Dikutip dan diterjemahkan dari : "Seminar Hidup Bahagia – Penjelasan《Di Zi Gui》Secara Mendetail" oleh Guru Cai Lixu
pada tanggal 15 Februari 2005 (Episode 2)
Teman-teman
sekalian, halo semuanya! Kita harus memenuhi
kemampuan menilai yang baik, barulah dapat membuat pilihan yang tepat. Apakah orang
dari lahir sudah bisa menilai? Masih harus melalui pembelajaran, barulah ia
dapat membentuk kemampuan menilai, dan barulah dapat mengambil pilihan yang tepat. Dan penilaian
ini harus tergantung pada akal budi dan kebijaksanaan, barulah
ia bisa menilai secara benar. Andai tidak ada kebijaksanaan,
tidak ada akal budi, maka mungkin akan bertindak
impulsif. Dengan
kata awam yaitu menyesal pun sudah terlambat, karena penyesalan selalu
datang belakangan, yakni membuat pilihan yang
salah serta penilaian yang salah. Sejak kapan seseorang harus memenuhi akal
budi? Kapan? Akal budi perlu belajar berapa lama?
Hidup sampai tua, belajar sampai tua. Namun akal budi harus semakin cepat terbina,
hidup ini barulah
dapat
membuat pilihan yang penting dengan tepat.
Dari mana kita belajar akal
budi? Sekarang banyak sekali orang yang membaca sangat
banyak
buku, punya akal budi tidak? Sekarang ada
penyakit yang disebut depresi, buku yang dibaca penderita depresi juga lumayan
banyak.
Tanya: Semakin baca semakin
bagaimana?
Jawab: Depresi.
Kok kalian tahu? Jadi dalam
era ini memilih buku juga perlu penilaian. Sekarang zaman ledakan pengetahuan,
banyak anak membaca buku yang salah. Ada seorang anak yang baru berumur lima
atau enam tahun membaca buku psikologi,
tadinya selalu bilang dengan mamanya, "Ma, aku ingin seorang adik",
selalu bilang begitu dengan mamanya. Alhasil
setelah membaca buku psikologi, langsung berkata kepada ibunya
"Ma, mama tidak boleh melahirkan adik, karena andai mama melahirkan adik, mama
akan lebih tidak sayang aku". Membaca baik atau
tidak?
Anda sekarang keluar jangan berkata "Guru Cai bilang membaca tidak
baik", kata-kata harus dilontarkan sampai habis, harus membaca buku yang
tepat baru baik, membaca buku yang salah adalah pencemaran.
Teman-teman
sekalian, segelas air putih, kita teteskan setetes tinta, waktunya
hanya satu detik, kira-kira berapa detik yang Anda perlukan untuk
mengembalikannya pada kondisi sebelumnya yang jernih?
Berapa detik? Mungkin sepuluh kali lipat, seratus kali lipat. Jadi pola pikir anak andaikan
sudah
tercemar, Anda harus menghabiskan waktu lebih banyak kali lipat untuk membersihkannya.
Adakalanya saya sering mengobrol dengan beberapa rekan saya, rekan tersebut
mengatakan bahwa beberapa acara varietas TV sangat lucu, membuatnya tertawa
hampir ingin berbaring di tanah. Saya akan beritahu dia bahwa ketika Anda
melihat pembawa acara tersebut menggali privasi orang lain, membuat lelucon
dari mengejek orang lain. Apakah Anda pikir dia benar? Dia mengatakan, tentu saja
tidak! Anda merasa sangat lucu, ketika Anda tertawa di sana, anakmu di samping
juga ikut tertawa, dia tahu itu benar atau tidak, dia pikir ayahku merasa
sangat lucu maka perbuatan ini adalah benar. Jadi anak
dari pencerapan indranya, ia akan menganggap
remeh perkataan terhadap orang lain, perkataannya cenderung merugikan orang
lain, dan akan sembarangan mengejek orang lain. Ketika Anda mendeteksi dia
berbicara tanpa batasan dan ingin memperbaikinya,
Anda akan sangat lelah. Dalam hal TV begitu, isi buku juga begitu.
Belakangan ini ada buku yang
sangat populer dengan judul《Rich Dad Poor Dad》, mungkin ada yang pernah membacanya! Ada seorang orang tua
murid setelah membacanya sangat girang, kemudian datang berkata
kepada saya, dia berkata: Guru Cai, buku ini sangat efektif, dia dapat membuat
putriku yang malas dalam sekejap menjadi putri yang ulet. Obat efek khusus tersebut efektif tidak? Benar-benar
efektif. Dia berkata kepada putrinya: Nak, bantu mama mengepel lantai, mama
kasih kamu dua RMB; bantu mama menjemur pakaian, mama kasih kamu dua RMB; bantu
mama mencuci piring, mama kasih kamu tiga RMB.
Tadinya putrinya yang malas tiba-tiba menjadi sangat semangat, menjadi seperti enggan menolak kerja keras, dan mulai bekerja. Efektif tidak? Anda lihat obat efek
khusus selalu sangat efektif, ketika pilek keluar ingus, jarum langsung disuntik, obat langsung diminum, lima menit,
sepuluh menit sudah tampak hasilnya. Efektif tidak? Orang zaman kini sangat
menyukai obat efek khusus, jadi Anda lihat mengapa banyak sekali orang yang
tertipu oleh dukun? Hubungan buruk suami dan istrinya
telah sepuluh atau dua puluh tahun, alhasil dukun tersebut memberitahunya, Anda harus membakar
uang kertas, dan membuat beberapa
gerakan, dijamin hubungan kalian
segera menjadi baik. Selalu ingin makan obat efek khusus, tidak pernah
mempertimbangkan es membeku tiga kaki tidak dalam sehari, punya akal budi tidak? Orang yang tidak berakal budi lebih
mudah ditipu. Oleh karena itu, dalam menghadapi banyak masalah sepertinya
selalu berharap cepat dan langsung efektif.
Sebenarnya, pikiran orang
tersebut sudah bukan hakikat mengikuti
kodrat alam. Ketika pilek keluar ingus, kenapa bisa keluar ingus?
Teman-teman sekalian, apakah ingus itu virus?
Ingus adalah mayat sistem kekebalan tubuh Anda yang tersisa sewaktu melawan
virus. Anda lihat bekas luka kita ada bernanah tidak? Ini pertanda sewaktu virus
menyerang, sistem kekebalan tubuh Anda segera bangkit dan mempertahankan tubuh
Anda, maka ketika Anda melihat ingus, Anda harus girang: Lihat, sistem
kekebalan tubuh saya gagah melawan musuh! Lalu Anda melihat sistem
kekebalan tubuh Anda gagah melawan musuh, Anda malah tidak menyayanginya, Anda
hanya berharap tidak ingin melihat ingus lagi, antibiotik langsung dimakan.
Makan antibiotik sangat efektif, dia pasti akan membunuh virus, tetapi juga ikut
membunuh sistem kekebalan tubuh Anda. Tidak hanya membunuh sistem kekebalan tubuh, bahkan bakteri yang baik
dalam perut Anda juga ikut terbunuh. Oleh karena itu, anak-anak setelah makan
obat dan setelah disuntik, bagaimana parasnya? Anda lihat dari anak yang
lebih menonjol, pipi mereka langsung menyusut, kemudian satu atau dua minggu
tidak memiliki nafsu makan. Jadi saat Anda menggunakan obat efek khusus, sistem
kekebalan tubuhnya terus-menerus tidak terbina, ini akan menjadi siklus yang tidak baik. Pada
akhirnya, kalau ada wabah influenza modern, Anda pasti harus membawa anak Anda
menghadap dokter. Sampai kapan Anda ingin membawanya? Berapa banyak uang yang
harus Anda habiskan? Oleh karena itu, kita harus memahami hakikat, jangan setelah membaca
buku, tampaknya efektif maka langsung dipakai.
Orang tua murid tersebut
setelah lewat satu atau dua minggu kemudian datang kepada saya, wajahnya cemberut
seraya berkata: Guru Cai, muncul kondisi buruk. Saya bertanya kepadanya, kondisi apa? Dia mengatakan bahwa
hari ini dia berbincang dengan putrinya, ia berkata: Nak, ibu sangat lelah hari
ini, kamu bantu ibu jemurkan pakaian yang telah dicuci tadi, ibu kasih kamu dua
yuan. Dia mengatakan kepada ibunya: Hari ini saya juga lelah,
hari ini saya tidak ingin cari uang! Dia tiba-tiba waspada bahwa obat efek khusus ini
telah menunjukkan efek samping. Para orang tua murid, apakah keluarga adalah
tempat membicarakan manfaat? Bukan. Anda telah membawa utilitarianisme ke
tempat yang paling hangat dan paling damai, pun
diterpa
oleh utilitarianisme. Keluarga adalah tempat
untuk mengajarkan sumbangsih, keluarga adalah tempat
untuk mengajarkan rasa syukur, keluarga adalah tempat mengajarkan
pengenalan tugas pokok, tahu untuk memenuhi tugas pokok, tahu untuk
memenuhi hakikat bakti. Jadi kita harus memiliki penilaian yang berakal
budi, barulah Anda mampu mencegah pengetahuan yang tidak benar
dari dalam buku, dan barulah Anda dapat mencegah anak dari pencemaran.
Baik! Mari kita lihat,
seharusnya membaca buku dan petuah apa, yang benar-benar dapat
membina akal budi? Kita selanjutnya harus
berpikir tentang masalah ini.
Tanya: Ada seorang psikolog,
pada umur empat puluh tahun menulis sebuah buku, enam puluh tahun juga menulis
sebuah buku, teman-teman sekalian, manakah yang ingin kalian baca?
Jawab: Yang enam puluh
tahun.
Tanya: Mengapa?
Jawab: Lebih berpengalaman.
Pengalaman ada pengalaman
baik dan pengalaman buruk, apakah pengalaman buruk tetap kita ikut? Banyak
teman mengatakan, mungkin kebijaksanaan hidupnya lebih tinggi; dalam kalimat
ini kita perlu memikirkan satu kata yaitu
"mungkin". Apakah hidup semakin lama semakin bijak? Belum tentu.
Masyarakat adalah sebuah tong pencemaran yang besar, teman-teman
sekalian, orang umur dua puluh tahun lebih polos, atau orang umur
empat puluh tahun? Kepolosan lebih dekat dengan
kebijaksanaan atau kerumitan lebih dekat dengan
kebijaksanaan? Banyak hal tidak boleh seakan benar tetapi salah, harus sangat jelas
dan paham, barulah Anda dapat membuat taruhan yang benar. Jikalau taruhan
salah, hidup ini tidak mungkin diputar kembali, jadi harus penuh rasa waspada, harus sangat waswas. Andai Anda hanya percaya
bahwa ia "mungkin" benar, maka Anda telah mempertaruhkan hidup Anda
kepadanya, bahkan menaruh kebahagiaan anak Anda di hari mendatang kepadanya,
ini terlalu berbahaya. Tidak boleh
mendengarkan apa yang dikatakan orang, langsung Anda percaya, karena apa yang
dikatakannya masih belum bisa diverifikasi sebagai kebijaksanaan,
masih belum bisa diverifikasi sebagai
kebenaran. Tetapi kebudayaan orang Tiongkok sudah mengalami verifikasi dari umat manusia selama
ribuan tahun, dan benar-benar merupakan kebenaran mutlak yang sejati; serta kebijaksanaan orang
kudus dan bijak Tiongkok tersebut melampaui
waktu dan ruang.
Mari kita lihat, empat atau lima
ribu tahun yang lalu, jadi orang harus berbakti, empat atau lima ribu tahun
kemudian, harus berbakti tidak? Harus, sehingga melampaui waktu.
Tiongkok perlu rasa bakti, bagaimana dengan negara lain? Ketika orang negara
lain mendengar pendidikan bakti, bagaimana perasaan hatinya? "Manusia pada
awalnya, naluri dasarnya itu mulia",
setelah mendengarkan, ia juga akan sangat bersukacita. Karena sewaktu kami di
Australia mengadakan kelas《Di Zi Gui》, Tiongkok adalah bangsa yang beretiket, sehingga para tamu
duduk di depan, kami duduk di belakang. Selama kelas berlangsung, karena《Di Zi
Gui》ada sangat
banyak
ayat pun berdasarkan
moral yang dipraktikkan oleh orang kudus
dan bijak, misalnya "pagi memberi salam, sore memberi
ketenangan" yang dipraktikkan oleh Raja Wen dari Zhou, terus
"musim dingin berilah kehangatan, musim panas berilah kesejukan", ini yang
dipraktikkan oleh Huang Xiang dari Dinasti Han Timur. Jadi setiap proses penjelasan
ayat, pun menuturkan satu per satu kisah-kisah tersebut. Kami duduk di
belakang melihat penduduk asli Australia tersebut selalu mengangguk-anggukkan
kepala, kami juga sangat penasaran apa yang dipikirkannya saat mengangguk.
Setelah kelas berakhir, kami duduk mengelilingi mereka untuk berdiskusi, orang
Australia tersebut berkata, jadi manusia harusnya begini, jadi orang harusnya
macam ini. Oleh karena itu, bakti melampaui waktu
dan melampaui ruang, sehingga kebenaran tersebut barulah layak kita gunakan kehidupan yang
singkat ini untuk dikejar, serta didalami dengan baik.
Ketika kita benar-benar berakal
budi, barulah dapat membuat pilihan yang tepat, teman-teman
sekalian, di dalam memilih ada satu pilihan yang paling penting:
memilih pola pikir serta konsep Anda, yakni memilih niat. Teman-teman
sekalian, pola pikir dan konsep Anda sekarang berada
pada suasana apa? Mengapa pola pikir dan konsep begitu penting? Pola pikir
menentukan perilaku Anda, perilaku menentukan kebiasaan Anda, kebiasaan
membentuk karakter seseorang, karakter menentukan nasib seseorang. Jadi
dapat tidaknya seseorang itu bahagia, tampak dari mana?
Pola pikir! Saya sering bertanya kepada teman-teman: Apakah Anda keturunan Yan Huang? Mengapa tidak ada suara?
Teman-teman sekalian, tidak tahukah bahwa Anda sekarang di bawah
"balai para marga leluhur"? Semua leluhur sedang menunggu jawaban
Anda, mereka hampir meneteskan air mata. Apakah Anda keturunan Yan Huang? Ya! Baik! Andai seorang anak hidup di
Amerika sejak kecil, orang tuanya adalah orang Tiongkok, setelah dewasa, kita
dapat menjamin bahwa darahnya pasti darah Tionghoa asli. Bagaimana dengan pola
pikirnya? Baik! Pola pikir penting atau garis keturunan penting? Garis
keturunan tidak akan memengaruhi Anda
seumur hidup, pola pikir akan memengaruhi ucapan dan perilaku Anda. Oleh karena itu, kita
jadi orang harus pentingkan substansi, tidak boleh pentingkan formalitas.
Sekarang mari
kita coba
uji,
pola pikir kita adalah pola pikir keturunan Yan
Huang, atau pola pikir lainnya. Teman-teman
sekalian, apakah di dalam hatimu sudah ada jawabannya? Pada
masyarakat sekarang, kita jelas melihat bahwa antarmanusia timbul konflik, sekarang
antara ayah dan anak ada konflik tidak? Ada. Saat membuka koran
ada sangat banyak keadaan, ayah dan anak konflik,
kakak beradik konflik, banyak gedung pengadilan yang semakin bangun semakin
besar, mengapa? Konflik menjadi semakin banyak, mereka tidak sanggup menanganinya, sehingga semakin bangun
semakin besar. Tingkat perceraian suami istri terus meningkat, jadi antarmanusia
ada konflik. Antarorganisasi, kami melihat banyak
organisasi saling menyerang, saling kritik, itu adalah konflik. Bagaimana
dengan negara? Buka koran hari ini, andai Anda tidak melihat perang, Anda akan
merasa sangat lega, karena perang hampir
menjadi kejadian sehari-hari. Teman-teman
sekalian, konflik-konflik tersebut adalah akibat, setiap hari kita
mengeluh saat melihat hasil tersebut, ada gunanya tidak? Sia-sia. Andaikan dunia bagaikan satu hektar
tanah, sekarang padinya tumbuh seperti apa? Bengkok sana bengkok sini. Apakah
Anda harus mencaci-maki padi-padi tersebut? Marah seharian, apakah mungkin padi
tersebut akan tumbuh dengan baik? Mungkin tidak? Tidak mungkin tumbuh dengan
baik, bisa jadi setelah dimaki, padi-padi tersebut langsung layu.
Yang tercerahkan takut akan
sebab, orang tercerahkan akan mencari penyebabnya, orang kebingungan akan takut
dengan akibatnya. Jadi ketika kita khawatir tubuh kita akan tidak sehat,
khawatir anak-anak nantinya akan durhaka, khawatir begini khawatir begitu,
tidak membantu sama sekali. Ketika kita menemukan akar penyebab dari konflik
antarmanusia dan antarnegara, mulai mengatasi dari akarnya, masalah barulah
dapat diselesaikan. Akarnya terletak pada pola pikir, karena pola pikir manusia
sekarang umumnya adalah memusatkan pada diri sendiri. Memusatkan pada diri
sendiri, siapa yang terlebih dahulu dipikirkan olehnya?
Sendiri, jadi akan merugikan orang lain untuk menguntungkan diri. Persaingan
akan meningkat menjadi apa? Pertentangan. Pertentangan meningkat menjadi
peperangan; peperangan meningkat lagi, kiamat. Teman-teman
sekalian, Anda sekarang melihat peperangan, bisakah Anda berdiri di
tengah dan berteriak: Jangan perang lagi! Bisa menyelesaikan masalah tidak?
Mengapa terjadi perang? Akarnya di mana? Pola pikir serta sikap
orang akan berkembang menjadi perilakunya.
Pemusatan pada diri sendiri,
teman-teman sekalian mungkin kurang mengerti,
saya jelaskan dengan kata yang agak awam, yaitu egois. Teman-teman
sekalian, sekarang Anda mendapatkan sepotong cokelat yang lezat,
siapa yang akan Anda pikirkan pertama kali? Kita tadi bilang jadi orang harus berintegritas. Siapa yang pertama kali
dipikirkan? Baik! Pada suatu sesi kelas, kebetulan terdapat tiga jawaban, di
barisan depan ada seorang pemuda, ia berkata, "Langsung dimakan", dia
sangat jujur. Seorang wanita yang duduk dua baris di belakangnya, berusia empat
puluhan, ia berkata "Sisihkan untuk dimakan anakku". Di bagian
belakang lagi, ada seorang yang berusia
enam atau tujuh puluh tahun, beliau berkata "Berikan kepada orang
tua". Teman-teman sekalian, siapa yang mempunyai
tabiat budaya? Yang mana? Yang umur tiga puluhan atau empat puluhan, atau
enam puluhan? Yang umur enam puluhan. Tetapi yang umur enam puluhan tersebut
mungkin buta huruf, yang umur tiga puluhan mungkin lulusan universitas. Jadi jenjang
pendidikan
semakin tinggi tidak menandakan ia
berbudaya, tidak menandakan ia tahu bertingkah
laku.
Saya sering bertanya kepada
anak-anak, saya bilang lulusan universitas, beradab tidak? Mereka langsung
menjawab, iya. Saya bilang durhaka kepada orang tua, beradab tidak? Mereka
menjawab tidak. Lalu saya bilang lulusan universitas tetapi durhaka kepada
orang tua, beradab tidak? Mereka tidak bisa menjawab, tertipu olehku. Jadi pengenalan orang telah keliru, tabiat
budaya
dan budi pekerti yang hakiki bisa tampak dari sela-sela
sebuah niat. Yang umur tiga puluhan, niat pertamanya adalah sendiri,
jadi itu egois. Yang umur empat puluhan memikirkan anak, benar tidak? Orang
sekarang dengan penuh gelora menjawab, benar! Andaikan
Anda kembali ke dua ratus tahun yang lalu, Anda jangan mengatakan begini, Anda
akan ditertawai, orang akan berpikir Anda tidak memiliki kebijaksanaan. Karena
ketika Anda mendapatkan makanan yang lezat dan yang didahulukan adalah anak,
Anda telah memberikan peragaan yang salah kepada anak, maka
ia akan beranggapan siapa yang
paling penting? Saya yang paling penting. Anda telah memupuk rasa egoisnya.
Tetapi andai cokelat tersebut diberikan
kepada kakek dan nenek, anak-anak di samping melihat kakek dan nenek tertawa
begitu cemerlang, dia akan sangat terharu, Anda telah menanamkannya hakikat sebagai seorang anak.
Dari ihwal tadi tersebut,
kita juga harus merenungi
dengan baik, andai egois kita lebih banyak,
itu bukan keturunan Yan Huang, egois
lebih banyak itu dipengaruhi oleh kapitalisme dan utilitarianisme.
Teman-teman sekalian, sekarang porsi orang yang
terpengaruh oleh utilitarianisme berapa banyak? Jumlah tersebut masih terus
meningkat. Teman-teman sekalian, apakah ingin dibiarkan
terus meningkat? Andaikan terus meningkat, peristiwa-peristiwa ini akan terus
bagaimana? Terus berlangsung. Apakah akan berhenti? Tidak akan. Jadi
penyelesaian mendasar harus mulai dari mana? Mulai menyelesaikan dari pola
pikir orang. Kita sering mengatakan bahwa perang mungkin tidak terjadi pada
saya, kiamat mungkin tidak secara pasti saya alami. Menurut pemikiran orang
banyak, kiamat itu bagaimana? Menurut pikiran mereka, mungkin ada beberapa bom
nuklir meledak dan menghancurkan bumi, itu yang namanya kiamat. Sebenarnya, dengan
perkataan awam, lebih baik mati daripada hidup begitu menderita. Kehidupan seperti apa yang
membuat seseorang mendingan mati daripada hidup? Teman-teman
sekalian punya pengalaman seperti ini
tidak? Tampaknya tidak, kalau begitu kalian sangat beruntung. Banyak orang yang
anaknya setiap hari di luar berbuat segala jenis kejahatan, orang tua mereka
setiap hari khawatir dan ketakutan, benar-benar hidupnya lebih menderita daripada mati. Pada
saat budi pekerti merosot, itu
barulah kiamat benar-benar dekat.
Di Sichuan, Tiongkok, ada
seorang anak tiga belas tahun memasak makanan untuk ayahnya, setelah makan,
ayahnya tiba-tiba meninggal. Karena keluarganya sangat miskin, tidak ada biaya
untuk otopsi, maka dikuburkan begitu saja. Setelah lewat beberapa waktu,
memasak lagi buat ibunya, setelah makan, ibunya juga meninggal, dan dikuburkan
bersama-sama ayahnya. Ketika ia pergi sembahyang untuk orang tuanya, selesai
sembahyang ia sangat tidak sabaran, langsung membuang sesaji tersebut ke tong
sampah. Bibinya setelah melihat peristiwa tersebut sangat terkejut, mengapa
anak ini tidak ada rasa hormat sedikitpun kepada orang tuanya? Lalu anak tersebut berjalan kemari dan berkata
kepada bibinya, ia berkata: Apakah ayah dan ibu saya ada membeli asuransi? Setelah bibinya
mendengar
perkataan tersebut, sangat waspada,
langsung
melapor polisi
untuk ditangani, alhasil memang ia sendiri yang
membunuh orang tuanya. Untuk apa? Uang asuransi hanya sepuluh ribu RMB, tidak banyak, dua nyawa
hilang, dan ini bukan nyawa biasa, melainkan orang tuanya sendiri. Mengapa ia
ingin mengambil uang asuransi tersebut? Karena ingin pergi membeli ponsel.
Teman-teman
sekalian, kekuatan dari nafsu besar atau tidak?
Besar! Nafsu membuat kebijaksanaan tersesati. Oleh karena itu, saat
kita mengajar anak, ingin menumbuhkan nafsunya atau menumbuhkan moralnya? Kedua hal tersebut
sangat berbeda. Andai Anda mengajari anak untuk tahu tentang
hakikat bakti, tahu untuk memenuhi tugas pokok sendiri, maka ia akan menganggap
belajar adalah sebuah tanggung jawab, ia
merasa belajar itu harus membuat orang tua tidak khawatir, ini adalah menumbuhkan
moralnya. Andai selama dia sekolah, Anda
bilang kalau kamu ranking tiga besar dalam kelas, saya akan bawa kamu
makan ke McDonald's; saat SMP Anda bilang kalau kamu ranking tiga besar, saya
belikan kamu kamera digital; saat ujian masuk universitas, Anda bilang kalau
kamu lolos ujian masuk perguruan tinggi, saya akan belikan kamu komputer.
Ketika kita membimbing anak kita seperti ini, apa yang sedang kita kembangkan?
Nafsunya. Dia tidak melihat tugas
pokoknya, yang ia mau hanya nafsunya.
Jadi ada seorang anak yang lulus ujian saringan masuk SMA,
pun berbicara kepada orang tuanya, dia berkata
bahwa papa dan mama, kalian harus belikan
saya beberapa helai pakaian bermerek. Orang tuanya sangat heran dan bertanya
mengapa? Dia bilang karena saya lolos ujian saringan masuk SMA, jadi kalian
banyak menghemat uang pembangunan. Karena dia lolos ujian saringan masuk, orang
tuanya tidak perlu membeli sebuah SMA untuknya bersekolah, jadi dia merasa
sangat berjasa, membantu orang tuanya menghemat banyak uang, orang tuanya harus
membalasnya dengan membeli beberapa helai pakaian. Orang tuanya setelah
mendengarkan kata-kata tersebut, bagaimana perasaannya? Sama seperti tanggapan
beberapa teman, terus menggelengkan kepalanya. Tetapi, bakal tahu akan
begini,
lalu mengapa anak memiliki sikap seperti itu? Ketika kita menggunakan
materi untuk berinteraktif dan mengajar anak, bila
dia
materialistis maka akan sangat egois.
Jika kita tidak berharap budi
pekerti merosot, kita harus mulai dari diri kita sendiri. Banyak
orang akan berpikir, sekarang masyarakat telah berubah menjadi begini, apapun
yang saya lakukan tidak akan mungkin efektif, banyak orang yang
berpikiran begitu. Apakah pikiran kita tersebut akan bermanfaat bagi keluarga
dan masyarakat? Tidak! Pikiran tersebut berakal
budi tidak? Tidak berakal
budi. Kita jangan meremehkan kekuatan kita sendiri, ketulusan
dan moral sejati seseorang akan membangkitkan
sifat alamiah yang bajik dari orang sekitarnya. Jadi pada zaman dahulu Raja
Shun (Shun Agung), beliau adalah orang yang sangat berbakti, beliau
sendiri sangat berbakti, pembinaannya
sangat bagus. Meskipun orang tuanya sangat galak terhadapnya, beliau
masih tetap berbakti, karena beliau tahu "orang tua membenci saya, masih
berbakti barulah bijak". Hubungan dengan orang tua bukanlah semacam
transaksi, tidak boleh hari ini orang tua galak dengan saya, maka saya harus
bersikap tidak baik terhadapnya; kita harus senantiasa ingat budi asuhan orang tua kita dan
harus membalas budi mereka, bukannya berharap orang tua selalu baik dengan
kita, karena berbakti adalah tugas pokok seseorang. Berhubung beliau memiliki sikap ini,
jadi rasa bakti terhadap orang tuanya tersebut dapat mengubah keluarganya.
Karena membina diri, maka mampu menata keluarga; karena
moralnya maka masyarakat lingkungan
sekitar setelah melihatnya pun sangat tersentuh,
semuanya
berkenan meneladaninya, bahkan semuanya
ingin
menjadi rakyatnya, maka ia telah menata keluarga dan mengurus negara. Pemimpin waktu itu
Kaisar Yao setelah melihatnya juga sangat tersentuh dan merasa dunia diserahkan
kepada orang seperti ini, rakyat barulah akan bahagia, jadi beliau selanjutnya mengurus negara dan mendamaikan
dunia. Teman-teman sekalian, saat
kita
benar-benar membina jasmani dan rohani, maka
dapat menimbulkan kekuatan yang sangat
besar
dalam keluarga dan masyarakat.
Singapura memiliki dua
pusaka nasional, yang pertama adalah mantan perdana menteri mereka Lee Kuan
Yew, yang kedua adalah wanita yang bernama Teresa
Hsu, beliau telah berusia seratus enam tahun, beliau terhadap orang lain
penuh rasa kasih, juga sangat berbakti kepada orang tuanya. Beliau sendiri merawat dua sampai tiga puluh orang
jompo, kaum jompo tersebut masih lebih muda dua atau tiga puluh tahun darinya,
rata-rata berumur tujuh sampai delapan puluh tahun, beliau masih pergi merawat
mereka. Rasa kasihnya itu menyentuh hati
orang Singapura, tidak hanya orang Singapura, tetapi juga ikut menyentuh hati
jutaan orang di seluruh dunia. Oleh karena itu, sebenarnya ingin berkontribusi
terhadap masyarakat dan dunia ini, tidak sesulit yang kita bayangkan, asal kita
meningkatkan pembinaan budi pekerti kita sendiri.
Jadi nenek moyang berpetuah
kepada kita bahwa makmur atau
musnahnya negara, tanggung jawab rakyat jelata
juga, sikap ini sangat penting,
ketika orang yang memiliki sikap ini semakin banyak, masyarakat akan mulai
berbalik kembali ke arah yang bagus. Mulai berbalik dari mana? Zaman
tujuh puluhan, ada seorang filsuf besar Inggris yang bernama Profesor
Toynbee, beliau pernah mengucapkan sebuah kata-kata, beliau mengatakan bahwa
untuk menyelesaikan masalah sosial abad kedua
puluh satu, hanya ada dua ajaran, ajaran mana saja? Ajaran Konfusius dan
Mensius, serta Buddhisme Mahayana. Kata-kata tersebut sangat masuk akal, karena
bukan orang Tionghoa yang berkata seperti itu.
Tanya: Di mana ajaran Konfusius
dan Mensius?
Jawab: Di Tiongkok.
Apakah Anda yakin? Anda
lihat, Tiongkok adalah bangsa beretiket, Anda sekarang melihat orang bertemu
orang, bisa dengan sopan mengatakan
"Halo" (sambil memberikan salam bungkuk sembilan
puluh derajat), di mana Anda dapat melihatnya?
Jawab: Jepang.
Mengapa jawabannya berubah?
Di Korea Selatan. Jadi saya sangat khawatir tentang satu hal,
mungkin lima tahun mendatang, pengadilan internasional akan mensidangkan sebuah
kasus gugatan, yaitu Konfusius itu nenek
moyang dari Korea atau nenek
moyang dari Tiongkok? Teman-teman
sekalian, hasilnya akan bagaimana? Hakim itu akan mengatakan, pentingkan substansi tak
pentingkan formalitas, sekarang mari kita lihat orang Korea melaksanakan
petuah Konfusius atau orang Tiongkok? Saat itu kita ingin menangis
pun tiada air mata, bagai ungkapan "tahu malu pangkal
keberanian", jadi kita harus bersyukur mempunyai nenek moyang yang begitu
baik, menghargai petuahnya, dan harus memutarnya
kembali ke arah yang bagus.
Mengapa Profesor Toynbee
mengatakan demikian? Pada tahun 1988, tujuh puluh empat peraih Hadiah Nobel di Paris
mengeluarkan deklarasi bersama. Kontennya menyebutkan bahwa manusia pada abad
kedua puluh satu ingin bertahan hidup, ingin melangsungkan kehidupannya, harus
kembali ke dua ribu tahun lebih yang lalu, belajar kebijaksanaan Konfusius.
Teman-teman sekalian, apa latar belakang dari
peraih Hadiah Nobel tersebut? Mereka semua adalah orang yang paling berbakat
pada masing-masing bidang pekerjaan, mengapa mereka melontarkan
perkataan yang sama dan merasakan bahwa
masalah
masyarakat masa depan harus diselesaikan dengan ajaran Konfusius?
Sebenarnya hakikat tersebut, asal kita menenangkan
diri dengan saksama maka dapat terpikirkan. Kita coba analisis, di mana inti dari
Konfusius dan Mensius? Cinta Kasih. Di mana inti dari Buddhisme Mahayana? Kasih sayang, jadi welas
asih dan kasih sayang. Sebenarnya filsuf kudus dari barat juga telah menunjukkan solusi dari
masalah-masalah tersebut. Orang suci dari barat, Yesus
mengajarkan apa? Cinta universal. Jikalau sudah diajarkan, tetapi mengapa
kita tetap merasakan akibat buruk?
Karena tidak mendengarkan kata tetua,
kerugian tepat di depan mata. Ketika pola pikir dan konsep orang kembali ke petuah orang kudus
dan bijak, masalah pun mulai berbalik membaik.
Mari kita lihat,
beriktikad cinta kasih, mengerti saling membantu, meningkat menjadi saling menyayangi, maka
dapat menciptakan dunia kesatuan besar (Dà Tóng Shì Jiè). Teman-teman sekalian, dunia kesatuan besar tersebut bukan tergantung tinggi di dinding.
Mari kita pikirkan, ketika seseorang benar-benar memiliki rasa bakti kepada
orang tua, dan rasa baktinya tersebut benar-benar sudah tertanam dalam hatinya, ketika ia bertemu dengan orang tua orang lain, akankah dia
menghormati mereka? Iya. Jadi di dalam《Kitab Bakti》(Xiào Jīng) menyebutkan "mengajar dengan bakti, sehingga menghormati semua orang di dunia yang berstatus ayah". Anda membuat
seseorang benar-benar mempunyai rasa bakti kepada orang tua, ketika ia menghadapi
semua orang yang telah menjadi ayah dan ibu, dia akan menghormatinya. Coba kita
pikir, jika Anda memiliki rasa bakti, ketika Anda di dalam bus melihat seorang
wanita tua yang baru naik, apakah Anda masih akan duduk di tempat? Akan tidak? Anda akan berpikir untuk segera berdiri, karena
beliau adalah orang tua, ibu, dan mungkin nenek dari seseorang, sangat berjerih payah, maka harus cepat mempersilakan beliau duduk. Ketika Anda melihat
orang-orang lanjut usia tersebut berjalan di jalan raya, ketika menyeberangi jalan yang sangat bahaya,
saya percaya secara alamiah, Anda akan segera
membantunya. Orang yang memiliki rasa bakti dan welas
asih tersebut, dengan sendirinya akan membantu orang lain,
mengasihi orang lain. Oleh karena itu, ketika kita semua mementingkan
moral setiap orang, mementingkan
moral anak, seluruh masyarakat akan perlahan-lahan terwujud
suasana yang harmonis. Sebenarnya kiamat atau dunia kesatuan
besar kelihatannya sangat rumit, tetapi
Anda menguraikan selapis demi selapis, dan mencari sebab musababnya, akarnya di mana? Yakni
di sela-sela sebuah niat.
Sekarang masyarakat sangat
sering berbicara tentang perencanaan hidup, teman-teman
sekalian, bagaimana Anda ingin menjalankan kehidupanmu? Bagaimana
Anda ingin anak-anak Anda menjalankan hidupnya? Ketika anak egois,
ketika anak menitikberatkan kenikmatan materi, ia akan
menjalani hidup seperti apa? Mari kita analisis. Pada masa kanak-kanak sangat senang, ingin bermain apa biarkan dia bermain,
ingin makan apa biarkan dia makan, pokoknya berkembang mengikuti
kepribadiannya. Mengikuti kepribadian, teman-teman
sekalian, mengikuti kepribadian yang mana? Orang selalu hobi
bermalasan benci kerja keras, "jika tidak diajar, nalurinya akan bergeser", banyak kebiasaan buruk akan muncul
keluar. Para sesepuh Tiongkok melihat masalah ini dengan
sangat
mendalam, jadi dalam mengajar anak
sangat mementingkan, tidak menumbuhkan kebiasaan
buruknya. Karena andaikan ia sangat boros, ia sangat
malas, ia tidak sopan, bagaimana kehidupannya?
Bisakah kehidupannya dijalani dengan baik? Tidak. Tetapi kebiasaan tersebut
sekali terpelihara, maka untuk menuntunnya kembali akan sangat sulit. "Dari
hemat menjadi boros mudah, dari boros menjadi hemat
susah". Anda membiarkan masa kecilnya sangat senang
dan bahagia, mendapatkan apa yang dia inginkannya, tunggu sampai sudah
terbiasa mubazir, akan sangat sulit
untuk berubah.
Sekarang kita lihat pemuda
umur sepuluh atau dua puluh tahun, masih belum masuk ke dalam masyarakat,
konsumtifnya lebih mengerikan daripada yang mencari uang, berapa kartu kredit
yang dimilikinya? Hal ini saya tidak begitu berpengalaman, kalian beri saya
sedikit informasi. Kartu kreditnya banyak sekali, satu kartu pakai sampai
melampaui batas, ganti kartu yang lain lagi. Orang-orang Tiongkok dahulu merasa
berutang dengan orang itu sangat memalukan, dan anak muda sekarang menghalalkan
segala cara untuk memakainya dahulu,
jadi banyak anak muda yang belum masuk ke dalam masyarakat, kredibilitasnya
telah dirusak dan disia-siakan oleh dirinya sendiri.
Jadi dia sangat boros, seumur hidupnya harus menjadi budak materi.
Kok kalian tahu? Sangat bijak sekali. Jadi target dia berupaya bukan untuk berbakti kepada
orang tua, bukan untuk merawat istri dan anak, namun untuk memuaskan nafsu materinya.
Sebenarnya dalam satu hari,
uang yang harus kita habiskan untuk makan, berpakaian, dan lain-lain banyak tidak?
Tidak banyak. Tetapi asalkan tercemar oleh jiwa mubazir, maka akan tidak tahan
terhadap godaan. Karena untuk membayar kembali uang itu, maka
ia mesti sangat berupaya, harus mengalahkan yang lain, di
dalam pekerjaannya, mungkin akan merugikan
orang untuk menguntungkan diri sendiri, melihat semua orang seperti musuh,
lawan, sehingga hidup bagaikan medan perang. Pada
usia tuanya, Anda lihat, kita
semuanya sangat kagum dengan kesejahteraan kaum jompo yang diberikan di negara
barat, sangat kagum. Tetapi kita harus memahami
bahwa orang-orang jompo tersebut tinggal di sana, meskipun tidak bimbang pangan dan sandang, tetapi kehidupan batinnya sangat miskin. Mereka
mungkin akan merasa, kebetulan suatu hari anaknya
datang menjenguknya, ia akan girang selama beberapa hari, dan
memberitahu teman-teman yang lain bahwa anak saya belum melupakanku. Kalimat
tersebut kedengarannya, dia merasa girang, tetapi
Anda malah
akan merasa pilu. Orang Tiongkok merasa kapan berkah yang hakiki itu dinikmati? Usia tua. Andai kehidupan rohani di masa
tua begitu langka, hidup Anda ini tidak akan merasa sangat
bahagia.
Baik! Perencanaan hidup
seperti apakah barulah tepat? Mari
kita lihat, andai seorang anak dari kecil
mempunyai rasa cinta kasih, ia telah mengakumulasi dan memupuk berkah untuk
dirinya sendiri, maka dari kecil harus memupuk dan mengakumulasi berkah. Saat
muda, karena ada moral, ada kebijaksanaan, jadi
harus menciptakan berkah; usia tua, berkah
dinikmati pada usia tua, itu barulah berkah yang hakiki. Mari kita lihat, mengapa
dari kecil bisa memupuk berkah? Anda jangan melihat umurnya begitu kecil,
bagaimana bisa memupuk berkah? Dengan perkataan awam "ladang berkah digarap
hati", ketika setiap niat dari seorang anak adalah selalu
mempertimbangkan untuk orang lain, selalu berpikir
demi orang lain, hatinya tersebut telah membudi daya ladang berkah yang
banyak sekali bagi kehidupannya. Lalu ia memiliki sikap demikian, yang dipelajarinya pasti
akan diabdikan kepada masyarakat, maka menciptakan berkah, usia tua pasti akan
menikmati berkah. Baik! Pelajaran kita hari ini sampai di sini dahulu, terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar