usahanya, awalnya dimulai dari usaha kecil-kecilan.
Berbisnis tidak lama, meraup keuntungan yang besar, Fan Li langsung menyumbangkan semua kekayaannya tersebut; lewat tidak lama, lewat beberapa tahun beliau menjadi kaya lagi, beliau
kembali menyumbangkan semua uangnya kepada orang yang miskin dan kesulitan tersebut, lalu memulai lagi dari usaha kecil. Tercatat dalam sejarah "tiga kali menghimpun harta, tiga kali menyebarkan harta".
Oleh karena itu, mengapa seseorang dapat memiliki kekayaan? Penyebab sesungguhnya adalah karena ia mengerti untuk mendermakan hartanya. Cara
bertindak Fan Li tersebut juga mematuhi petuah orang kudus dan bijak, di dalam《Pembelajaran Akbar》menyebutkan "saat harta tersebar maka orang akan berkumpul", saat kita menyebarkan harta kita keluar, apa yang datang
berkumpul? Kasih
dan takzim semua orang terhadap Anda, hati
orang semua mengkiblat ke Anda. Bisnis apapun yang Anda lakukan, mereka pasti
datang membeli dengan Anda, ingin datang untuk mendukung Anda, karena yang Anda
menangkan adalah hati orang. Harta yang disebarkan keluar bukan sudah tiada, jangan kira tidak bisa dilihat
maka dianggap tiada, pengaruh tidak berwujudnya asalkan bertemu kondisi maka akan menjadi akibat yang
nyata. Jadi kita analisis, kekayaan ada sebab dan kondisi barulah akan membuahkan akibat,
"sebab" adalah derma harta, "kondisi" yaitu ditambah upaya Anda, ditambah bantuan insan penolong, ditambah peluang telah datang, secara alami akan membuahkan "akibat" kekayaan. Oleh karena
itu, dalam
menjalankan kekayaan keluarga, harus dijalani sesuai hakikat dan hukum, jika tidak maka upaya Anda seumur hidup mungkin akan
sia-sia.
Setelah kakakku hamil, beliau langsung berhenti dari pekerjaan kantornya,
banyak sanak saudara dan temannya
berpikir bagaimana? Sangat disayangkan. Bahkan
mertuanya sering berkata kepadanya: Kamu pergi kerja sajalah, saya akan
membantumu mengasuh anak. Tetapi hidup ada kerelaan baru ada penerimaan, setelah berhenti dari pekerjaannya, beliau menunggu masa melahirkan di
rumah kami, lalu melakukan istarahat pasca melahirkan, kemudian anaknya juga
diasuh sendiri. Kakakku berhenti dari pekerjaannya, maka yang berpenghasilan
hanya ipar saya, tetapi malahan ipar saya berpenghasilan semakin banyak.
Mengapa malah berpenghasilan lebih banyak? Karena uang yang diberikan ipar saya
kepada kakak saya, kakak saya akan berkata, saya satu orang di rumah mengasuh
anak juga jarang memakai uang itu, maka seringkali memberikannya kepadaku,
katanya kamu bantu saya sumbangkan untuk mencetak kitab suci dan membuat beberapa kebajikan. Kakak saya tahu membantu suaminya menderma harta, maka suaminya berpenghasilan semakin banyak. Suatu saat
ketika mereka berdua pergi belanja bersama-sama, kebetulan hari itu adalah
peresmian supermarket, maka boleh ikut undian, hadiah utamanya adalah sebuah
mobil, kakakku juga menulis kertas undian dan memasukkannya ke dalam kotak
undian. Tidak lama setelah itu, pihak supermarket menghubungi kakakku, mereka
mengatakan Puan Cai, Anda berhasil mendapatkan sebuah mobil. Jadi tahu untuk
menderma, "bila
ditakdirkan ada maka akhirnya pasti ada",
bukanlah sangat
banyak orang yang mencari uang maka akan
berpenghasilan lebih banyak, Anda harus paham untuk menanam sebab berupa derma harta.
Banyak teman berkata: Saya tidak punya uang, bagaimanalah menanam sebab berupa derma harta? Harta ini niscaya bukan hanya uang saja, derma harta mengandung "harta internal" dan "harta eksternal". Kita bekerja
dengan sangat berupaya, ini adalah harta internal, kerja
keras, dan juga pengalaman Anda serta
kebijaksanaan Anda, semuanya termasuk derma harta internal; harta eksternal barulah uang dan
harta
benda, serta materi, itu semuanya dapat digunakan untuk menderma harta. Dalam menderma harta uang itu
apakah menyumbang lebih banyak maka berkahnya lebih besar? Belum tentu! Saya
ingat pernah membaca sebuah laporan, sepasang petani yang sudah sangat tua,
seumur hidupnya menabung sejumlah uang, kebetulan di daerah sekitar mereka
sedang dibangun rumah sakit, itu merupakan rumah sakit yang sangat baik, pasangan
tersebut lalu menyumbangkan uang yang mereka tabung seumur hidupnya untuk
membeli ambulans. Dibandingkan dengan pengusaha besar yang menyumbangkan ratusan ribu, mereka juga menyumbangkan ratusan
ribu, berkah siapa yang lebih besar? Petani tersebut menggunakan tabungan
seumur hidupnya untuk didermakan, rasa kasihnya tersebut dapat menciptakan berkah bagi kehidupan berapa banyak orang? Lalu ratusan ribu milik pengusaha itu baginya hanya apa? Sekelumit saja. Jadi ladang berkah perlu digarap hati, berkah
juga muncul dari niat, ketika kita mampu berdedikasi penuh untuk menderma, tidak peduli
berapa banyak uang tersebut, kita dapat menanam berkah yang tidak terbatas.
Zaman dahulu ada seorang wanita, kebetulan melewati sebuah wihara, maka dia pun masuk dan memberi
hormat kepada Buddha dengan sangat tulus, kebetulan ia hanya memiliki dua sen,
ia pun mengabdikan keluar sepenuhnya. Setelah melihat kejadian tersebut, kepala biara
sangat tersentuh, keluar untuk berdoa baginya secara pribadi, serta melimpahkan
jasa untuknya. Kemudian ia benar-benar menikah ke dalam istana, juga menjadi
kaya raya, maka ia pun membawa ribuan tahil (satuan uang Tiongkok kuno) ke wihara ini, juga untuk didermakan. Alhasil kepala biaranya
tidak keluar, tak
disangka hanya menyuruh seorang muridnya
untuk berdoa baginya. Wanita itu pun sangat penasaran, sebelumnya saya hanya menyumbangkan dua sen, kali ini saya mengambil
ribuan tahil, dua sen malahan kepala biara sendiri yang membantu saya bertobat
dan didoakan, tetapi sekarang menyumbang ribuan tahil, cuma menyuruh muridnya
untuk keluar. Wanita itu juga sangat bijaksana, dia tahu untuk bertanya, agar
masalah tersebut jelas. Dia pun berinisiatif pergi menemui kepala biara,
bertanya mengapa keadaannya seperti
ini? Kepala biara mengatakan
kepadanya: Uang dua sen tersebut berasal dari hati Anda yang tulus, jadi jika
saya tidak keluar untuk membantu Anda, maka saya merasa bersalah terhadap Anda;
kali ini meskipun Anda mengambil ribuan tahil, tetapi hati Anda tidak setulus
yang dahulu, menyuruh murid saya saja sudah cukup.
Jadi ladang berkah seseorang, akarnya masih terletak pada iktikadnya. Asalkan kita memiliki suatu niat yang selalu tahu merelakan uang untuk menolong orang lain, berkah kita telah
terakumulasi sedikit demi sedikit. Baik! Setelah kita memiliki pengenalan yang benar terhadap masalah keuangan, maka tidak akan takut mendapat dan kehilangan, melihat orang lain
mendapatkan banyak uang, hati Anda akan bagaimana? Sangat gelisah, tidak perlu
lagi! Saat kita melaksanakan derma harta secara fundamental, hasil dan
akibatnya akan muncul secara alami.
Setelah sisi ekonomi terselesaikan, seterusnya adalah masalah pendidikan anak, suami istri harus memperoleh
konsensus yang baik. Tentu saja pendidikan mengutamakan pemberian teladan dengan perbuatan, orang dahulu bilang "tiga penyertaan empat moral", "suami benar istri mendengarkan", yaitu sebagai seorang
suami harus memiliki integritas budi, harus memiliki integritas kasih, harus memiliki integritas hakikat; harus melaksanakan integritas budi, integritas kasih, dan integritas hakikat, maka dapat memberikan teladan yang baik kepada anak. Terhadap orang tua sendiri ada "integritas budi", maka anak
pun tahu harus berbakti kepada orang tua;
terhadap istri harus ada "integritas kasih", istri ikut bekerja keras
bersama kita, menjalani keluarga ini bersama kita juga sangat tidak mudah, maka
harus selalu mengingat budi istri tersebut. Istri memiliki sebuah budi yang
tidak mampu kita balas seumur hidup kita, yaitu membantu kita bagaimana?
Meneruskan garis keturunan. Misi ini sangat berat, jika tidak, bisakah kita
sendiri yang melakukannya? Tidak bisa! Tidak ada yang bisa menggantikan, maka
kita harus bersyukur. Jadi sebagai suami, setiap kali harus berpikir bahwa saya
mempunyai istri yang membantuku meneruskan garis keturunan, dan saat kita
selalu menempatkan budi ini di dalam hati, interaksi suami istri akan buruk tidak? Tidak mungkin! Lalu terhadap anak harus ada
"integritas hakikat", harus mengajarkan anak dengan baik, itu adalah
tanggung jawab dan tugas
pokok orang tua.
Istri harus memiliki "empat moral": moral bini, ucapan bini, keterampilan bini, penampilan bini. Istri harus memiliki moral, andai istri tidak bermoral, menikah dengan orang lain
mungkin akan membuat keluarga orang tersebut bagaimana? Penuh
dengan huru-hara. Kok kalian tahu? Penuh dengan huru-hara, tadinya keluarganya masih baik-baik saja, habis menikah langsung membuatnya kacau balau, maka "moral bini" sangat penting. Oleh karena itu, putra berbakti tidak bisa
menandingi menantu berbakti, orang dahulu mengatakan, menikahi seorang istri yang
baik, klannya
dapat makmur tiga generasi; tetapi menikahi
seorang istri yang buruk, maka keluarga akan bagaimana? Akan terpuruk tiga generasi. Jadi apa kriteria pertama dalam menikahi istri? Moral, menikahi istri harus menikahi yang
bermoral. Sekarang pria yang punya pengenalan seperti ini banyak tidak?
Jarang sekali. Jadi kita harus mendidik anak, di kemudian hari saat mencari
pasangan harus mengutamakan moral, harus mempunyai "moral bini".
Dan moral bini ini, secara
alami ucapan dan perilaku sang ibu memiliki pengaruh pembinaan
bawah sadar terhadap anak. Ketika ibuku
berbicara tentang ayahku, beliau sering berkata "Anda memang
berhati lembut", setelah itu berkata lagi, "Kalian semua juga
sama". Tadinya hanya memuji ayahku, tetapi akhirnya semua ikut dipujinya,
saya pun harus menambahkan lagi: Bukannya
mama juga sama. Saya ingat sewaktu saya kecil saat pulang ke rumah nenek,
menggunakan jasa taksi, keahlian mengemudi sopir taksi itu kurang baik, saat
berjalan di jalan tikus, salah satu ban mobilnya masuk ke dalam parit. Saat
jatuh itu karena knalpotnya menabrak semen maka knalpotnya pun menjadi longgar,
sehingga sisa perjalanan terdengar suara Klok! Klok! Klok! dari knalpotnya
sampai tiba di rumah nenek saya. Alhasil ibuku memberikan ongkos taksi
kepadanya, selain itu juga memberikan lima ratus dolar tambahan kepadanya.
Pada waktu itu saya masih kecil, ketika tindakan memberi uang tambahan ini dilakukan, apakah ibuku menjelaskan apa yang
dilakukannya? Beliau tidak, beliau bahkan tidak tahu anaknya sedang melihat. Tetapi di dalam otak saya muncul
beberapa baris teks, yakni ibu merasa bahwa mereka adalah orang yang mencari uang dengan kerja keras, sangat tidak mudah, biaya perbaikan mobil ini pasti akan menyebabkan beban terhadap
keluarganya, kehidupan kita lebih mampu, maka harus
memberinya sedikit bantuan. Tindakan ibuku membuatku sangat terharu, jadi ucapan dan perilaku ibu mempunyai pengaruh pembinaan bawah sadar terhadap anak. Setelah itu, karena saya baru teringat dengan adegan ini saat saya sedang mengajar, maka saya pun menelepon ibu saya untuk
memberitahunya, tetapi beliau bagaimana? Beliau sudah lupa tentang hal itu,
bahkan tidak tahu anaknya sedang belajar serta sedang terharu. Jadi "moral istri" benar-benar dalam ucapan dan perilakunya akan memengaruhi anak-anak.
Selanjutnya, "ucapan bini". Ucapan sang ibu mulai kapan memengaruhi anak-anak? Sejak dalam kandungan. Andai ucapan sang ibu sangat lemah lembut, bayi
akan merasa sangat nyaman dalam kandungan; andai sang ibu bersuara lantang, andai ucapan sang ibu sangat kasar, bayi dalam
kandungan tersebut sudah mulai belajar. Jadi kita sering pergi ke rumah
beberapa teman, pun merasa percakapan di dalam rumah mereka seperti apa?
Seolah-olah sedang bertengkar, suaranya sangat keras, itu adalah sebuah
kebiasaan. Jadi berbicara terlalu keras, berucapan kasar, anak-anakmu akan
mempelajarinya. Andai ucapan kita sangat lemah lembut, ucapannya sangat toleran
terhadap orang lain, anak-anak akan belajar yang baik. Dalam ingatan saya,
orang tuaku tidak pernah berbicara keburukan satu orang temannya pun di depan
kita. Hal ini sangat penting! Ketika orang tua di depan anak-anak berbicara
keburukan orang ini, keburukan orang itu, apa yang anak Anda pelajari? Yaitu belajar selalu melihat keburukan orang, selalu mengkritik, maka akan sangat arogan. Oleh karena itu, ucapan kita juga harus waswas.
Selanjutnya, "keterampilan bini", wanita zaman dahulu bisa menenun pakaian, bisa melakukan banyak
pekerjaan rumah tangga, ini disebut "keterampilan istri". Pada kondisi modern ini, wanita masih harus
menenun pakaian tidak? Lebih tidak perlu, karena industri tekstil sudah lebih
maju. Kondisi keluarga zaman dahulu dan zaman sekarang tidak sama, tetapi untuk
menjaga keluarganya dengan baik, seorang ibu masih harus punya sangat banyak kemampuan yang ulung. Misalnya rumahnya harus diapakan? Dirapikan
dengan bersih. Anak-anak yang tumbuh dan
berkembang di lingkungan yang rapi dan bersih, secara tidak berwujud akan merasa bahwa semua barang itu harus dilap dengan bersih, semua
barang itu harus ditempatkan dengan rapi. Andai dia melihat sesuatu itu berantakan, ia secara sendirinya
akan merapikannya kembali.
Selain merapikan rumah, masih harus bisa memasak sejumlah makanan andalan, karena
andaikan anak dan suami semuanya
makan di luar, bagaimana hasilnya? Semuanya makan di luar, maka suasana
keluarga tidak harmoni, karena sangat jarang berkumpul bersama. Lalu sering
makan di luar, bagaimana dengan makanan di luar? berminyak dan juga asin, jadi sekarang apa penyakit yang paling banyak? Penyakit
kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler ini susah mendapatkan tempat perawatan,
Anda ingin mencari satu tempat tidur perawatan pun harus mengantri setengah
hari. Jadi sekarang orang yang terserang stroke dan penyakit jantung jumlahnya
sangat banyak. Andai di dalam keluarga sering memasak makanan yang agak hambar,
maka anggota keluarga pun akan kembali ke rumah untuk makan dengan sangat sukacita. Saya ingat sewaktu kecil, ada sepatah slogan sangat baik yang berbunyi, "Papa pulang ke
rumah untuk makan malam", maka akan ada suasana keluarga yang baik.
Selanjutnya, "penampilan bini", rupa paras seorang
wanita, tentu saja jangan merias bagaikan hari pernikahan. Benar, penampilan
istri menandakan sangat bermartabat
dan sangat bersahaja, tidak boleh mempasrahkan diri sendiri setelah melahirkan. Banyak wanita
setelah melahirkan, merasa saya memang ditakdirkan mirip pelayan tua,
sehingga tidak
menjaga kerapian tampang. Mungkin suaminya berjalan
masuk ke dalam rumah akan
terperanjat, lalu dengan cepat berlari
keluar, begitu tidaklah baik; harus sedap dipandang oleh mata suami. Lagi pula Anda
berpenampilan hormat dan rapi memberikan teladan yang baik kepada siapa?
Anak-anak. Betul, kita harus memandang sangat jauh. Oleh karena itu, penampilan
istri juga sangat penting.
Baik! Ketika suami dan istri dapat meluruskan tingkah laku dan perkataan mereka, maka pasti dapat mendidik anaknya dengan baik. Sekarang berbicara
tentang kesetaraan jenis kelamin, sehingga "empat moral" ini, wanita perlu, pria
juga perlu! Laki juga harus mempunyai moral, ucapan laki juga harus tahu untuk lemah lembut, ucapannya juga harus sering memuji,
memberi teladan yang baik kepada anak. "Keterampilan laki", pria tidak punya
kebolehan manalah boleh, mau bagaimana mempertahankan keluarganya! Seterusnya
"penampilan laki", Anda sebagai ayah di rumah berpakaian sembrono, itu semua memberi
pengaruh yang buruk kepada anak; ada pula ayah yang sewaktu duduk meletakkan
kedua kakinya di atas meja, ini juga merupakan penampilan suami! Apa yang
anak-anak pelajari? Oleh karena itu, kita harus selalu mengingatkan diri kita sendiri untuk memberikan teladan baik kepada anak, pemberian teladan dengan
perbuatan sangatlah penting.
Selanjutnya dalam mengajar anak harus rahmat dan wibawa diterapkan
beriring, rahmat dan wibawa diberlakukan
beriring, dengan bahasa yang awam, yakni satu orang harus memerankan muka hitam, satu lagi memerankan muka putih. Rahmat dan wibawa diterapkan beriring,
kedisiplinan dan kelembutan diterapkan beriring, orang Tiongkok mengatakan
jalan tengah dan
lumrah, tidak boleh terlalu, juga
tidak boleh tidak cukup. Andaikan
hari ini hanya rahmat, terhadap anak itu baik
sampai melampaui batas, dia akan bagaimana? Dia tidak
takut kepada orang tua, dia akan naik ke atas kepala orang tua. Andaikan hanya wibawa, terhadap anak sangat galak, anak akan menjaga jarak dengan kita. Oleh karena itu, rahmat dan wibawa harus dikuasai
secara benar.
Kebetulan keponakan saya, pasca lahir, dan kebanyakan waktu adalah di
rumah kami, karena ipar saya pekerjaannya agak sibuk. Ketika di rumah kami,
saya juga punya
tanggung jawab untuk mendidik keponakanku tersebut. Anda lihat saya cocok berperan muka hitam atau muka
putih? Bagaimana menurut kalian? Muka hitam! Mengapa sekali lihat sudah tahu
tentang saya. Saya ingat ketika tahun pertama saya mengajar, ada suatu kali
siswa tidak mengikuti aturan, saya pun memarahi dan menasihati mereka. Dari
lantai dua berjalan sampai majelis guru di lantai satu, rekan sekolah memandang
saya dan berkata: Anda pun bisa emosi? Mereka sangat terkejut.
Sebenarnya andai kita tidak emosi
pada saat harus emosi, maka tidak akan mampu mengajar
murid dengan baik, kita emosi itu tujuannya adalah membuat anak waspada, supaya di kemudian hari tidak
mengulangi kekhilafan ini lagi. Hidup bagaikan sebuah drama, perlu berperan
bagaimana maka harus melakoninya dengan layak. Oleh karena itu, terhadap
keponakanku ini peran saya adalah muka hitam, ibunya adalah muka
putih, muka hitam dan putih harus berkoordinasi dengan baik.
Saya juga ingat pada beberapa tahun yang lalu, kebetulan menjelang malam
Tahun Baru Imlek, saat makan malam di rumah kami, keponakanku tersebut
mengambil sumpitnya pada bagian bawah yang mana dipakai untuk menyumpit makanan. Saya berkata padanya: Weiwei, pegang begini akan ada kuman, kamu
pegang sumpit harus pegang bagian atasnya. Dia menatapku, lalu memindahkan
tangannya ke bawah lagi, saya sangat sabar, saya berkata: Mengambil begini akan
ada kamu, jadi kamu harus memegang lebih tinggi. Dia menatapku lagi, meskipun
ia tidak bicara, Anda tahu tidak apa artinya? Dia bilang aku lihat batas dasarmu sampai mana? Banyak sekali anak yang mampu mengeksplorasi batas dasar orang tua, ketika ia
melampaui
batas dasar Anda, terhadap Anda dia bisa memaksakan apa yang dimintanya, Anda akan mundur selangkah
demi selangkah, ia pun dapat menggunakan emosi untuk mengancam Anda. Saya lihat dia dinasihati
tiga kali masih tidak dengar, maka saya langsung mengendongnya, berjalan menuju
kamar saya. Mengapa pergi ke kamar saya? Harus memotong semua bala bantuan
terhadapnya, barulah
ia tahu sesuatu tampak tak
meyakinkan. Ketika saya mengendongnya, ibu
saya langsung berkata: Sudah mendekati Tahun Baru, jangan dipukuli lagi! Harus
dipukul atau tidak? Mana ada yang Tahun Baru berbuat salah lalu tidak dihukum, kalau
begitu bagaimana anak tahu aturan di mana!
Sekarang banyak orang tua murid, setiap hari Sabtu dan Minggu
memperbolehkan anaknya tidur sampai siang, ada tidak keadaan seperti itu? Dia lima hari
normal, Sabtu dan Minggu tidak normal, hidupnya sudah kacau, sudah tidak
teratur lagi. Jadi sekarang saat sekolah di hari Senin, ekspresi wajah para
siswa bagaimana? Muka malas. Oleh karena itu, aturan yang telah ditetapkan tidak
boleh berubah karena keadaan apapun, jika tidak anak akan hobi bermalasan benci kerja keras, pasti
akan berjalan menuju arah bermain-main, dan tidak mengikuti aturan. Saya pun berpesan kepada kakakku, biarpun Anda membawanya pergi
mendaki bukit, atau berekreasi selama beberapa hari, kitab klasik yang patut
dihafalkan setiap harinya harus tetap bagaimana? Harus dihafal dengan baik.
Jadi anak di dalam hati akan paham, baik di rumah maupun di luar, tugas pelajaran
diri sendiri harus tetap bagaimana? Tetap harus dipelajari. Ketika prinsip Anda
semakin jelas, ia akan merasa bahwa itu adalah tugas pokoknya, ia tidak akan untung-untungan, ia tidak akan di sana berkata: Ma, hari ini tidak usah ya! Di sana
berkata muluk-muluk kepada Anda. Hakikat dan prinsip dasar ini harus dipegang
mantap.
Ketika saya mengendongnya masuk ke dalam kamarku, sebenarnya pada waktu
itu yang paling penting adalah membuat dia tahu bahwa dia bersalah, apakah kita
suka menghukum anak? Bukan! Saya katakan kepadanya: Kamu terus menangis saja tidak apa-apa,
semakin keras kamu menangis maka semakin keras om akan menghukummu. Lalu Anda berkata demikian, dia akan bagaimana? Dia akan menangis lebih keras, Anda langsung
memukulnya satu kali. Sebenarnya waktu itu ia masih memakai popok, jadi ia sama
sekali tidak sakit, tetapi wibawa Anda itu membuatnya bagaimana? Tertahankan.
Lalu Anda katakan kepadanya, emosi pasti tidak mungkin bisa untuk mencapai
tujuanmu, hari ini kamu menangis bagaimana pun tidak akan ada gunanya. Ketika Anda
sangat tegar, ia sekali dengar, metodenya ini pasti tidak dapat
mencapai tujuannya, maka ia akan berhenti menangis. Ketika ia berhenti
menangis, saat itu kita harus memberitahu dia, menjelaskan hakikat kepadanya, "Om mengajar
kamu begini adalah untuk kebaikan dirimu, kamu seharusnya menerima petuah dari tetua". Maka mulai dari
galak berubah menjadi bagaimana? Menjadi sangat welas asih. Setelah selesai
berkata kepadanya, saya pun keluar.
Muka hitam selesai diperankan, gantian siapa yang berpentas? Muka putih
harus berpentas, jadi kakak saya pun berjalan kemari. Sekali masuk ke dalam,
anak tersebut langsung ke hadapannya, pun memeluknya dan bergenit-genit. Kakakku segera menahan dia dan berkata: Kesalahan apa yang baru saja
kamu lakukan? Bilang sendiri! Anak tersebut tidak berbicara, dan memeluk ibunya
lagi, kakakku masih bersikeras, berkata kepada anaknya: Kesalahan apa yang baru
saja dilakukan? Bilang sendiri! Harus membuat ingatannya tidak berhenti pada om
menghukum dia, tetapi harus berhenti di mana? Kekhilafan yang diperbuatnya sendiri. Setelah selesai bicara, kakak saya berkata lagi kepada keponakanku:
Pergi minta maaf dengan om kamu. Masih menyuruhnya untuk meminta maaf kepada
saya, maka memberikan akhir yang baik terhadap pendidikan basis peluang ini. Banyak orang tua mendidik anak hanya siap dihukum, siap melepaskan
emosi, mereka tidak melakukan tindakan sentuhan akhir, sehingga dalam ingatan anak merasa bahwa emosi ayah saya
sangat buruk, emosi ibu saya sangat buruk. Jadi rahmat dan wibawa diterapkan beriring,
serta kerja sama muka hitam dan putih harus diperhatikan.
Sekarang ada tidak yang memerankan muka hitam? Ayah sekarang berkenan tidak
memerankan muka hitam? Tidak berkenan! Mengapa ayah sekarang tidak berkenan memerankan muka hitam? Karena mereka sibuk bekerja, merasa bagaimana terhadap anak-anak?
Bersalah. Langkanya
berinteraksi dengan anak, maka berharap melihat wajah senyum anaknya, jadi setiap kali mereka pulang akan membawa
apa? Hadiah dan mainan. Bukan hanya tidak memerankan muka
hitam, malah semuanya memerankan muka putih, kemudian anaknya berlari kemari: Papa, Anda baik sekali! Cepat-cepat
membawa pergi mainannya. Sekali demi sekali pun demikian memberikan hadiah
kepada anak-anak, setelah dua atau tiga bulan, anak tersebut bergegas kemari,
"PAPA", dia bukan melihatmu, tetapi melihat apa? Melihat hadiah,
setelah diambil langsung pergi. Tiba-tiba suatu hari Anda pulang tidak membawa
hadiah, dia akan berkata: Papa, mengapa kamu pulang begitu saja. Jadi tidak
boleh menggunakan materi untuk membina hubungan ayah dan anak, ini sangat tidak
baik, seharusnya menggunakan rasa kasih dan peduli untuk membina hubungan ayah dan
anak.
Ayah tidak melakoni muka hitam, siapa yang melakoni? Ibu yang melakoni. Naluri wanita lebih mempunyai rasa kasih, sangat
peduli terhadap anak, sehingga mereka
memerankan muka putih adalah yang paling alami. Sekarang tidak hanya harus
melakoni muka putih juga harus melakoni apa? Muka hitam, banyak perempuan setelah
memerankan muka hitam
kepada anak, di dalam hatinya akan merasa
sangat tidak enak. Di sisi ini harus memerankan muka hitam, mungkin dalam
sesaat harus memerankan muka putih, gampang dilakoni tidak? Tidak gampang. Emosi baru saja dilepaskan, langsung harus sangat penuh kasih terhadap anak, jadi penyakit wanita
sekarang yang paling serius adalah apa? Namanya gangguan endokrin, iya bukan?
Seringkali harus melakoni muka hitam, dalam sesaat harus berganti menjadi muka putih, itu merupakan beban yang besar terhadap
fisik dan mentalnya. Jadi seharusnya suami, karena pria bersifat keras, dan
wanita bersifat lembut, seharusnya suami yang melakoni muka hitam, dengan
begitu anak barulah tidak mudah serampangan. Kita ingat sewaktu kecil, asalkan mata ayah melototi kita, kita akan segera
tahu untuk mengendalikan diri.
Saya sering menyarankan ayah sekarang, karena pekerjaannya agak sibuk,
saya menyarankan mereka bahwa sebenarnya waktu untuk menemani anak bukanlah
harus sangat lama. Bukan harus waktu yang lama agar anak merasa Anda
mengasihinya, yang paling penting adalah apakah Anda memiliki niat tersebut. Andaikan Anda mengambil sepuluh menit setiap hari, sepuluh menit ini, ponsel harus
bagaimana? Harus dimatikan. Masa tersebut adalah masa untuk Anda berinteraksi
dengan anakmu, maka Anda keluarkan kitab orang kudus
dan bijak, mengeluarkan《Cerita Pendidikan Moral》, setiap hari menceritakan dua
buah kisah. Anda terus
mempertahankan berbuat demikian, anakmu akan merasa bahwa Anda
sangat peduli kepadanya, setelah ia mendengar cerita itu, saat pergi ke sekolah
ia akan berkata dengan teman sekolahnya: Ayah saya setiap hari menceritakan dua
kisah kepadaku. Maka siswa yang lain akan bagaimana? Memandangnya dengan
terkagum-kagum, lalu dia akan berkata "Mari, saya ceritakan kepada kalian
dua kisah ini", pada saat bersamaan melatihnya untuk bagaimana berbagi
cerita orang kudus dan
bijak kepada orang lain. Oleh karena
itu, yang paling penting adalah Anda memiliki niat ini. Baik! Ini adalah mampu
mendidik anak dengan baik.
Tadi kita menyebutkan lima hubungan manusia, yang paling penting adalah
hubungan suami istri, suami istri teratur, lima hubungan manusia pun akan
teratur. Jadi "belajar satu bagian secara mendalam", bagian ini perlu
menguasai pedoman dari budi
pekerti, dan《Di Zi Gui》menguasai pedoman dari budi pekerti tersebut, jadi kita mulai belajar dari《Di Zi Gui》dan mendalami bagian ini. Bagaimana mendalami? Mendalami harus mencapai
"relevan antara pemahaman dan pelaksanaan", setelah dipahami, harus diterapkan. Ketika Anda melaksanakannya maka akan membantu Anda lebih merasakan hakikat orang kudus dan bijak, perasaan semakin dalam maka pemahaman akan semakin dalam, pemahaman semakin dalam maka pelaksanaan Anda akan semakin mantap; pemahaman membantu
pelaksanaan, pelaksanaan membantu pemahaman. Oleh karena itu, kita belajar satu
ayat ajaran harus mengerti untuk segera dipraktikkan. "Berpraktisi untuk
jangka waktu lama", jangka
waktu lama ini menunjukkan senantiasa. Saya sering bilang kepada banyak teman, asalkan Anda mempertahankan terus, siang dan malam setiap hari melafalkan《Di Zi Gui》sekali, boleh dipastikan tiga bulan kemudian, Anda akan merasakan budi pekerti dan ilmu Anda ada kemajuan yang sangat besar, tiga bulan. Resep obat
ini sampai sekarang, orang yang memakannya mendapatkan efek yang baik, apakah
kalian ingin mencobanya?
Ketika saya berada di Haikou, ada seorang guru yang benar-benar
melaksanakannya, guru tersebut pertama kali mengikuti pelajaran, kesanku sangat
dalam, yaitu pada Festival Lampion tahun lalu. Dia sangat cermat ketika
mengikuti pelajaran, saat saya menceritakan banyak kisah filsuf kudus, dia akan mengangkat pena dan
lekas mencatatnya. Setelah dia belajar lebih dari tiga
bulan, ia datang dan memberitahu saya, ia berkata: Guru Cai, petuah orang kudus dan bijak yang begitu baik, tidak boleh hanya keluarga saya saja yang mendapat
manfaatnya, saya berharap untuk kembali ke kampung halamanku untuk mengajar《Di Zi Gui》. Karena ia bertekad, karena ia secara sinambung dalam jangka lama, pagi dan malam melafalkanya sekali, jadi peningkatannya sangat cepat.
Ketika melafalkan pada pagi hari, yaitu mengingatkan diri sendiri, hari ini
harus melaksanakan petuah-petuah yang tertulis dalam《Di Zi Gui》, melafalkan pada malam hari, kita harus introspeksi, apa saja
yang telah diterapkan hari ini, maka memberi sedikit semangat kepada diri sendiri, apa yang belum diterapkan, harus lebih siaga, seterusnya tidak berbuat lagi, seterusnya
tidak melanggar lagi. Demikian akan menerima hasil yang sangat
baik, dapat berpraktisi untuk jangka waktu lama.
Lalu berpraktisi adalah memperbaiki. Dalam cara pikir, cara pandang, cara
bertutur, dan cara bertindak selalu mengingatkan diri untuk memperbaiki. Terkadang perbaikan adalah saat menghadapi pergaulan dengan orang lain harus langsung diperbaiki, tidak boleh sudah salah baru diperbaiki.
Seorang teman berbagi pengalamannya kepada saya, ia mengatakan yang paling
sulit ia perbaiki adalah "orang ada kekurangan, sepatutnya jangan
disingkap" karena selama puluhan tahun terbiasa gosip sana gosip sini, jadi dia pun sangat giat, pagi dan malam melafalkannya sekali. Alhasil setiap kali ia ingin gosip sana gosip sini, tiba-tiba ayat ajaran《Di Zi Gui》itu bagaimana? Muncul. Maka ayat "orang ada kekurangan,
sepatutnya jangan disingkap" ini masuk ke dalam otaknya, sehingga mulutnya
langsung bagaimana? Tertutup. Ini namanya mengalami masalah melatih hati,
mengalami hal-hal tersebut,
tiada hentinya memperbaiki cara pikir dan cara pandangnya sendiri, memperbaiki
cara bertutur dan cara bertindaknya.
Kita telah membahas seluruh sikap dalam
belajar, mengandung yang pertama perlu penetapan tekad; yang kedua harus pelaksanaan nyata; yang ketiga kronologi dalam
pembelajaran sangatlah penting, niscaya harus menumbuhkan fondasi
budi pekerti terlebih dahulu, baru membaca
kitab klasik lainnya; yang keempat, metode belajar harus belajar satu bagian secara mendalam, berpraktisi
untuk jangka waktu lama.
Ketika kita memiliki sikap yang benar, selanjutnya kita akan memasuki
pembelajaran《Di Zi Gui》. Belajar《Di Zi Gui》, rata-rata orang yang mendengar "Dì Zǐ (murid)", dia akan
memiliki persepsi yang salah, merasa itu dipelajari oleh siapa? Dipelajari
anak-anak. Sebenarnya "Dì Zǐ" ini bukan menunjukkan anak-anak, dì zǐ menunjukkan
murid orang kudus dan bijak, semuanya dinamakan dì zǐ.
"Guī (aturan)" adalah aksara
berasas paduan
makna, bagian kirinya adalah "Fū (pria)", bagian kanannya
adalah "Jiàn (konsepsi)", sehingga
disebut konsepsi pria sejati. Tentu saja konsepsi pria sejati harus mengikuti
petuah orang kudus
dan bijak, yakni kebenaran hidup dalam bekerja, menangani hal dan memperlakukan orang. Kita harus mempelajari《Di Zi Gui》barulah dapat mengajar anak dengan baik, "ajar putra ajar putri ajarlah dahulu diri sendiri", jika
ingin mengajar putra putri kita dengan baik, terlebih dahulu harus mengembangkan diri, kita
sendiri belajar dengan baik terlebih dahulu, demikian barulah dapat bertindak sebagai
keteladanan yang bagus.
Kita buka halaman enam puluh, mari kita baca "pengantar terangkum" bersama-sama
terlebih dahulu:
【Dì Zǐ Guī. Shèng Rén Xùn. Shǒu Xiào Tì.
Cì Jǐn Xìn. Fàn Ài Zhòng. Ér Qīn Rén. Yǒu Yú Lì. Zé Xué Wén.】
[Terjemahan harfiah:
"Aturan anak murid. Nasihat orang kudus. Berawal bakti bersaudara. Berikut waswas terpercaya. Cinta segenap khalayak. Lalu dekati pengasih. Ada tenaga sisa. Baru belajar ilmu."
Terjemahan:
"Aturan anak murid. Nasihat orang kudus. Diawali bakti dan persaudaraan. Diikuti waswas dan terpercaya. Mencintai segenap khalayak. Kemudian dekati insan pengasih. Ada tenaga yang tersisa. Barulah belajar pengetahuan lain."]
Teman-teman
sekalian, andai Anda kembali ke rumah dan duduk
di meja tulis membacanya sesemangat ini, pasti akan membuat anakmu bagaimana terhadapmu? Salut bercampur rasa hormat. Rasa giat belajar Anda akan membuat anak Anda terharu. Pelajaran
kita kali ini sampai di sini saja. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar