Selasa, 14 Juni 2011

Episode 02

Dikutip dan diterjemahkan dari : "Seminar Hidup Bahagia – PenjelasanDi Zi GuiSecara Mendetail" oleh Guru Cai Lixu pada tanggal 15 Februari 2005 (Episode 2)

Teman-teman sekalian, halo semuanya! Kita harus memenuhi kemampuan menilai yang baik, barulah dapat membuat pilihan yang tepat. Apakah orang dari lahir sudah bisa menilai? Masih harus melalui pembelajaran, barulah ia dapat membentuk kemampuan menilai, dan barulah dapat mengambil pilihan yang tepat. Dan penilaian ini harus tergantung pada akal budi dan kebijaksanaan, barulah ia bisa menilai secara benar. Andai tidak ada kebijaksanaan, tidak ada akal budi, maka mungkin akan bertindak impulsif. Dengan kata awam yaitu menyesal pun sudah terlambat, karena penyesalan selalu datang belakangan, yakni membuat pilihan yang salah serta penilaian yang salah. Sejak kapan seseorang harus memenuhi akal budi? Kapan? Akal budi perlu belajar berapa lama? Hidup sampai tua, belajar sampai tua. Namun akal budi harus semakin cepat terbina, hidup ini barulah dapat membuat pilihan yang penting dengan tepat.
Dari mana kita belajar akal budi? Sekarang banyak sekali orang yang membaca sangat banyak buku, punya akal budi tidak? Sekarang ada penyakit yang disebut depresi, buku yang dibaca penderita depresi juga lumayan banyak.
Tanya: Semakin baca semakin bagaimana?
Jawab: Depresi.
Kok kalian tahu? Jadi dalam era ini memilih buku juga perlu penilaian. Sekarang zaman ledakan pengetahuan, banyak anak membaca buku yang salah. Ada seorang anak yang baru berumur lima atau enam tahun membaca buku psikologi, tadinya selalu bilang dengan mamanya, "Ma, aku ingin seorang adik", selalu bilang begitu dengan mamanya. Alhasil setelah membaca buku psikologi, langsung berkata kepada ibunya "Ma, mama tidak boleh melahirkan adik, karena andai mama melahirkan adik, mama akan lebih tidak sayang aku". Membaca baik atau tidak? Anda sekarang keluar jangan berkata "Guru Cai bilang membaca tidak baik", kata-kata harus dilontarkan sampai habis, harus membaca buku yang tepat baru baik, membaca buku yang salah adalah pencemaran.
Teman-teman sekalian, segelas air putih, kita teteskan setetes tinta, waktunya hanya satu detik, kira-kira berapa detik yang Anda perlukan untuk mengembalikannya pada kondisi sebelumnya yang jernih? Berapa detik? Mungkin sepuluh kali lipat, seratus kali lipat. Jadi pola pikir anak andaikan sudah tercemar, Anda harus menghabiskan waktu lebih banyak kali lipat untuk membersihkannya. Adakalanya saya sering mengobrol dengan beberapa rekan saya, rekan tersebut mengatakan bahwa beberapa acara varietas TV sangat lucu, membuatnya tertawa hampir ingin berbaring di tanah. Saya akan beritahu dia bahwa ketika Anda melihat pembawa acara tersebut menggali privasi orang lain, membuat lelucon dari mengejek orang lain. Apakah Anda pikir dia benar? Dia mengatakan, tentu saja tidak! Anda merasa sangat lucu, ketika Anda tertawa di sana, anakmu di samping juga ikut tertawa, dia tahu itu benar atau tidak, dia pikir ayahku merasa sangat lucu maka perbuatan ini adalah benar. Jadi anak dari pencerapan indranya, ia akan menganggap remeh perkataan terhadap orang lain, perkataannya cenderung merugikan orang lain, dan akan sembarangan mengejek orang lain. Ketika Anda mendeteksi dia berbicara tanpa batasan dan ingin memperbaikinya, Anda akan sangat lelah. Dalam hal TV begitu, isi buku juga begitu.
Belakangan ini ada buku yang sangat populer dengan judulRich Dad Poor Dad, mungkin ada yang pernah membacanya! Ada seorang orang tua murid setelah membacanya sangat girang, kemudian datang berkata kepada saya, dia berkata: Guru Cai, buku ini sangat efektif, dia dapat membuat putriku yang malas dalam sekejap menjadi putri yang uletObat efek khusus tersebut efektif tidak? Benar-benar efektif. Dia berkata kepada putrinya: Nak, bantu mama mengepel lantai, mama kasih kamu dua RMB; bantu mama menjemur pakaian, mama kasih kamu dua RMB; bantu mama mencuci piring, mama kasih kamu tiga RMB. Tadinya putrinya yang malas tiba-tiba menjadi sangat semangat, menjadi seperti enggan menolak kerja keras, dan mulai bekerja. Efektif tidak? Anda lihat obat efek khusus selalu sangat efektif, ketika pilek keluar ingus, jarum langsung disuntik, obat langsung diminum, lima menit, sepuluh menit sudah tampak hasilnya. Efektif tidak? Orang zaman kini sangat menyukai obat efek khusus, jadi Anda lihat mengapa banyak sekali orang yang tertipu oleh dukun? Hubungan buruk suami dan istrinya telah sepuluh atau dua puluh tahun, alhasil dukun tersebut memberitahunya, Anda harus membakar uang kertas, dan membuat beberapa gerakan, dijamin hubungan kalian segera menjadi baik. Selalu ingin makan obat efek khusus, tidak pernah mempertimbangkan es membeku tiga kaki tidak dalam sehari, punya akal budi tidak? Orang yang tidak berakal budi lebih mudah ditipu. Oleh karena itu, dalam menghadapi banyak masalah sepertinya selalu berharap cepat dan langsung efektif.
Sebenarnya, pikiran orang tersebut sudah bukan hakikat mengikuti kodrat alam. Ketika pilek keluar ingus, kenapa bisa keluar ingus? Teman-teman sekalian, apakah ingus itu virus? Ingus adalah mayat sistem kekebalan tubuh Anda yang tersisa sewaktu melawan virus. Anda lihat bekas luka kita ada bernanah tidak? Ini pertanda sewaktu virus menyerang, sistem kekebalan tubuh Anda segera bangkit dan mempertahankan tubuh Anda, maka ketika Anda melihat ingus, Anda harus girang: Lihat, sistem kekebalan tubuh saya gagah melawan musuh! Lalu Anda melihat sistem kekebalan tubuh Anda gagah melawan musuh, Anda malah tidak menyayanginya, Anda hanya berharap tidak ingin melihat ingus lagi, antibiotik langsung dimakan. Makan antibiotik sangat efektif, dia pasti akan membunuh virus, tetapi juga ikut membunuh sistem kekebalan tubuh Anda. Tidak hanya membunuh sistem kekebalan tubuh, bahkan bakteri yang baik dalam perut Anda juga ikut terbunuh. Oleh karena itu, anak-anak setelah makan obat dan setelah disuntik, bagaimana parasnya? Anda lihat dari anak yang lebih menonjol, pipi mereka langsung menyusut, kemudian satu atau dua minggu tidak memiliki nafsu makan. Jadi saat Anda menggunakan obat efek khusus, sistem kekebalan tubuhnya terus-menerus tidak terbina, ini akan menjadi siklus yang tidak baik. Pada akhirnya, kalau ada wabah influenza modern, Anda pasti harus membawa anak Anda menghadap dokter. Sampai kapan Anda ingin membawanya? Berapa banyak uang yang harus Anda habiskan? Oleh karena itu, kita harus memahami hakikat, jangan setelah membaca buku, tampaknya efektif maka langsung dipakai.
Orang tua murid tersebut setelah lewat satu atau dua minggu kemudian datang kepada saya, wajahnya cemberut seraya berkata: Guru Cai, muncul kondisi buruk. Saya bertanya kepadanya, kondisi apa? Dia mengatakan bahwa hari ini dia berbincang dengan putrinya, ia berkata: Nak, ibu sangat lelah hari ini, kamu bantu ibu jemurkan pakaian yang telah dicuci tadi, ibu kasih kamu dua yuan. Dia mengatakan kepada ibunya: Hari ini saya juga lelah, hari ini saya tidak ingin cari uang! Dia tiba-tiba waspada bahwa obat efek khusus ini telah menunjukkan efek samping. Para orang tua murid, apakah keluarga adalah tempat membicarakan manfaat? Bukan. Anda telah membawa utilitarianisme ke tempat yang paling hangat dan paling damai, pun diterpa oleh utilitarianisme. Keluarga adalah tempat untuk mengajarkan sumbangsih, keluarga adalah tempat untuk mengajarkan rasa syukur, keluarga adalah tempat mengajarkan pengenalan tugas pokok, tahu untuk memenuhi tugas pokok, tahu untuk memenuhi hakikat bakti. Jadi kita harus memiliki penilaian yang berakal budi, barulah Anda mampu mencegah pengetahuan yang tidak benar dari dalam buku, dan barulah Anda dapat mencegah anak dari pencemaran.
Baik! Mari kita lihat, seharusnya membaca buku dan petuah apa, yang benar-benar dapat membina akal budi? Kita selanjutnya harus berpikir tentang masalah ini.
Tanya: Ada seorang psikolog, pada umur empat puluh tahun menulis sebuah buku, enam puluh tahun juga menulis sebuah buku, teman-teman sekalian, manakah yang ingin kalian baca?
Jawab: Yang enam puluh tahun.
Tanya: Mengapa?
Jawab: Lebih berpengalaman.
Pengalaman ada pengalaman baik dan pengalaman buruk, apakah pengalaman buruk tetap kita ikut? Banyak teman mengatakan, mungkin kebijaksanaan hidupnya lebih tinggi; dalam kalimat ini kita perlu memikirkan satu kata yaitu "mungkin". Apakah hidup semakin lama semakin bijak? Belum tentu. Masyarakat adalah sebuah tong pencemaran yang besar, teman-teman sekalian, orang umur dua puluh tahun lebih polos, atau orang umur empat puluh tahun? Kepolosan lebih dekat dengan kebijaksanaan atau kerumitan lebih dekat dengan kebijaksanaan? Banyak hal tidak boleh seakan benar tetapi salah, harus sangat jelas dan paham, barulah Anda dapat membuat taruhan yang benar. Jikalau taruhan salah, hidup ini tidak mungkin diputar kembali, jadi harus penuh rasa waspada, harus sangat waswas. Andai Anda hanya percaya bahwa ia "mungkin" benar, maka Anda telah mempertaruhkan hidup Anda kepadanya, bahkan menaruh kebahagiaan anak Anda di hari mendatang kepadanya, ini terlalu berbahaya. Tidak boleh mendengarkan apa yang dikatakan orang, langsung Anda percaya, karena apa yang dikatakannya masih belum bisa diverifikasi sebagai kebijaksanaan, masih belum bisa diverifikasi sebagai kebenaran. Tetapi kebudayaan orang Tiongkok sudah mengalami verifikasi dari umat manusia selama ribuan tahun, dan benar-benar merupakan kebenaran mutlak yang sejati; serta kebijaksanaan orang kudus dan bijak Tiongkok tersebut melampaui waktu dan ruang.
Mari kita lihat, empat atau lima ribu tahun yang lalu, jadi orang harus berbakti, empat atau lima ribu tahun kemudian, harus berbakti tidak? Harus, sehingga melampaui waktu. Tiongkok perlu rasa bakti, bagaimana dengan negara lain? Ketika orang negara lain mendengar pendidikan bakti, bagaimana perasaan hatinya? "Manusia pada awalnya, naluri dasarnya itu mulia", setelah mendengarkan, ia juga akan sangat bersukacita. Karena sewaktu kami di Australia mengadakan kelasDi Zi Gui, Tiongkok adalah bangsa yang beretiket, sehingga para tamu duduk di depan, kami duduk di belakang. Selama kelas berlangsung, karenaDi Zi Guiada sangat banyak ayat pun berdasarkan moral yang dipraktikkan oleh orang kudus dan bijak, misalnya "pagi memberi salam, sore memberi ketenangan" yang dipraktikkan oleh Raja Wen dari Zhou, terus "musim dingin berilah kehangatan, musim panas berilah kesejukan", ini yang dipraktikkan oleh Huang Xiang dari Dinasti Han Timur. Jadi setiap proses penjelasan ayat, pun menuturkan satu per satu kisah-kisah tersebut. Kami duduk di belakang melihat penduduk asli Australia tersebut selalu mengangguk-anggukkan kepala, kami juga sangat penasaran apa yang dipikirkannya saat mengangguk. Setelah kelas berakhir, kami duduk mengelilingi mereka untuk berdiskusi, orang Australia tersebut berkata, jadi manusia harusnya begini, jadi orang harusnya macam ini. Oleh karena itu, bakti melampaui waktu dan melampaui ruang, sehingga kebenaran tersebut barulah layak kita gunakan kehidupan yang singkat ini untuk dikejar, serta didalami dengan baik.
Ketika kita benar-benar berakal budi, barulah dapat membuat pilihan yang tepat, teman-teman sekalian, di dalam memilih ada satu pilihan yang paling penting: memilih pola pikir serta konsep Anda, yakni memilih niat. Teman-teman sekalian, pola pikir dan konsep Anda sekarang berada pada suasana apa? Mengapa pola pikir dan konsep begitu penting? Pola pikir menentukan perilaku Anda, perilaku menentukan kebiasaan Anda, kebiasaan membentuk karakter seseorang, karakter menentukan nasib seseorang. Jadi dapat tidaknya seseorang itu bahagia, tampak dari mana? Pola pikir! Saya sering bertanya kepada teman-teman: Apakah Anda keturunan Yan Huang? Mengapa tidak ada suara? Teman-teman sekalian, tidak tahukah bahwa Anda sekarang di bawah "balai para marga leluhur"? Semua leluhur sedang menunggu jawaban Anda, mereka hampir meneteskan air mata. Apakah Anda keturunan Yan Huang? Ya! Baik! Andai seorang anak hidup di Amerika sejak kecil, orang tuanya adalah orang Tiongkok, setelah dewasa, kita dapat menjamin bahwa darahnya pasti darah Tionghoa asli. Bagaimana dengan pola pikirnya? Baik! Pola pikir penting atau garis keturunan penting? Garis keturunan tidak akan memengaruhi Anda seumur hidup, pola pikir akan memengaruhi ucapan dan perilaku Anda. Oleh karena itu, kita jadi orang harus pentingkan substansi, tidak boleh pentingkan formalitas.
Sekarang mari kita coba uji, pola pikir kita adalah pola pikir keturunan Yan Huang, atau pola pikir lainnya. Teman-teman sekalian, apakah di dalam hatimu sudah ada jawabannya? Pada masyarakat sekarang, kita jelas melihat bahwa antarmanusia timbul konflik, sekarang antara ayah dan anak ada konflik tidak? Ada. Saat membuka koran ada sangat banyak keadaan, ayah dan anak konflik, kakak beradik konflik, banyak gedung pengadilan yang semakin bangun semakin besar, mengapa? Konflik menjadi semakin banyak, mereka tidak sanggup menanganinya, sehingga semakin bangun semakin besar. Tingkat perceraian suami istri terus meningkat, jadi antarmanusia ada konflik. Antarorganisasi, kami melihat banyak organisasi saling menyerang, saling kritik, itu adalah konflik. Bagaimana dengan negara? Buka koran hari ini, andai Anda tidak melihat perang, Anda akan merasa sangat lega, karena perang hampir menjadi kejadian sehari-hari. Teman-teman sekalian, konflik-konflik tersebut adalah akibat, setiap hari kita mengeluh saat melihat hasil tersebut, ada gunanya tidak? Sia-sia. Andaikan dunia bagaikan satu hektar tanah, sekarang padinya tumbuh seperti apa? Bengkok sana bengkok sini. Apakah Anda harus mencaci-maki padi-padi tersebut? Marah seharian, apakah mungkin padi tersebut akan tumbuh dengan baik? Mungkin tidak? Tidak mungkin tumbuh dengan baik, bisa jadi setelah dimaki, padi-padi tersebut langsung layu.
Yang tercerahkan takut akan sebab, orang tercerahkan akan mencari penyebabnya, orang kebingungan akan takut dengan akibatnya. Jadi ketika kita khawatir tubuh kita akan tidak sehat, khawatir anak-anak nantinya akan durhaka, khawatir begini khawatir begitu, tidak membantu sama sekali. Ketika kita menemukan akar penyebab dari konflik antarmanusia dan antarnegara, mulai mengatasi dari akarnya, masalah barulah dapat diselesaikan. Akarnya terletak pada pola pikir, karena pola pikir manusia sekarang umumnya adalah memusatkan pada diri sendiri. Memusatkan pada diri sendiri, siapa yang terlebih dahulu dipikirkan olehnya? Sendiri, jadi akan merugikan orang lain untuk menguntungkan diri. Persaingan akan meningkat menjadi apa? Pertentangan. Pertentangan meningkat menjadi peperangan; peperangan meningkat lagi, kiamat. Teman-teman sekalian, Anda sekarang melihat peperangan, bisakah Anda berdiri di tengah dan berteriak: Jangan perang lagi! Bisa menyelesaikan masalah tidak? Mengapa terjadi perang? Akarnya di mana? Pola pikir serta sikap orang akan berkembang menjadi perilakunya.
Pemusatan pada diri sendiri, teman-teman sekalian mungkin kurang mengerti, saya jelaskan dengan kata yang agak awam, yaitu egois. Teman-teman sekalian, sekarang Anda mendapatkan sepotong cokelat yang lezat, siapa yang akan Anda pikirkan pertama kali? Kita tadi bilang jadi orang harus berintegritas. Siapa yang pertama kali dipikirkan? Baik! Pada suatu sesi kelas, kebetulan terdapat tiga jawaban, di barisan depan ada seorang pemuda, ia berkata, "Langsung dimakan", dia sangat jujur. Seorang wanita yang duduk dua baris di belakangnya, berusia empat puluhan, ia berkata "Sisihkan untuk dimakan anakku". Di bagian belakang lagi,  ada seorang yang berusia enam atau tujuh puluh tahun, beliau berkata "Berikan kepada orang tua". Teman-teman sekalian, siapa yang mempunyai tabiat budaya? Yang mana? Yang umur tiga puluhan atau empat puluhan, atau enam puluhan? Yang umur enam puluhan. Tetapi yang umur enam puluhan tersebut mungkin buta huruf, yang umur tiga puluhan mungkin lulusan universitas. Jadi jenjang pendidikan semakin tinggi tidak menandakan ia berbudaya, tidak menandakan ia tahu bertingkah laku.
Saya sering bertanya kepada anak-anak, saya bilang lulusan universitas, beradab tidak? Mereka langsung menjawab, iya. Saya bilang durhaka kepada orang tua, beradab tidak? Mereka menjawab tidak. Lalu saya bilang lulusan universitas tetapi durhaka kepada orang tua, beradab tidak? Mereka tidak bisa menjawab, tertipu olehku. Jadi pengenalan orang telah keliru, tabiat budaya dan budi pekerti yang hakiki bisa tampak dari sela-sela sebuah niat. Yang umur tiga puluhan, niat pertamanya adalah sendiri, jadi itu egois. Yang umur empat puluhan memikirkan anak, benar tidak? Orang sekarang dengan penuh gelora menjawab, benar! Andaikan Anda kembali ke dua ratus tahun yang lalu, Anda jangan mengatakan begini, Anda akan ditertawai, orang akan berpikir Anda tidak memiliki kebijaksanaan. Karena ketika Anda mendapatkan makanan yang lezat dan yang didahulukan adalah anak, Anda telah memberikan peragaan yang salah kepada anak, maka ia akan beranggapan siapa yang paling penting? Saya yang paling penting. Anda telah memupuk rasa egoisnya. Tetapi andai cokelat tersebut diberikan kepada kakek dan nenek, anak-anak di samping melihat kakek dan nenek tertawa begitu cemerlang, dia akan sangat terharu, Anda telah menanamkannya hakikat sebagai seorang anak.
Dari ihwal tadi tersebut, kita juga harus merenungi dengan baik, andai egois kita lebih banyak, itu bukan keturunan Yan Huang, egois lebih banyak itu dipengaruhi oleh kapitalisme dan utilitarianisme. Teman-teman sekalian, sekarang porsi orang yang terpengaruh oleh utilitarianisme berapa banyak? Jumlah tersebut masih terus meningkat. Teman-teman sekalian, apakah ingin dibiarkan terus meningkat? Andaikan terus meningkat, peristiwa-peristiwa ini akan terus bagaimana? Terus berlangsung. Apakah akan berhenti? Tidak akan. Jadi penyelesaian mendasar harus mulai dari mana? Mulai menyelesaikan dari pola pikir orang. Kita sering mengatakan bahwa perang mungkin tidak terjadi pada saya, kiamat mungkin tidak secara pasti saya alami. Menurut pemikiran orang banyak, kiamat itu bagaimana? Menurut pikiran mereka, mungkin ada beberapa bom nuklir meledak dan menghancurkan bumi, itu yang namanya kiamat. Sebenarnya, dengan perkataan awam, lebih baik mati daripada hidup begitu menderita. Kehidupan seperti apa yang membuat seseorang mendingan mati daripada hidup? Teman-teman sekalian punya pengalaman seperti ini tidak? Tampaknya tidak, kalau begitu kalian sangat beruntung. Banyak orang yang anaknya setiap hari di luar berbuat segala jenis kejahatan, orang tua mereka setiap hari khawatir dan ketakutan, benar-benar hidupnya lebih menderita daripada mati. Pada saat budi pekerti merosot, itu barulah kiamat benar-benar dekat.
Di Sichuan, Tiongkok, ada seorang anak tiga belas tahun memasak makanan untuk ayahnya, setelah makan, ayahnya tiba-tiba meninggal. Karena keluarganya sangat miskin, tidak ada biaya untuk otopsi, maka dikuburkan begitu saja. Setelah lewat beberapa waktu, memasak lagi buat ibunya, setelah makan, ibunya juga meninggal, dan dikuburkan bersama-sama ayahnya. Ketika ia pergi sembahyang untuk orang tuanya, selesai sembahyang ia sangat tidak sabaran, langsung membuang sesaji tersebut ke tong sampah. Bibinya setelah melihat peristiwa tersebut sangat terkejut, mengapa anak ini tidak ada rasa hormat sedikitpun kepada orang tuanya? Lalu anak tersebut berjalan kemari dan berkata kepada bibinya, ia berkata: Apakah ayah dan ibu saya ada membeli asuransi? Setelah bibinya mendengar perkataan tersebut, sangat waspada, langsung melapor polisi untuk ditangani, alhasil memang ia sendiri yang membunuh orang tuanya. Untuk apa? Uang asuransi hanya sepuluh ribu RMB, tidak banyak, dua nyawa hilang, dan ini bukan nyawa biasa, melainkan orang tuanya sendiri. Mengapa ia ingin mengambil uang asuransi tersebut? Karena ingin pergi membeli ponsel.
Teman-teman sekalian, kekuatan dari nafsu besar atau tidak? Besar! Nafsu membuat kebijaksanaan tersesati. Oleh karena itu, saat kita mengajar anak, ingin menumbuhkan nafsunya atau menumbuhkan moralnya? Kedua hal tersebut sangat berbeda. Andai Anda mengajari anak untuk tahu tentang hakikat bakti, tahu untuk memenuhi tugas pokok sendiri, maka ia akan menganggap belajar adalah sebuah tanggung jawab, ia merasa belajar itu harus membuat orang tua tidak khawatir, ini adalah menumbuhkan moralnya. Andai selama dia sekolah, Anda bilang kalau kamu ranking tiga besar dalam kelas, saya akan bawa kamu makan ke McDonald's; saat SMP Anda bilang kalau kamu ranking tiga besar, saya belikan kamu kamera digital; saat ujian masuk universitas, Anda bilang kalau kamu lolos ujian masuk perguruan tinggi, saya akan belikan kamu komputer. Ketika kita membimbing anak kita seperti ini, apa yang sedang kita kembangkan? Nafsunya. Dia tidak melihat tugas pokoknya, yang ia mau hanya nafsunya.
Jadi ada seorang anak yang lulus ujian saringan masuk SMA, pun berbicara kepada orang tuanya, dia berkata bahwa papa dan mama, kalian harus belikan saya beberapa helai pakaian bermerek. Orang tuanya sangat heran dan bertanya mengapa? Dia bilang karena saya lolos ujian saringan masuk SMA, jadi kalian banyak menghemat uang pembangunan. Karena dia lolos ujian saringan masuk, orang tuanya tidak perlu membeli sebuah SMA untuknya bersekolah, jadi dia merasa sangat berjasa, membantu orang tuanya menghemat banyak uang, orang tuanya harus membalasnya dengan membeli beberapa helai pakaian. Orang tuanya setelah mendengarkan kata-kata tersebut, bagaimana perasaannya? Sama seperti tanggapan beberapa teman, terus menggelengkan kepalanya. Tetapi, bakal tahu akan begini, lalu mengapa anak memiliki sikap seperti itu? Ketika kita menggunakan materi untuk berinteraktif dan mengajar anak, bila dia materialistis maka akan sangat egois.
Jika kita tidak berharap budi pekerti merosot, kita harus mulai dari diri kita sendiri. Banyak orang akan berpikir, sekarang masyarakat telah berubah menjadi begini, apapun yang saya lakukan tidak akan mungkin efektif, banyak orang yang berpikiran begitu. Apakah pikiran kita tersebut akan bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat? Tidak! Pikiran tersebut berakal budi tidak? Tidak berakal budi. Kita jangan meremehkan kekuatan kita sendiri, ketulusan dan moral sejati seseorang akan membangkitkan sifat alamiah yang bajik dari orang sekitarnya. Jadi pada zaman dahulu Raja Shun (Shun Agung), beliau adalah orang yang sangat berbakti, beliau sendiri sangat berbakti, pembinaannya sangat bagus. Meskipun orang tuanya sangat galak terhadapnya, beliau masih tetap berbakti, karena beliau tahu "orang tua membenci saya, masih berbakti barulah bijak". Hubungan dengan orang tua bukanlah semacam transaksi, tidak boleh hari ini orang tua galak dengan saya, maka saya harus bersikap tidak baik terhadapnya; kita harus senantiasa ingat budi asuhan orang tua kita dan harus membalas budi mereka, bukannya berharap orang tua selalu baik dengan kita, karena berbakti adalah tugas pokok seseorang. Berhubung beliau memiliki sikap ini, jadi rasa bakti terhadap orang tuanya tersebut dapat mengubah keluarganya. Karena membina diri, maka mampu menata keluarga; karena moralnya maka masyarakat lingkungan sekitar setelah melihatnya pun sangat tersentuh, semuanya berkenan meneladaninya, bahkan semuanya ingin menjadi rakyatnya, maka ia telah menata keluarga dan mengurus negara. Pemimpin waktu itu Kaisar Yao setelah melihatnya juga sangat tersentuh dan merasa dunia diserahkan kepada orang seperti ini, rakyat barulah akan bahagia, jadi beliau selanjutnya mengurus negara dan mendamaikan dunia. Teman-teman sekalian, saat kita benar-benar membina jasmani dan rohani, maka dapat menimbulkan kekuatan yang sangat besar dalam keluarga dan masyarakat.
Singapura memiliki dua pusaka nasional, yang pertama adalah mantan perdana menteri mereka Lee Kuan Yew, yang kedua adalah wanita yang bernama Teresa Hsu, beliau telah berusia seratus enam tahun, beliau terhadap orang lain penuh rasa kasih, juga sangat berbakti kepada orang tuanya. Beliau sendiri merawat dua sampai tiga puluh orang jompo, kaum jompo tersebut masih lebih muda dua atau tiga puluh tahun darinya, rata-rata berumur tujuh sampai delapan puluh tahun, beliau masih pergi merawat mereka. Rasa kasihnya itu menyentuh hati orang Singapura, tidak hanya orang Singapura, tetapi juga ikut menyentuh hati jutaan orang di seluruh dunia. Oleh karena itu, sebenarnya ingin berkontribusi terhadap masyarakat dan dunia ini, tidak sesulit yang kita bayangkan, asal kita meningkatkan pembinaan budi pekerti kita sendiri.
Jadi nenek moyang berpetuah kepada kita bahwa makmur atau musnahnya negara, tanggung jawab rakyat jelata juga, sikap ini sangat penting, ketika orang yang memiliki sikap ini semakin banyak, masyarakat akan mulai berbalik kembali ke arah yang bagus. Mulai berbalik dari mana? Zaman tujuh puluhan, ada seorang filsuf besar Inggris yang bernama Profesor Toynbee, beliau pernah mengucapkan sebuah kata-kata, beliau mengatakan bahwa untuk menyelesaikan masalah sosial abad kedua puluh satu, hanya ada dua ajaran, ajaran mana saja? Ajaran Konfusius dan Mensius, serta Buddhisme Mahayana. Kata-kata tersebut sangat masuk akal, karena bukan orang Tionghoa yang berkata seperti itu.
Tanya: Di mana ajaran Konfusius dan Mensius?
Jawab: Di Tiongkok.
Apakah Anda yakin? Anda lihat, Tiongkok adalah bangsa beretiket, Anda sekarang melihat orang bertemu orang, bisa dengan sopan mengatakan "Halo" (sambil memberikan salam bungkuk sembilan puluh derajat), di mana Anda dapat melihatnya?
Jawab: Jepang.
Mengapa jawabannya berubah? Di Korea Selatan. Jadi saya sangat khawatir tentang satu hal, mungkin lima tahun mendatang, pengadilan internasional akan mensidangkan sebuah kasus gugatan, yaitu Konfusius itu nenek moyang dari Korea atau nenek moyang dari Tiongkok? Teman-teman sekalian, hasilnya akan bagaimana? Hakim itu akan mengatakan, pentingkan substansi tak pentingkan formalitas, sekarang mari kita lihat orang Korea melaksanakan petuah Konfusius atau orang Tiongkok? Saat itu kita ingin menangis pun tiada air mata, bagai ungkapan "tahu malu pangkal keberanian", jadi kita harus bersyukur mempunyai nenek moyang yang begitu baik, menghargai petuahnya, dan harus memutarnya kembali ke arah yang bagus.
Mengapa Profesor Toynbee mengatakan demikian? Pada tahun 1988, tujuh puluh empat peraih Hadiah Nobel di Paris mengeluarkan deklarasi bersama. Kontennya menyebutkan bahwa manusia pada abad kedua puluh satu ingin bertahan hidup, ingin melangsungkan kehidupannya, harus kembali ke dua ribu tahun lebih yang lalu, belajar kebijaksanaan Konfusius. Teman-teman sekalian, apa latar belakang dari peraih Hadiah Nobel tersebut? Mereka semua adalah orang yang paling berbakat pada masing-masing bidang pekerjaan, mengapa mereka melontarkan perkataan yang sama dan merasakan bahwa masalah masyarakat masa depan harus diselesaikan dengan ajaran Konfusius? Sebenarnya hakikat tersebut, asal kita menenangkan diri dengan saksama maka dapat terpikirkan. Kita coba analisis, di mana inti dari Konfusius dan Mensius? Cinta Kasih. Di mana inti dari Buddhisme Mahayana? Kasih sayang, jadi welas asih dan kasih sayang. Sebenarnya filsuf kudus dari barat juga telah menunjukkan solusi dari masalah-masalah tersebut. Orang suci dari barat, Yesus mengajarkan apa? Cinta universal. Jikalau sudah diajarkan, tetapi mengapa kita tetap merasakan akibat buruk? Karena tidak mendengarkan kata tetua, kerugian tepat di depan mata. Ketika pola pikir dan konsep orang kembali ke petuah orang kudus dan bijak, masalah pun mulai berbalik membaik.
Mari kita lihat, beriktikad cinta kasih, mengerti saling membantu, meningkat menjadi saling menyayangi, maka dapat menciptakan dunia kesatuan besar (Dà Tóng Shì Jiè). Teman-teman sekalian, dunia kesatuan besar tersebut bukan tergantung tinggi di dinding. Mari kita pikirkan, ketika seseorang benar-benar memiliki rasa bakti kepada orang tua, dan rasa baktinya tersebut benar-benar sudah tertanam dalam hatinya, ketika ia bertemu dengan orang tua orang lain, akankah dia menghormati mereka? Iya. Jadi di dalamKitab Bakti(Xiào Jīng) menyebutkan "mengajar dengan bakti, sehingga menghormati semua orang di dunia yang berstatus ayah". Anda membuat seseorang benar-benar mempunyai rasa bakti kepada orang tua, ketika ia menghadapi semua orang yang telah menjadi ayah dan ibu, dia akan menghormatinya. Coba kita pikir, jika Anda memiliki rasa bakti, ketika Anda di dalam bus melihat seorang wanita tua yang baru naik, apakah Anda masih akan duduk di tempat? Akan tidak? Anda akan berpikir untuk segera berdiri, karena beliau adalah orang tua, ibu, dan mungkin nenek dari seseorang, sangat berjerih payah, maka harus cepat mempersilakan beliau duduk. Ketika Anda melihat orang-orang lanjut usia tersebut berjalan di jalan raya, ketika menyeberangi jalan yang sangat bahaya, saya percaya secara alamiah, Anda akan segera membantunya. Orang yang memiliki rasa bakti dan welas asih tersebut, dengan sendirinya akan membantu orang lain, mengasihi orang lain. Oleh karena itu, ketika kita semua mementingkan moral setiap orang, mementingkan moral anak, seluruh masyarakat akan perlahan-lahan terwujud suasana yang harmonis. Sebenarnya kiamat atau dunia kesatuan besar kelihatannya sangat rumit, tetapi Anda menguraikan selapis demi selapis, dan mencari sebab musababnya, akarnya di mana? Yakni di sela-sela sebuah niat.
Sekarang masyarakat sangat sering berbicara tentang perencanaan hidup, teman-teman sekalian, bagaimana Anda ingin menjalankan kehidupanmu? Bagaimana Anda ingin anak-anak Anda menjalankan hidupnya? Ketika anak egois, ketika anak menitikberatkan kenikmatan materi, ia akan menjalani hidup seperti apa? Mari kita analisis. Pada masa kanak-kanak sangat senang, ingin bermain apa biarkan dia bermain, ingin makan apa biarkan dia makan, pokoknya berkembang mengikuti kepribadiannya. Mengikuti kepribadian, teman-teman sekalian, mengikuti kepribadian yang mana? Orang selalu hobi bermalasan benci kerja keras, "jika tidak diajar, nalurinya akan bergeser", banyak kebiasaan buruk akan muncul keluar. Para sesepuh Tiongkok melihat masalah ini dengan sangat mendalam, jadi dalam mengajar anak sangat mementingkan, tidak menumbuhkan kebiasaan buruknya. Karena andaikan ia sangat boros, ia sangat malas, ia tidak sopan, bagaimana kehidupannya? Bisakah kehidupannya dijalani dengan baik? Tidak. Tetapi kebiasaan tersebut sekali terpelihara, maka untuk menuntunnya kembali akan sangat sulit. "Dari hemat menjadi boros mudah, dari boros menjadi hemat susah". Anda membiarkan masa kecilnya sangat senang dan bahagia, mendapatkan apa yang dia inginkannya, tunggu sampai sudah terbiasa mubazir, akan sangat sulit untuk berubah.
Sekarang kita lihat pemuda umur sepuluh atau dua puluh tahun, masih belum masuk ke dalam masyarakat, konsumtifnya lebih mengerikan daripada yang mencari uang, berapa kartu kredit yang dimilikinya? Hal ini saya tidak begitu berpengalaman, kalian beri saya sedikit informasi. Kartu kreditnya banyak sekali, satu kartu pakai sampai melampaui batas, ganti kartu yang lain lagi. Orang-orang Tiongkok dahulu merasa berutang dengan orang itu sangat memalukan, dan anak muda sekarang menghalalkan segala cara untuk memakainya dahulu, jadi banyak anak muda yang belum masuk ke dalam masyarakat, kredibilitasnya telah dirusak dan disia-siakan oleh dirinya sendiri. Jadi dia sangat boros, seumur hidupnya harus menjadi budak materi. Kok kalian tahu? Sangat bijak sekali. Jadi target dia berupaya bukan untuk berbakti kepada orang tua, bukan untuk merawat istri dan anak, namun untuk memuaskan nafsu materinya.
Sebenarnya dalam satu hari, uang yang harus kita habiskan untuk makan, berpakaian, dan lain-lain banyak tidak? Tidak banyak. Tetapi asalkan tercemar oleh jiwa mubazir, maka akan tidak tahan terhadap godaan. Karena untuk membayar kembali uang itu, maka ia mesti sangat berupaya, harus mengalahkan yang lain, di dalam pekerjaannya, mungkin akan merugikan orang untuk menguntungkan diri sendiri, melihat semua orang seperti musuh, lawan, sehingga hidup bagaikan medan perang. Pada usia tuanya, Anda lihat, kita semuanya sangat kagum dengan kesejahteraan kaum jompo yang diberikan di negara barat, sangat kagum. Tetapi kita harus memahami bahwa orang-orang jompo tersebut tinggal di sana, meskipun tidak bimbang pangan dan sandang, tetapi kehidupan batinnya sangat miskin. Mereka mungkin akan merasa, kebetulan suatu hari anaknya datang menjenguknya, ia akan girang selama beberapa hari, dan memberitahu teman-teman yang lain bahwa anak saya belum melupakanku. Kalimat tersebut kedengarannya, dia merasa girang, tetapi Anda malah akan merasa pilu. Orang Tiongkok merasa kapan berkah yang hakiki itu dinikmati? Usia tua. Andai kehidupan rohani di masa tua begitu langka, hidup Anda ini tidak akan merasa sangat bahagia.
Baik! Perencanaan hidup seperti apakah barulah tepat? Mari kita lihat, andai seorang anak dari kecil mempunyai rasa cinta kasih, ia telah mengakumulasi dan memupuk berkah untuk dirinya sendiri, maka dari kecil harus memupuk dan mengakumulasi berkah. Saat muda, karena ada moral, ada kebijaksanaan, jadi harus menciptakan berkah; usia tua, berkah dinikmati pada usia tua, itu barulah berkah yang hakiki. Mari kita lihat, mengapa dari kecil bisa memupuk berkah? Anda jangan melihat umurnya begitu kecil, bagaimana bisa memupuk berkah? Dengan perkataan awam "ladang berkah digarap hati", ketika setiap niat dari seorang anak adalah selalu mempertimbangkan untuk orang lain, selalu berpikir demi orang lain, hatinya tersebut telah membudi daya ladang berkah yang banyak sekali bagi kehidupannya. Lalu ia memiliki sikap demikian, yang dipelajarinya pasti akan diabdikan kepada masyarakat, maka menciptakan berkah, usia tua pasti akan menikmati berkah. Baik! Pelajaran kita hari ini sampai di sini dahulu, terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar