Selasa, 14 Juni 2011

Episode 03

Dikutip dan diterjemahkan dari : "Seminar Hidup Bahagia – PenjelasanDi Zi GuiSecara Mendetail" oleh Guru Cai Lixu pada tanggal 16 Februari 2005 (Episode 3)

Teman-teman sekalian, selamat pagi semuanya! Kemarin kita menyebutkan bahwa pada kenyataannya, stabilitas dunia, masyarakat, dan keluarga bukan tidak ada cara untuk mencapainya, kuncinya terletak pada niat dari setiap orang. Andaikan egois, maka akan terjadi konflik; andaikan selalu dapat berpikir untuk orang lain, maka keluarga dan masyarakat akan sempurna dan sentosa. Kemarin juga menyebutkan bahwa andai seorang anak sejak kecil mampu menempatkan diri dan berpikir untuk orang lain, maka sejak kecil niatnya tersebut telah mulai membudi daya berkah bagi dirinya sendiri, jadi sejak kecil sudah tahu untuk memupuk dan mengakumulasi berkah. Karena memiliki iktikad tersebut, ia tahu bahwa tekad belajar adalah untuk menjadi kudus dan bijak, maka harus menggunakan budi pekerti dan ilmu yang dipelajarinya untuk mengabdi kepada masyarakat. Oleh karena itu, ia sekali masuk ke dalam masyarakat pun tahu untuk menciptakan berkah demi masyarakat, dan berkahnya tersebut akan semakin lama semakin besar, saat berkahnya muncul pada usia tua, maka dapat menikmati usia tua dengan tenang.
Orang Tiongkok bilang ada lima berkah, salah satunya disebut "ajal yang bagus", dengan bahasa yang lebih awam, yakni bisa meninggal dengan tenang, tidak akan meninggal dengan sangat menderita, dengan kata awam yaitu tidak akan mendapatkan kematian yang buruk. Kalimat ini tampaknya seperti kata-kata kutukan, tetapi teman-teman sekalian, sekarang kalimat ini tidak tergolong memarahi orang. Tetapi tergolong apa? Tergolong suatu fenomena yang lazim berlaku. Kita ingat sewaktu kecil, masih sering mendengar bahwa semalam ada tetua yang dalam tidurnya meninggal dengan sangat tenteram. Sekarang keadaan seperti ini banyak tidak? Tidak banyak lagi. Mengapa orang-orang dahulu dapat meninggalkan dunia dengan sangat tenang, dan orang sekarang, saat meninggal mungkin perlu pertolongan darurat, menjelang kematian mungkin tidak sadarkan diri? Itu karena ia tidak tahu cara merawat tubuh, ia tidak tahu bagaimana membudi daya berkah bagi dirinya sendiri, berkah terlalu tipis, maka tidak bisa mendapat ajal yang bagus. Jadi jika orang ingin memiliki berkah, akar penyebabnya masih tergantung pada sebersit niat bajik. Iktikad orang dahulu lebih bajik, selalu berpikir untuk orang lain, sehingga saat meninggal sangat santai; orang sekarang lebih egois, menjelang kematian masih khawatir perolehan dan takut kehilangan, masih melekat pada banyak hal, serta tidak bisa merelakan. Jika kita ingin menikmati berkah pada usia tua, kita harus mengerti untuk beriktikad bajik, harus mengerti untuk selalu bisa merelakan dan jangan melekat.
Sangat banyak orang merasa bahwa kehidupan manusia tampaknya harus mulai bekerja barulah dapat membantu masyarakat, dan kemudian setelah beranjak tua, rasanya lebih tidak mampu untuk mengoptimalkan seluruh tenaganya. Maka pada umumnya, orang merasa bahwa sepertinya umur dua puluh tahun sampai enam puluh tahun, barulah masa emas untuk menciptakan berkah bagi masyarakat, banyak perencanaan hidup yang berbicara demikian. Sebenarnya, ketika seorang anak sejak kecil sudah menerima petuah orang kudus dan bijak, masa baktinya pasti bukan hanya empat puluh tahun. Mari kita lihat, jika anak tersebut sejak kecil beriktikad cinta kasih, beriktikad budi pekerti. Pernah dalam kelas belajar kami, ada seorang anak yang baru dua tahun lebih, pada hari pertama mengikuti pelajaran, setelah pulang ke rumah, orang tuanya bertanya: Apa yang kamu pelajari hari ini? Anak itu segera mengucapkan empat kata dengan semangat berkorbar: Berbakti kepada orang tua. Orang tuanya juga sangat tercengang karena anak umur dua tahun lebih itu sikap belajarnya sangat mendasar dan sangat kukuh.
Pada hari kedua pelajaran, kebetulan guru mempersilakan banyak murid ke depan untuk berbagi tentang hal bakti yang dilakukannya kepada orang tua mereka selama minggu tersebut. Karena ilmu itu berharganya di pelaksanaan nyata, setelah belajar harus kembali ke rumah untuk diterapkan dengan baik. Jadi banyak siswa yang berbagi pengalamannya di depan, ada yang membantu orang tuanya mengambil air cucian kaki, ada yang memotong buah-buahan untuk dimakan orang tua mereka. Anak umur dua tahun lebih tersebut setelah melihat kakak-kakak kelasnya melaksanakan bakti kepada orang tua, membuatnya lahir niat untuk meneladani. Jadi teman-teman sekalian, orang dewasa mengajar anak-anak adalah sebuah metode, anak-anak mengajar anak-anak juga sebuah metode yang baik pula, bagai ungkapan "saling mengamati demi kebajikan", mereka akan saling mengobservasi. Anak tersebut setelah kembali dari pelajaran kedua, segera menuang secangkir air dan dibawakan kepada orang tuanya untuk diminum.
Teman-teman sekalian, ia berumur dua tahun lebih sudah selalu memiliki iktikad ini, bagai ungkapan "ladang berkah digarap hati", ia sudah membudi daya berkah untuk dirinya sendiri. Pada saat bersamaan, perilakunya tersebut adalah membina diri, dan ia akan membuat hati orang tuanya tersentuh. Bahkan anak umur dua tahun lebih saja sudah tahu untuk membawakan teh untuk diminum orang tuanya, selalu tahu mempertimbangkan untuk orang tuanya, saya yakin orang tuanya sendiri akan merasa bahwa anak saya saja sudah bisa demikian, maka saya harus lebih proaktif dalam melaksanakan hakikat bakti. Jadi anak tersebut sudah mulai menata keluarga. Ihwal anak tersebut, telah saya ceritakan di seluruh penjuru Tiongkok daratan, bahkan sampai ke luar negeri, saya menceritakan kisahnya tersebut hingga ke Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Karena ada ikhtiar nyata pembinaan diri anak tersebut, kita barulah dapat menyebarluaskan contoh-contoh tersebut, supaya lebih banyak orang, supaya orang di dunia ini dapat meneladani amanat tersebut.
Oleh karena itu, andai seorang anak sejak kecil mendapatkan ajaran orang kudus dan bijak, hidupnya jelas bukan mulai bersinar dari umur dua puluh tahun. Sejak kapan? Andai kebetulan ketika ibunya sedang hamil sudah tahu untuk memperdengarkanDi Zi Guikepada anaknya, memperdengarkan kitab klasik orang kudus dan bijak, mungkin anak ini waktu lahir, kalimat apa yang pertama kali diucapkannya? Mungkin berkata "Aturan anak murid, nasihat orang kudus", maka anak tersebut sejak lahir sudah dapat menyebarluaskan ajaran kudus, maka hidupnya sejak kecil sudah sangat berharga. Selanjutnya, anak yang sejak kecil membaca kitab orang kudus dan bijak, setelah ia beranjak dewasa dan membuat berkah demi masyarakat, kebijaksanaannya akan semakin bertambah, dia akan semakin tua semakin berharga. Berjalan ke mana pun, banyak generasi muda pun akan mendekatinya, karena dengan mendekati beliau maka akan mendapat sangat banyak pencerahan dalam hidup sehingga mengurangi sangat banyak perabaan yang tak berarti. Jadi orang yang menerima petuah orang kudus dan bijak, hidupnya bukanlah berakhir pada umur enam puluh tahun, tetapi sampai beliau tua pun akan sangat berharga.
Guru saya Profesor Chin Kung, tahun ini telah tujuh puluh sembilan tahun, berkunjung ke seluruh penjuru dunia ada segerombolan murid yang berharap mendapatkan petuahnya, bukan hanya orang Tionghoa yang ingin mendapatkan petuahnya, bahkan sekarang banyak pemuka agama dan suku di seluruh dunia sangat berharap untuk mendekati sesepuh tersebut. Jadi hidupnya jelas bukan berakhir pada enam puluh tahun, kapan hidupnya berakhir? Tidak akan berakhir; karena petuahnya muncul dari hati yang tulus, hati yang tulus dapat melampaui waktu dan ruang. DalamTengah dan Lumrah(Zhōng Yōng) menyebutkan "ketulusan, awal dan akhir dari sesuatu", ketulusan pasti dapat menyukseskan suatu hal, lagi pula ketulusan penuh bagaikan dewa, ketulusan penuh dapat mengundang mukjizat. Ucapan dan perilaku yang keluar dari hati yang tulus, pengaruhnya tidak akan berubah karena ruang dan waktu. Jadi teman-teman sekalian, Konfusius sudah wafat belum? Semangat beliau selalu ada, menjadi teladan generasi mendatang.
Apakah Fan Zhongyan sudah wafat? Pada tahun 2002, Tiongkok mengadakan acara pembacaan kitab oleh orang Tionghoa dari seluruh dunia, banyak orang Tionghoa dari Malaysia, Singapura, Hong Kong, Indonesia, dan daerah-daerah lain, semuanya datang ke Qufu, Provinsi Shandong. Kegiatan tersebut mengundang tamu khusus, yaitu keturunan paternal dari Fan Zhongyan, telah lewat delapan ratus tahun, keturunannya pun sangat berprestasi. Sewaktu seminar, saya berkenalan dengan dua dari mereka, salah satunya saya lihat wajahnya besar, daun telinganya juga besar, orang Tiongkok mengatakan, sekali lihat sudah tahu tampang orang penuh berkah. Jadi petuahnya, delapan ratus tahun lebih masih memengaruhi generasi penerusnya. Pada saat kegiatan di Qufu, Provinsi Shandong tersebut, keturunannya naik ke atas panggung dan menyanyikan sebuah lagu, mereka menggubahCatatan Menara Yueyangkarangan Fan Zhongyan menjadi sebuah lagu. Ketika beliau menyanyi sampai "risau sebelum orang dunia ini risau, dan bersenang setelah orang dunia ini bersenang", saya percaya roh Fan Zhongyan di atas juga akan merasa kehidupannya kali ini benar-benar berharga, kehidupan ini tidak datang sia-sia. Oleh karena itu, bila anak-anak kita sejak kecil menerima petuah orang kudus dan bijak, maka ia tahu menggunakan hati yang tulus dan penuh kasih untuk menjalankan hidupnya, saya yakin nilai kehidupannya tersebut akan bertahan selamanya.
Teman-teman sekalian, ketika Anda sebagai orang tua murid, sebagai tetua, Anda sebenarnya ingin anak Anda menjalani pola hidup seperti apa, ini sangat penting! Anda berharap dia bisa menjadi teladan bagi keturunannya? Atau hanya berharap dia tidak mati kelaparan? Pola pikir dan konsep kita secara langsung akan memengaruhi generasi mendatang. Teman-teman sekalian, jadi orang harus punya keteguhan hati, ketika kita tahu kebudayaan Tiongkok dapat menyelesaikan masalah masyarakat dan dunia ini, kita seharusnya tidak menolak tanggung jawab, harus berani untuk berjalan keluar. Teman-teman sekalian, berani untuk berjalan keluar juga tidak perlu mengorbankan nyawa, juga tidak perlu menumpahkan darah, yang penting mulai dari mana? Mulai dari membina diri kita sendiri, banyak karier besar juga terwujud dari usaha kecil selangkah demi selangkah. Di dalamPembelajaran Akbar(Dà Xué) terdapat sepatah petuah yang sangat penting, "dari kaisar sampai masyarakat umum, yang paling awal adalah membina diri", perkataan ini artinya, tidak peduli ia adalah seorang pemimpin negara atau rakyat awam, ia ingin mengurus negaranya dengan baik, mengurus keluarganya dengan baik, penanganannya mulai dari mana? Membina budi pekerti dan ilmu diri sendiri. Bila Anda memiliki budi pekerti dan ilmu, maka akan mampu menata keluarga, mengurus negara, dan mendamaikan dunia. Jadi hal yang sangat rumit, ketika Anda menguraikan selapis demi selapis, sebenarnya sangat sederhana.
Kita telah memahami bahwa memiliki rasa welas asih, setiap niatnya adalah welas asih, setiap orang punya welas asih, perkembangan masyarakat akan berjalan menuju dunia kesatuan besar. Kita selanjutnya harus berpikir, rasa welas asih seseorang mulai dikembangkan dari mana? Mulai ditangani dari mana, barulah dapat menumbuhkan rasa welas asihnya? Bagaimanapun kita harus mencari tahu langkah pertama? Langkah pertamanya dari mana? Baik! Ketika kita sering berpikir dengan penalaran terus-menerus menjurus ke akarnya, maka kebenaran akan muncul. Seseorang dengan orang tuanya saja tidak berbakti dan tidak hormat, ia bisa menghormati orang lain, Anda percaya tidak? Oleh karena itu, di dalamKitab Baktiada sebuah ayat mengatakan, "tidak cinta orang tua sendiri", tidak mencintai orang tuanya, "tetapi cinta orang lain", tetapi bisa menyayangi orang lain, ini disebut "menyalahi moral", ini bertentangan dengan moral seseorang. Hal ini tidak mungkin terjadi.
Di dalam seminar, saya juga pernah berbincang dengan beberapa gadis yang belum menikah, saya pun menanyakan mereka, saya berkata: Ada seorang pria sangat proaktif memikat Anda, berupaya puluhan tahun bagaikan satu hari. Sekarang masih ada tidak cinta marathon yang berlangsung sampai puluhan tahun? Sekarang lebih jarang tampak. Dia memikat Anda selama tiga tahun, tiga tahun bagaikan satu hari, Anda punya permintaan apa saja, dia pasti akan berdedikasi penuh untuk melaksanakannya dengan baik, lalu asalkan ada waktu luang, dia akan menemani Anda minum kopi, menemani Anda mendaki bukit, serta piknik. Tetapi dia tidak pernah menemani orang tuanya minum kopi, juga tidak pernah mengajak mereka untuk mendaki bukit. Tiga tahun ini, Anda juga merasa dia sangat baik kepadamu, dia meminang Anda. Tiba-tiba ada seorang tetua, kebetulan beliau adalah tetangganya, beliau memberitahu Anda bahwa pria tersebut tidak berbakti dan tidak hormat dengan orang tuanya. Lalu saya bertanya kepadanya, apakah Anda masih mau menikah dengannya? Mau tidak? Tidak mau! Masih ada beberapa wanita yang sedikit ragu-ragu. Yang terkena masalah akan linglung, andaikan sekarang Anda masih ragu-ragu, sewaktu benar-benar mengalami, Anda akan terperangkap di dalamnya. Mengapa kalian begitu berpengalaman?
Jadi kita harus memahami bahwa rasa bakti terhadap seseorang sangatlah penting, ketika seseorang tidak mengetahui hakikat bakti, ada sikap yang tidak dapat terbentuk darinya, sikap penuh integritas budi dan integritas hakikat dalam hidupnya tidak dapat terbentuk. Karena yang mempunyai budi terbesar terhadap kita, tidak lain adalah orang tua kita sendiri, jerih payah sewaktu hamil, sumbangsih sewaktu melahirkan, mengasuh, dan mendidik kita. Integritas budinya tidak tumbuh, integritas hakikatnya tidak tumbuh, maka akan tumbuh apa? Banyak orang tua mengatakan, "Anakku tidak belajar baik, juga tidak belajar jahat", apakah ada hal semacam itu? Belajar bagaikan menjalani perahu melawan arus, jika tak maju maka akan mundur, apa arus berlawanan itu? Masyarakat sekarang adalah tong pencemaran besar, Anda tidak segera mengajarinya yang baik, ia pasti belajar yang buruk. Saya pernah mengajar di beberapa daerah yang lebih terpencil, orang pada umumnya akan berpikir pencemaran di daerah terpencil lebih sedikit, sehingga anak-anak lebih polos. Kenyataannya tidak begitu, karena ada sebuah setan besar, tidak kenal jauh dan batas, tidak peduli Anda tinggal di pegunungan, ia pun akan pergi ke sana, memberitahumu konsep yang tidak tepat.
Tanya: Siapa setan besar ini?
Jawab: TV!
Kok kalian kenal dengan dia? Benar! Jadi kita harus waspada bahwa jika Anda tidak segera mengajarkannya sikap dan konsep yang benar, anak-anak setiap hari sedikit demi sedikit akan belajar yang salah. Jadi ketika anak-anak menonton TV, pastikan untuk memilih yang tidak mencemari, dan harus memilih program yang bagus.
Ketika integritas budi dan integritas kasih anak tidak tumbuh, akan tumbuh sikap apa? Akan tumbuh sikap untung dan rugi. Yang dia suka, dia akan berusaha keras untuk mengejarnya, yang ia tidak suka, ia mungkin membuang muka. Ketika sikap anak terhadap orang hanya untung dan rugi, lalu untung dan rugi dapat diandalkan tidak? Untung dan rugi itu kerap berubah-ubah, hari ini tidak ada untung dan rugi apa-apa, saudara masih bisa berinterkasi dengan sangat harmoni, andaikan besok gara-gara warisan orang tua, mungkin besok bisa saling buang muka. Mengapa pria tersebut dalam tiga tahun terakhir bisa begitu berdedikasi penuh untuk bersumbangsih demi gadis tersebut? Apa penyebabnya? Ada keuntungan yang dapat diraih! Anda lihat anak laki-laki sekarang melihat gadis yang cantik, maka akan bersumbangsih untuknya tanpa keluhan dan penyesalan, ada tidak? Tengah malam bila gadis itu merasa lapar, dan membuat panggilan telepon ke dia, dia langsung berlari keluar untuk membantu membeli pasta wijen yang panas, atau pasta badam yang panas untuknya, kekuatan pendorong di belakangnya adalah keuntungan.
Setelah Anda menikah dengannya, sesudah tiga tahun Anda juga melahirkan seorang bayi yang putih dan montok untuknya, tetapi melahirkan anak sangat berjerih payah, jadi wajahmu menjadi sedikit keriput, tidak begitu muda dan cantik seperti sebelumnya. Alhasil pria tersebut keluar untuk bekerja, melihat seseorang yang lebih muda dan cantik, maka Anda berubah dari keuntungan menjadi apa? Berubah menjadi kerugian, karena ia ingin memikat gadis itu pula, maka Anda dari keuntungan menjadi kerugian. Kerugian harus bagaimana? Ya, karena dia hanya memiliki untung dan rugi, hanya suka dan tidak suka, sehingga dari keuntungan berubah menjadi kerugian, dari kebaikan berubah menjadi keburukan. Tindakan tersebut sekali diambil, akan memengaruhi keluarga, memengaruhi masyarakat, maka tingkat perceraian akan meningkat. Tingkat perceraian sekali meningkat, secara langsung memengaruhi pendidikan generasi berikutnya. Tidak hanya setelah Anda bercerai akan berpengaruh terhadap anak, namun dalam proses interaksi, konflik suami istri, suasana buruk semacam ini akan terjejak mendalam di hati siapa? Di dalam hati anak. Jadi suami istri tidak akur, suami istri bercerai, terhadap anak adalah cedera hati seumur hidup.
Tingkat perceraian masih akan memicu satu masalah sosial lain yang parah, yakni tingkat kejahatan. Saya pernah bertanya kepada seorang kepala penjara, saya bertanya satu pertanyaan kepadanya, dia juga menjawab, katanya yang masuk penjara, enam puluh sampai tujuh puluh persen adalah berasal dari keluarga yang tidak sempurna. Karena keluarga tidak sempurna, anak-anak sejak kecil tidak mendapat pendidikan keluarga yang baik, maka fondasi dalam kehidupannya tidak kukuh. Kemudian ke sekolah, ke masyarakat bertemu dengan takdir yang buruk, segera tumbang tercabut berikut akar, sangat mudah disesatkan oleh teman yang buruk. Ketika tingkat kriminalitas dalam masyarakat semakin meningkat, teman-teman sekalian, kendati Anda punya uang banyak, punya status sosial yang tinggi, Anda punya rasa aman tidak? Punya tidak? Tidak. Sekarang di seluruh dunia, sangat sedikit orang yang memiliki rasa aman. Sekarang kita berjalan menyusuri jalan perbelanjaan, seperti saat saya pergi ke Haikou, bagaimana saya memikul ransel saya? Pasti harus memikul di depan, lalu harus diletakkan di depan perut, harus berjalan perlahan-lahan seperti ini, kalau tidak maka sangat takut di belakang akan bagaimana? Andaikan seseorang ingin merampas dompetmu maka akan membahayakanmu.
Sekarang muncul gangguan ketertiban umum merupakan suatu akibat, teman-teman sekalian, apa penyebabnya? Keluarga tidak memiliki kestabilan. Selanjutnya, orang sejak kecil tidak belajar hakikat bakti, tidak mempelajari petuah orang kudus dan bijak. Sekarang pernikahan tidak akur, apa akar penyebabnya? Akar penyebabnya adalah sejak kecil tidak belajar hakikat bakti. Kita memahami hal tersebut, maka harus lebih mementingkan petuah tentang hakikat bakti dan petuah orang kudus dan bijak. Daripada kita sering mengeluh tentang ketertiban umum yang terganggu, lebih baik sekarang mulai dari kita sendiri, mengajarkan bakti. Lalu terhadap anak orang lain, kita juga perlu mendidik mereka untuk berbakti kepada orang tua mereka, kita perlu berdedikasi penuh untuk menyebarluaskan konsep benar yang penting tersebut. Konfusius di dalamKitab Baktimengatakan sepatah arahan yang sangat penting, bunyinya "bakti kepada orang tua, dasar dari moral, sumber dari pendidikan", "bakti" adalah akar dari moral, pendidikan harus mulai dari sini. Jika tidak dimulai dari hakikat bakti, moral seseorang tidak akan mampu berkembang, jadi pendidikan mengutamakan hakikat bakti. Teman-teman sekalian, mari kita baca ayat ini sekali lagi, kali ini Anda membacanya pasti perasaannya akan tidak sama dengan Anda membacanya sewaktu dahulu. Baik! Mari kita baca bersama, siap; mulai, "bakti kepada orang tua, dasar dari moral, sumber dari pendidikan". Baik! Setelah akar ditemukan, jalan menuju tujuan tidak jauh lagi, ada ungakapan bunyinya orang berbudi berpegang pada dasar, dasar ditegakkan maka kemanusiaan akan tumbuh. Konfusius di dalamAnalekjuga mengatakan, "bakti dan persaudaraan, merupakan akar dari kemanusiaan". Oleh karena itu, kita niscaya harus mulai mengajar dari "bakti".
Tema kami kali ini adalah "PenjelasanDi Zi GuiSecara Mendetail", danDi Zi Gui mulai menanam akar dari "bakti dan persaudaraan", jadi "di dalam harus berbakti, di luar harus bersaudara". Sebelum kita mulai berbicara tentangDi Zi Gui, kita harus terlebih dahulu menetapkan beberapa sikap belajar yang tepat. Ketika kita memiliki sikap belajar yang benar, efek pembelajaran Anda pun akan sangat baik, ada peribahasa, awal yang baik adalah setengah dari keberhasilan. Pembelajaran mengutamakan penetapan tekad, bagai ungkapan "belajar itu berharganya di penetapan tekad". Ketika kita membuat penataran guru di Haikou, pada kelas pertama kami dan semua guru yang hadir menetapkan sebuah tekad, yakni "meneruskan ajaran orang kudus pendahulu yang terputus, mewujudkan perdamaian untuk semua generasi". Kita sering berdoa untuk perdamaian dunia, perdamaian dunia merupakan sebuah akibat, harus terlebih dahulu menanam sebab apa? Harus menanamkan sebab di mana setiap orang memiliki pola pikir dan konsep penuh cinta kasih, dan pola pikir serta konsep cinta kasih harus melalui pembelajaran, melalui pendidikan, yakni harus mengajarkan hikmat orang kudus dan bijak. Jadi "mewujudkan perdamaian" adalah akibat, "meneruskan ajaran yang terputus" adalah menanam sebab; "meneruskan ajaran orang kudus pendahulu yang terputus" barulah dapat mewarisi pendahulu dan meneruskan ke mendatang, ingin mewarisi pendahulu maka kita terlebih dahulu harus belajar dengan baik.
Kami ada seorang guru, dia mengajar kelas lima SD, dia mempunyai misi demikian, sehingga dalam satu hari, selain mengajar, ia masih mengatur waktu tiga jam untuk mendalami kitab klasik orang kudus dan bijak. Lalu setiap pagi ia sangat pagi sudah sampai di sekolah, kemudian dirinya membukaDi Zi Gui, membukaKitab Baktiuntuk dilafalkan. Siswanya sekali masuk pintu, tadinya masih menenteng sarapan dan bersiap-siap untuk bagaimana? Bersiap untuk dimakan perlahan-lahan. Melihat gurunya sudah duduk rapi di sana sedang membaca kitab, anak tersebut segera berjalan ke tempat duduknya, duduk dan mengambil kitab untuk ikut membaca. Jadi teman-teman sekalian, yang paling penting dalam pendidikan adalah apa? Memberi teladan dengan perbuatan. Berhubung usahanya tersebut, maka prestasi serta tata krama kelas mereka mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Setelah kepala sekolah mereka melihat hal tersebut, lalu bertanya kepadanya, dia berkata, "Bagaimana Anda mengajar kelas Anda, kok bisa diajar sampai begitu baik?". Guru tersebut memberitahu kepala sekolahnya, karena saya mengundang ratusan orang kudus dan bijak kuno untuk mengajar murid-murid saya.
Tiongkok memiliki sebuah buku berjudulCerita Pendidikan Moral, di dalamnya terdapat tujuh ratus lebih cerita filsuf kudus, buku tersebut dirangkai dan dibagi menjadi delapan bab, delapan bab tersebut adalah "delapan moral", dikompilasi menurut "bakti, persaudaraan, kesetiaan, kredibilitas, etiket, kebenaran, kejujuran, tahu malu" delapan moral tersebut. Dia setiap hari menceritakan dua atau tiga buah cerita moral tersebut kepada siswanya, anak-anak setelah menyimak pun tahu untuk melihat yang bijak berpikir menyamai. Kemudian mereka menetapkanDi Zi Guisebagai aturan kelas mereka, murid berbuat salah tidak menunggu ditegur guru, sudah mengetahui salah mereka pada ayat mana. Misalnya berlari di dalam kelas, lalu menabrak kursi, murid tersebut akan berkata apa? "Berbelok agak lapang, jangan menyentuh sudut", "bekerja jangan gegabah, gegabah banyak kesalahan". Ketika anak-anak melakukan perilaku yang buruk, anak tersebut akan berpikir "keliru tidak disengaja, itu namanya kesalahan, keliru yang disengaja, itu namanya kejahatan; kekhilafan mampu dikoreksi, berangsur kembali nihil, jika masih disamarkan, akan menambah dosa lagi". Jadi anak-anak tahu untuk berani mengaku salah, berani untuk mengubah kekhilafan, tidak akan mengingkari, tidak akan menyamarkan, juga akan terpikir "moral ada cedera, membuat orang tua malu".
Teman-teman sekalian, ketika generasi mendatang kita dalam menghadapi masalah selalu ingat dengan petuahDi Zi Gui, hidupnya akan sangat berbekal, sangat mantap, juga akan sangat berpengaruh. Jadi mereka selain tampil dengan bagus di kelas, setelah kepala sekolahnya mementingkan hal tersebut, ia juga mengundang guru kami dari pusdiklat untuk membuat penataran sebanyak dua kali kepada semua guru di sekolahnya, lalu kami juga mengirimkan bukuDi Zi Guike sekolah mereka. Jadi orang yang mempunyai tekad untuk "meneruskan ajaran orang kudus pendahulu yang terputus", pengaruhnya akan meluas tiada hentinya, permintaan terhadap dirinya akan sangat mendalam, maka dia dapat "memperbarui hari ini, memperbarui setiap hari, memperbarui seterusnya". Setelah guru tersebut bersinggungan dengan kami selama enam bulan, ia mulai mengikuti saya ke Tiongkok untuk memberikan seminar, pengalamannya tidak hanya disebarluaskan di sekolahnya, tetapi pengalamannya juga dikontribusikan kepada guru dan orang tua murid di daerah lain.
Jadi teman-teman sekalian, "meneruskan ajaran orang kudus pendahulu yang terputus" bukanlah hal yang tidak terjangkau, yang paling penting adalah niat kita ini apa benar-benar sudah dikembangkan! Kita perlu bertekad "meneruskan ajaran yang terputus", tentu saja harus mulai dari orang sekitar kita yang paling dekat, dan menjadi teladan mereka, maka kita bertekad, pertama kali kita boleh bertekad untuk menjadi teladan baik bagi anak Anda. Teman-teman sekalian, jika tekad Anda ini benar-benar ditetapkan, dijamin sesaat berikutnya Anda akan menjadi seseorang yang berbeda, karena Anda akan mulai berbicara dengan sangat hati-hati, "perkataan curang dan munafik, serta ucapan kotor" setelah dilontarkan, bukanlah teladan yang baik untuk anak-anak. Bertekad untuk menjadi orang tua yang baik dalam keluarga, bertekad untuk menjadi ketua dan rekan yang baik dalam perusahaan, bertekad untuk menjadi warga negara yang baik dalam masyarakat. Ketika salah seorang dari guru kami di dalam bus, kebetulan melihat seorang tetua masuk ke dalam bus, ia langsung berdiri dan mempersilakan tetua tersebut untuk duduk. Alhasil setelah ia selesai melakukan tindakan tersebut, berturut-turut juga ada empat orang yang merelakan tempat duduknya, setelah melihat ia sangat terharu, air matanya hampir berlinang, dia juga memverifikasi bahwa setiap orang memiliki sifat alamiah yang bajik. Oleh karena itu, ketika kita memiliki tekad untuk memperbaiki iklim sosial, saya yakin ucapan dan perilakumu pun akan waswas, akan mengendalikan diri, maka budi pekerti dan ilmu kita juga akan meningkat tiada hentinya karena penetapan tekad itu. Baik! Ini adalah penetapan tekad.
Kami di Shenzhen berhadapan dengan anak berusia lima atau enam tahun, kami bertanya kepada mereka, belajar itu untuk apa? Kalian tahu apa yang mereka jawab? Jawaban mereka akan sangat tepat, ingin menjadi orang kudus; katanya kalau tidak menjadi orang kudus, maka untuk apa belajar! Ketika enam atau tujuh siswa, dari luar hendak kembali ke TK mereka, sepanjang jalan anak-anak tersebut berlomba-lomba untuk melakukan apa? Memungut sampah. Mereka melihat sampah bagaikan melihat harta karun, mereka merasa bahwa mereka bisa bersumbangsih untuk masyarakat, semuanya di sana berebut untuk memungut sampah. Lalu kebetulan di jalan bertemu dengan beberapa siswa SMP yang baru pulang sekolah, mereka di tangannya memegang es krim, memegang makanan, sambil makan sambil buang. Tiba-tiba melihat sekelompok anak-anak sedang memungut sampah, sampah yang tadinya ingin dibuang tiba-tiba berhenti di udara, tidak jadi dibuang. Kemudian ada seorang siswa SMP berkata kepada siswa yang lain: Kami jangan buang lagi, anak-anak segitu kecil saja sedang memungutinya. Dia mengatakan dengan dialek Kantonis, lalu dari enam atau tujuh anak-anak tersebut hanya satu dari mereka yang bisa dialek Kanton. Saat kembali ke TK mereka, siswa tersebut dengan semangat yang tinggi menerjemahkan perkataan abang SMP tersebut untuk didengarkan siswa lain, dia mengatakan bahwa karena abang-abang tersebut melihat kita memungut sampah, jadi mereka tidak jadi membuangnya. Anak tersebut di dalam benaknya akan berpikir, ia akan merasa bahwa ternyata ucapan dan perilaku saya dapat memengaruhi masyarakat ini, jadi pemosisian anak ini adalah "belajar selaku guru insan, bertindak selaku teladan dunia". Tekad itu bagaikan sebuah target hidup dari seseorang, sebuah titik akhir, ketika tekad yang kita tetapkan sudah tepat, kehidupan kita ini barulah tidak datang sia-sia.
Baik! Belajar selain harus bertekad, masih ada sebuah sikap yang sangat penting, yaitu "belajar itu berharganya di pelaksanaan nyata". Kita belajar satu ayat ajaran, harus melaksanakan satu ayat, yakni relevan antara pemahaman dan pelaksanaan, barulah budi pekerti dan ilmu kita dapat meningkat. Pada zaman Dinasti Tang, ada seorang bhiksu unggul bernama Guru Zen Niaoke, penyair Dinasti Tang, Bai Juyi, pada masa tuanya gemar mempelajari Buddhisme, ia berharap untuk mendekati orang agung tersebut, supaya dapat meningkatkan ilmunya sendiri. Ketika ia bertemu Guru Zen Niaoke, ia mulai berkonsultasi kepadanya, ia bertanya bagaimana untuk belajar fó? "Fó" berasal dari bahasa India, makna awalnya serta kata awalnya adalah "Fó Tuó Yé (Buddhaya)", orang Tiongkok suka yang sederhana, maka cuma menerjemahkan Buddhaya menjadi satu aksara fó, bagian kirinya adalah "Rén (orang)", bagian kanannya adalah "Fú"; ini dalam penciptaan aksara Tiongkok disebut aksara berasas ragam dan bunyi, ragamnya adalah orang, bunyinya dari fú. "Buddha", kata ini kalau dijelaskan, artinya adalah orang yang sadar, orang yang bijaksana, dengan kata yang lebih awam, yaitu orang yang paham, orang yang memahami hakikat. Oleh karena itu, belajar Buddhisme adalah belajar untuk menjadi orang yang paham.
Guru Zen Niaoke pun berkata kepada Bai Juyi, belajar Buddhisme harus "jangan berbuat segala kejahatan, berusaha melaksanakan semua kebajikan", delapan kata tersebut. Bai Juyi tertawa terbahak-bahak setelah mendengarkannya, lalu berkata bahwa anak umur tiga tahun saja sudah tahu. Teman-teman sekalian, ketika umur tiga tahun, Anda tahu tidak? Zaman dahulu mengajarkan tentang bajik dan jahat, mengajarkan bertingkah laku, diajarkan di mana? Bukan di sekolah, tetapi di rumah, di rumah sudah diajar. Yang dikatakan Bai Juyi memang benar, anak umur tiga tahun saja sudah tahu. Guru Zen Niaoke menjawabnya, orang umur delapan puluh tahun pun tidak dapat melaksanakannya, tidak mampu melakukannya. Jadi poros dan kunci dari budi pekerti dan ilmu, tidak tergantung pada seberapa banyak yang Anda baca, tetapi pada seberapa banyak yang Anda laksanakan. Sikap demikian, saat kita belajar sendiri maupun membimbing anak untuk belajar menjadi kudus dan bijak, pastinya harus menetapkan sikap yang benar.
Saya pergi ke Shenzhen pada tanggal 15 Maret tahun lalu, untuk memberikan seminar kepada guru dan orang tua murid setempat. Keesokan harinya, guru setempat meminta saya untuk memberikan pengajaran kepada anak-anak TK mereka, maka saya mengajar merekaDi Zi Gui. Lalu saya berjalan memasuki kelas, saya berkata bahwa para siswa sekalian,  hari ini kita belajarDi Zi Gui. Anak-anak secara serentak berkata: Pak guru, kita semua sudah pernah belajar itu, bahkan kita sudah bisa menghafalnya. Teman-teman sekalian, belajarDi Zi Guimemberikan anak-anak ini apa? Memberi anak-anak tersebut merasa bahwa "Saya dari dahulu sudah bisa menghafalnya, saya sudah menguasainya", memberinya arogansi, dan bukan kerendahan hati. Jadi bimbingan awal dari guru terhadap anak sangatlah penting.
Lalu saya menuliskan sebuah aksara di papan tulis, "Dào" dari kata dào dé (budi pekerti), saya juga tidak langsung berdebat dengan mereka, maka saya menulis sebuah aksara "Dào". Saya berkata bahwa anak-anak sekalian, budaya Tiongkok sangat luas dan mendalam, aksara Tiongkok adalah satu-satunya aksara di dunia yang di dalamnya dapat mencerminkan serta menyiratkan filsafat hidup dan kebijaksanaan hidup, hanya aksara Tiongkok. Lalu saya menjelaskan bahwa aksara ini disebut aksara berasas paduan makna, bila kamu melihat kata ini, kamu dapat merasakan hakikat yang tersirat di dalamnya. Bagian kirinya adalah "Chuò", bagian kanannya adalah "Shǒu" dari kata shǒu xiān (pertama kali), aksara ini memberitahu kita bahwa orang yang benar-benar berbudi pekerti adalah yang pertama kali mampu mempraktikkan ("Chuò" ini adalah praktik), yang pertama-tama dapat melakukan, yang dapat mempraktikkan, barulah merupakan orang yang berbudi pekerti. Jadi kita belajarDi Zi Guiadalah untuk menjadi orang yang berbudi pekerti, siswa-siswa sekalian, ayat mana dariDi Zi Guiyang sudah kamu laksanakan? Tadinya mereka mengangkat kepalanya sangat tinggi, setelah mendengarkan, tiba-tiba berpikir di sana, "orang tua memanggil, menyahut tanpa tunda", kemarin baru saja membantah perkataan ibu, sehingga langsung mulai introspeksi.
Lalu saya pun memakai ayat dalamDi Zi Gui, ayat demi ayat untuk memberitahu mereka bagaimana menerapkan dalam kehidupan keluarga. Ketika salah seorang anak kembali ke rumahnya, malam itu juga dia menulis buku hariannya, kalimat pertamanya adalah, "Hari ini Guru Cai datang mengajar kami, Guru Cai berkata bahwaDi Zi Guiharus dilaksanakan, tidak hanya untuk dihafalkan". Teman-teman sekalian, anak ini menulis dalam buku hariannya, pertanda sikap tersebut sangat berkesan baginya, kesan tersebut mungkin akan memengaruhinya seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan ada mantra tiga kata, harus "waswas pada permulaan", bila ia saat mulai belajar ilmu telah mementingkan pelaksanaan nyata, maka kemampuan ikhtiarnya pasti akan tidak sama dengan orang lain. Selain itu ada seorang siswa setelah belajar, kembali ke rumah sangat serius, pada hari berikutnya ia berdiri di depan pintu kamar orang tuanya, menunggu orang tuanya keluar. Begitu orang tuanya keluar, ia membungkuk dan memberi salam dengan berkata: Ayah dan ibu, selamat pagi, semalam tidurnya nyenyak tidak? Ayah dan ibunya tiba-tiba merasa terperanjat, segera menelepon ke TK-nya, ia berkata: Apa yang terjadi kemarin? Mengapa anakku hari ini bisa mengucapkan salam dan menanyakan kabar kami? Guru tersebut lalu mengatakan bahwa kemarin kita belajar sampai "pagi memberi salam, sore memberi ketenangan". Jadi sebenarnya anak gampang diajar tidak? Sangat gampang diajar, hanya kita yang tidak mengajar.
Di Shantou ada seorang anak, ia baru berusia tujuh tahun, kebetulan Shantou ada banyak guru yang mengajarDi Zi Guisecara sukarela. Setelah mengajar satu atau dua bulan, guru tersebut membuat sebuah kegiatan, juga mengadakan pertukaran dengan orang tua murid, maka ia mengatur agar setiap anak maju ke depan untuk berbagi, perubahan apa yang terjadi padanya setelah belajar selama satu atau dua bulan tersebut. Lalu anak berusia tujuh tahun tersebut naik ke atas panggung, pada kalimat pertamanya, ia berkata: Setelah saya belajarDi Zi Guibaru tahu bahwa jadi orang ternyata harus berbakti. Teman-teman sekalian, kalimat ini sangat menarik, "Ternyata harus berbakti", jika orang tidak belajar, maka tidak tahu hakikat, jika orang tidak belajar, maka tidak tahu kebenaran. Jadi sekarang banyak orang tua murid sangat gusar: Mengapa anak ini begitu tidak mengerti masalah, ini saja tidak tahu! Dia benar-benar ini saja tidak tahu, karena tidak diajar. Jadi kita harus memahami bahwa hakikat apa yang niscaya harus segera diajarkan.
Anda lihat anak ini, Anda langsung memberitahu dia "pagi memberi salam, sore memberi ketenangan", hari berikutnya dia langsung melaksanakannya. Dan orang tuanya tahu untuk segera menelepon ke sekolah, tindakan ini menandakan dia sangat perhatian dengan perkembangan anaknya, ia memahami bahwa untuk mengajar anaknya dengan baik, yang sangat penting adalah harus ada kerja sama antara orang tua murid dan guru, jadi orang tua tersebut mempunyai kepekaan terhadap pendidikan. Andai dia merasa sangat aneh, kemudian menyentuh dahi putrinya dan berkata: Nak, apakah hari ini kamu demam, mengapa begitu bersopan santun? Andai berbuat begitu, maka mungkin dapat membunuh rasa bakti serta niat belajar anak tersebut. Oleh karena itu, ketika anak Anda mempelajariDi Zi Gui, kembali ke rumah membantumu menenteng air untuk mencuci kaki, Anda harus bagaimana? Anda sebaiknya jangan mengatakan: Jangan begitu repot, nanti kamu tersiram air panas bagaimana? Anda lihat, peluangnya untuk belajar sudah dirusak oleh Anda. Jadi sebagai orang tua murid kita harus mengerti untuk berkoordinasi dengan guru, harus mengerti untuk memenuhi niat bakti anak Anda, memenuhi niat moral anak Anda.
Ada seorang ibu berkata, dia mengatakan bahwa anaknya begitu kecil, nanti ia menumpahkannya bagaimana? Saya berkata kepadanya, tertumpah malah lebih baik. Dia sangat heran, mengapa tertumpah lebih baik? Karena ketika ia menumpahkannya, selain Anda telah memenuhi rasa baktinya, tepat di tempat, Anda juga dapat menggunakan peluang ini dan berkata dengannya: Nak, niat kamu ini, ibu sangat terharu, begitu kecil sudah dapat berbakti, hari ini kita harus berpikir, mengapa kamu bisa menumpahkan airnya, pasti karena kedua tanganmu tidak mengambilnya dengan seimbang, lain kali harus mengambil dengan seimbang maka tidak akan tertumpah, mari kita bersihkan lantainya bersama-sama. Anda pada waktu bersamaan mengajarinya cara untuk mengambil barang, juga pada saat yang sama mengajarinya cara untuk membereskan keadaan ini, memberikan sentuhan akhir terhadap masalah. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua murid jangan terlalu banyak pertimbangan, juga jangan terlalu banyak ketidakrelaan, karena membiarkan anak banyak bekerja, dia barulah dapat banyak belajar dan banyak merasakan. Baik! Pelajaran kita kali ini sampai di sini saja, terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar