Selasa, 14 Juni 2011

Episode 08

Dikutip dan diterjemahkan dari : "Seminar Hidup Bahagia – PenjelasanDi Zi GuiSecara Mendetail" oleh Guru Cai Lixu pada tanggal 17 Februari 2005 (Episode 8)

Teman-teman sekalian, selamat pagi semuanya. Pagi ini kalian ada melafalkanDi Zi Guisatu kali tidak? Ada! "Giat belajar pangkal kebijaksanaan", asal kita mempertahankan rasa giat belajar tersebut, budi pekerti dan ilmu kita pasti akan berprestasi. Socrates adalah seorang filsuf barat yang sangat terkenal, pada hari pertama mengajar siswanya, beliau mengatakan kepada siswanya: Hari ini saya hanya mengajarkan satu gerakan, sangat gampang, yaitu menempatkan tangan di depan, lalu ditempatkan lagi ke belakang, yakni gerakan mengayunkan tangan, mengayunkan tiga ratus kali. Selesai memperagakan, beliau mengatakan kepada siswanya: Lakukan gerakan ini satu kali sehari. Siswanya berpikir bagaimana? Sangat gampang. Setelah satu bulan, beliau bertanya, sekarang yang masih mengayunkan tangan, silakan diangkat tangannya? Kurang lebih hanya sekitar sembilan puluh persen; setelah lewat dua bulan bertanya lagi, hanya tinggal tiga puluh persen saja. Setelah lewat satu tahun bertanya lagi, hanya tinggal satu orang saja yang melakukannya. Siapa itu? Beliau adalah Plato, yakni filsuf barat terpenting kedua pewaris Socrates.
Sebenarnya menuntut ilmu, dari pencerahan Socrates ini, kita sudah tahu bahwa hal yang paling penting adalah harus bersikeras. Bila kita setiap hari dapat mengorganisir waktu luang untuk mendalami kitab klasik orang kudus dan bijak, ibarat tetesan air yang melubangi batu, maka pasti akan mempunyai prestasi. Kita harus menaati sikap demikian, misalnya setiap hari menghafal lima ayat dariAnalek, ataupun tiga ayat, ketika Anda melakukannya selama setahun, mungkin seluruhAnalekdapat Anda hafal di luar kepala. Oleh karena itu, kita harus mempertahankan sikap belajar tersebut.
Saya sering mengadakan pertukaran dengan guru yang selesai mengikuti pelajaran, saya akan bertanya kepada mereka bahwa kondisi belajar lima hari ini, dibandingkan dengan suasana belajar selama hidupmu, apakah ada lebih giat dari lima hari ini? Mereka mengatakan tidak, semuanya merasa lima hari ini adalah pelajaran yang diikuti paling fokus seumur hidupnya. Saya mengatakan ini adalah permulaan, dan pastinya ini bukanlah akhir, harus mempertahankan sikap belajar ini. Ada seorang dekan akademik yang datang mengikuti pelajaran selama lima hari, setelah belajar lima hari, kebetulan dia mengundang saya untuk memberikan seminar di sekolah mereka, dia mengatakan bahwa catatan yang ditulisnya selama lima hari ini lebih banyak daripada catatannya semasa empat tahun kuliah. Oleh karena itu, benar-benar potensi belajar dari seseorang adalah tidak terbatas. Tetapi mengapa dalam lima hari itu kondisi belajarnya begitu bagus? Penyebabnya jika diteliti adalah karena dia merasa ilmu orang kudus dan bijak benar-benar dapat bermanfaat bagi siswa, sehingga memobilisasi rasa misionalnya, jadi jika ada tekad dalam hidup, pasti akan mampu membangkitkan potensinya. Selain berkesinambungan, kita harus melaksanakan. Kemarin kita mempelajari:
Fù Mǔ Hū. Yìng Wù Huǎn. Fù Mǔ Mìng. Xíng Wù Lǎn. Fù Mǔ Jiào. Xū Jìng Tīng. Fù Mǔ Zé. Xū Shùn Chéng.[Orang tua memanggil. Menyahut tanpa tunda. Orang tua menyuruh. Laksanakan tanpa malas. Orang tua menegur. Dengarkan dengan tenang. Orang tua menghukum. Menerima dengan taat.]
Seluruh bagian ayat ajaran ini yang paling penting adalah memiliki rasa hormat terhadap orang tua, tidak peduli dalam perkataan maupun perilaku. Hal yang sama, rasa hormat tidak hanya terhadap orang tua, seharusnya terhadap semua orang di sekitar kita juga tidak hilang rasa hormatnya.Orang tua panggiladalah sebuah panggilan, kita langsung dapat berjalan kemari; hal yang sama, dalam perbincangan dengan orang tua, kita juga harus "ramahkan tampang saya, lembutkan suara saya". Adakalanya tampaknya sewaktu menanggapi orang tua, nadanya tidak terlalu keras, tetapi di dalam hati ada perasaan tidak sabar, pada saat itu kita harus sering mampu mengamati hati kita sendiri, ketika ada ketidaksabaran harus segera diperbaiki. Jadi permulaan dari budi pekerti dan ilmu yang paling mendasar, yakni selalu dapat mengamati iktikad kita ini sendiri. Ketika niat kita salah, harus segera memperbaikinya, maka ucapan dan perilaku Anda tidak mungkin ada penyimpangan yang terlalu banyak.
Suatu kali saya pergi mencari salah satu temanku, kebetulan dia menghadapi pilihan dalam hidupnya, yaitu ingin pindah dari sebuah universitas swasta ke universitas negara, dia sedang melaporkan pilihannya tersebut kepada ayahnya, berharap ayahnya dapat mendukungnya berbuat demikian. Kebetulan saat saya masuk ke dalam, dia masih dalam tengah pembicaraan. Alhasil saya sekali masuk, ia pun berkata: Silakan Anda duduk dahulu, saya ingin menyelesaikan pembicaraan dengan ayahku dahulu. Pada saat itu saya duduk di samping, melihat seorang anak dengan hormat melaporkan status kerjanya saat ini kepada ayahnya, penuturan satu per satu tersebut, sikap hormat tersebut meninggalkan kesan yang mendalam bagiku. Saya yakin anaknya yang diperteguh dengan suasana keluarga tersebut, juga akan menjadi seorang budiman yang elegan. Mari kita telusuri balik, anak muda sekarang dalam membuat keputusan hidup, apakah ada meminta pendapat dari orang tua mereka? Apakah ada menjelaskan keadaan dirinya sendiri kepada orang tua, demi mengurangi kerisauan orang tua. Andaikan di dalam hati orang tua sering tidak tahu apa yang dilakukan anaknya, hal tersebut entah akan membuatnya cemas berapa kali! Oleh karena itu, saat seseorang secara nyata terhadap orang tuanya sangat hormat dan rendah hati, maka benar-benar dapat membuat orang sekitarnya terharu.
Selain di rumah harus menghormati orang tua, pada kenyataannya "saat istri memanggil", "saat bini memanggil" juga harus bagaimana? Juga harus "menyahut tanpa tunda". Saat percakapan antara suami dan istri sangat hormat-menghormati bagai dengan tamu, sangat sopan, telah memberi teladan yang terbaik bagi anak. Sekarang percakapan antara suami dan istri ada memperhatikan hal ini tidak? Orang semakin akrab tidak boleh semakin sembrono, harusnya semakin dekat semakin menghormati, jadi tata krama tidak boleh hilang; biarpun terhadap orang yang dekat, sopan santun harus selalu dapat dibangkitkan. Ada seorang anak, kebetulan mendengarkan ibunya sedang berbicara, setelah selesai bicara, ibunya meletakkan telepon, lalu anaknya mengatakan kepadanya: Mama, Anda tadi sedang berbicara dengan ayah bukan? Anda lihat, anaknya dari nada bicara ibunya, sudah tahu pasti bahwa sedang berbicara dengan ayahnya. Mengapa? Bagaimana nada ibu saat berbicara dengan suaminya? Baik tidak? Jadi setelah ibu ini mendengarkan, hatinya terperanjat, Anda lihat sikap kita terhadap suami, anak-anak pun dapat mengidentifikasinya, jadi harus menyelaraskan sedikit.
Adakalanya melihat tampilan panggilan ponsel adalah dari suami, setelah diangkat: Halo, ada apa sih? Anda lihat nada tersebut, anaknya langsung dapat mengidentifikasi bahwa yang menelepon adalah ayahnya. Jadi ibu tersebut segera memperbaiki, kebetulan pada hari tersebut juga suaminya menelepon lagi, ia pun sangat bersopan santun, ia berkata: Halo, salam sejahtera. Suaminya berkata "Maaf, salah sambung" dan menutup teleponnya. Lalu ia menelepon lagi, suaminya berkata: Apakah itu Anda? Saat sikap kita sekali diperbaiki, keluarga pun akan terperbaiki, jadi jangan meremehkan sikap dalam berbicara.
Kebetulan tahun baru kali ini, ada beberapa guru kami yang membawa "Kehidupan Bahagia" empat puluh episode yang diceramahkanku di Hongkong, dibawa kembali ke kampung halamannya untuk ditonton teman-temannya. Salah satunya, ia kembali ke Ningbo untuk mencari temannya. Sambil menonton, karena suami temannya tersebut tidak pulang ke rumah, kebetulan perusahaannya sedang sibuk. Suami temannya tersebut, malam Tahun Baru Imlek lupa menelepon, dan karena takut dimarahi istrinya, maka menunda lagi dua hari. Pada hari kedua tahun baru ingin menelepon, pikir-pikir pasti akan dimarahi, maka terus menunda, menunda sampai hari kelima baru menelepon kembali. Kebetulan sedang menonton "Seminar Hidup Bahagia", menonton setengah jalan, suaminya menelepon, saat diangkat, suaminya merasa sedikit takut dan gentar, takutnya pasti dimarahi istrinya. Suaminya berkata: Maaf, saya sekarang baru menelepon kembali. Istrinya langsung berkata: Anda sungguh susah payah, meski tahun baru pun tidak bisa pulang, kami menghargai kerja keras Anda di luar. Suaminya merasa aneh setelah mendengarkannya, lalu setelah tidak lama menutup teleponnya, suaminya menelepon lagi, ia berkata: Mendingan Anda marah saya beberapa kata, barulah hatiku akan merasa lebih baik! Oleh karena itu, interaksi antara suami dan istri akan langsung memengaruhi suasana keluarga, jika ingin hubungan antara suami dan istri baik, pasti harus berawal dari sikap berbicara.
Orang tua perintah, kerja tanpa malas, terhadap hal yang dipesankan oleh orang tua, kita tidak boleh mengingkarinya; hal yang sama, terhadap hal yang dijanjikan dengan istri dan anak-anak, kita juga harus memegang komitmen; ketika kita memegang komitmen kita, anak-anak akan sangat hormat kepada kita. Sebenarnya dahulu sewaktu saya mengajar, kata-kata kita yang tidak disengaja, harus kita ingat, tidak boleh mengingkari siswa. Ketika apa yang Anda katakan benar-benar dilaksanakan, maka para siswa akan menghormati Anda. Saya ingat ketika tahun pertama menjadi pembimbing kelas atau wali kelas, suatu kali kebetulan ada pekan olahraga, semua siswa berbaris di lapangan, pastinya saya juga berdiri di sana menemani siswaku. Kebetulan ada sesuatu yang harus diambil, maka saya pun kembali ke majelis guru, lalu kebetulan berpapasan dengan seorang orang tua murid (seorang ayah), ia membawa beberapa minuman dan ingin naik ke ruang kelas kami, kami di lantai empat, ingin naik ke kelas kami.
Mengapa orang tua murid ini memanfaatkan waktu saat siswa berbaris untuk mengantarkan minuman, mengapa? Merasa segan. Dapat dilihat bahwa orang tua murid tersebut jarang datang ke sekolah, jarang ke sekolah juga menandakan bahwa jarang berkomunikasi dengan guru. Mengapa orang tua murid jarang datang dan berkomunikasi dengan guru? Kita sebagai guru juga harus introspeksi diri. Ketika kita lebih perhatian terhadap anaknya, mungkin akan menggerakkan inisiatifnya untuk membentuk siklus komunikasi yang sehat dengan kita, jadi harus sering memanfaatkan buku kontak untuk banyak-banyak memuji anaknya, maka secara alami jembatan ini akan terbentuk. Ayah tersebut juga tidak biasa berbicara dengan guru, jadi memanfaatkan waktu luang ini untuk mendedikasikan sedikit kehendak hatinya, ingin menaruh minuman di dalam kelas dan langsung pergi. Lalu kebetulan berpapasan denganku sewaktu saya kembali mengambil sesuatu, sekali berpapasan, ia langsung mundur beberapa langkah, tampaknya merasa sangat segan. Saya mulai mengobrol dengannya.
Kita berbicara dengan setiap orang, harus menangkap satu prinsip, yaitu saat bertemu orang maka harus memujinya. Anda dapat memuji anaknya, Anda dapat memuji keunggulannya, kita bersukacita mendapat sanjungan dari orang lain. Ketika Anda memuji anaknya, hatinya akan riang, akan merasa dihormati. Andaikan saat bertemu dengan orang tua murid, langsung mulai menunjukkan kesalahan anaknya satu per satu, maka ia akan merasa sangat tidak sedap. Jadi watak manusiawi jangan dilawan, kita harus menuruti watak manusiawi dalam berbincang dengan orang. Saya pun mulai berbagi tentang penampilan anaknya yang bagus selama ini dengannya, supaya ia juga paham.
Selama mengobrol, orang tua murid tersebut mengatakan, ia berkata: Guru, anak saya lebih menghormati Anda, tidak menghormati guru yang lalu. Karena saya membimbing mereka saat kelas enam, dan saat kelas lima, mereka dibimbing oleh guru yang lain. Saya pun terus mendengarkan, ia berkata: Karena guru sebelumnya mengatakan, saat makan siang, kita makan bersama-sama, tetapi guru tersebut, saat para siswa masih setengah jalan dan belum mulai makan, guru tersebut sudah makan dahulu di belakang; Guru Cai, Anda selalu mulai bersama-sama para siswa. Sebenarnya saya bukan mulai bersama-sama para siswa, malahan saat para siswa sudah duduk manis, saya masih akan mengajarkan mereka sebuah kalimat prokem, karena prokem lokal berisikan filsafat hidup yang mendalam. Misalnya, dialek Min Nan ada sepatah prokem "akar pohon jika mantap fondasinya, ujung pohon barulah tidak takut diterjang topan", ungkapan ini ketika digunakan dalam pendidikan moral kita cukup serasi. Ketika akar moral dari anak tidak tertanam dengan baik, kemampuannya semakin tinggi akan semakin bahaya, karena ada banyak godaan di luar, semakin berkemampuan, di kemudian hari tidak bisa menahan godaan, semakin tinggi mendaki semakin parah bila terjatuh. Bahasa prokem lokal ini memberikan pencerahan yang besar terhadap kehidupan manusia, jadi saya sebelumnya akan mengajarkan mereka sepatah prokem.
Setelah diajarkan, mereka pun mulai makan, dan saya akan berpatroli ke sana, "terhadap makanan dan minuman, tidak boleh pilih-pilih", menggunakanDi Zi Guiuntuk memperkuat norma kehidupan mereka, tidak boleh pilih-pilih makan. Melihat sayur yang diambil siswa cuma satu suap kecil, saya segera berkata kepadanya: Apakah perlu guru melayani kamu? Dia akan sangat takut, dan segera pergi menambah porsi sayurannya, dengan demikian gizi barulah akan seimbang. Jadi terkadang saat kami duduk di depan dan ingin mulai makan, sudah ada dua atau tiga siswa yang sudah siap makan. Oleh karena itu, perkataan kita yang tidak disengaja, siswa akan lihat di dalam mata, ingat di dalam otak. Ketika yang Anda katakan dan laksanakan ialah konsisten antara ucapan dan perilaku, barulah bisa mendapatkan penghormatan dari siswa dan anak-anak Anda.
Orang tua tegur, dengar dengan hormat; orang tua hukum, terima dengan taat, "taat" ini kita harus memahaminya. Semua hukuman ayah, semua permintaan ayah, apakah semua harus kita turuti? Karena dalam beberapa dekade terakhir, banyak orang memiliki kesalahpahaman terhadap budaya Tiongkok, dia akan merasa: Konfusianisme mengatakan bakti taat bakti taat (Xiào Shùn), yaitu semua harus dituruti, itu adalah rasa bakti dungu. Mengatakan demikian masuk akal tidak? Sebenarnya orang yang mengatakan begitu, ia mungkin tidak pernah membaca kitab klasik dari awal sampai akhir, orang kudus dan bijak Tiongkok jelas bukan mengajarkan begitu. "Shùn (taat)" ada dua keadaan, ketika yang ditegur oleh orang tua itu adalah benar, kita harus segera ingat, dan menerapkan dengan baik, saat itu harus menuruti; ketika hukuman dan permintaan orang tua itu adalah salah, saat itu jangan langsung membantah di depan muka, harus tahu untuk bertindak menuruti arus. Kondisi saat itu Anda langsung membantah kembali, hanya akan membuat konflik antara ayah dan anak lebih besar, jadi kita harus mundur selangkah dahulu barulah membuat perhitungan, menunggu kesempatan yang tepat untuk berkomunikasi dengan orang tua, Oleh karena itu,Di Zi Guidi belakang mengatakan, "orang tua ada kekhilafan, menasihati supaya diperbaiki, ramahkan tampang saya, lembutkan suara saya". Rasa bakti orang Tiongkok, "taat" ini jelas bukan semua permintaan orang tua harus kita laksanakan, harus terlebih dahulu membedakan benar atau salah, harus menggunakan akal budi untuk berbakti. Ketika orang tua mempunyai kekhilafan, kita tidak pergi menasihati, itu adalah menjebak orang tua dalam ketidakbenaran, itu bukanlah sikap yang patut dimiliki kita sebagai anak.
Selain orang tua menegur, dengarkan dengan hormat, guru menegur, juga harus dengarkan dengan hormat. Seseorang dapat memiliki budi pekerti dan ilmu yang sangat baik atau tidak, selain harus memiliki guru yang baik, faktor yang lebih penting adalah sikap diri sendiri terhadap pembelajaran, harus memiliki hati yang tulus dan hormat terhadap guru, tidak boleh taat di depan melawan di belakang. Jadi dalam ilmu ada prestasi seberapa banyak, dapat ditentukan dari rasa hormat, satu bagian rasa hormat yang tulus maka mendapat satu bagian manfaat, penuh rasa hormat yang tulus maka mendapat manfaat yang penuh. Karena semua hal yang diperintahkan dan dipesankan oleh guru, kemungkinan besar kita tidak dapat sepenuhnya memahami. Ibaratnya, andai ilmu adalah bangunan dua puluh lantai, guru mungkin berada pada lantai belasan, kita hanya berada di lantai dua atau tiga. Pemandangan yang dapat dilihat dari lantai belasan, kita bisa tidak melihatnya? Tidak dapat melihatnya. Yang ditunjuk oleh guru adalah target yang relatif panjang dan jauh, Anda berkata: Guru, saya tidak bisa melihatnya, juga tidak bisa merasakannya, mengapa harus berbuat demikian? Pada saat kita tidak ​melaksanakan sesuai ajaran dengan tulus​, maka tidak akan mendapatkan manfaatnya.
Mengapa orang sekarang sangat sulit berprestasi dalam ilmu? Semuanya melakukan kekhilafan yang lumayan serius, yaitu menggunakan hati orang picik untuk menilai nurani orang berbudi. Memahami isiAnalekmenurut logikanya sendiri, menarik suasana batin Konfusius dari lantai dua puluh sampai ke lantai berapa? Menarik sampai lantai dua atau tiga, adakalanya masih merasa apa yang dikatakan Konfusius tersebut tidak tepat. Oleh karena itu, saat mulai belajar dengan guru, pastinya tidak boleh mengkritik, harusnya melaksanakan dengan tulus, saat Anda melakukannya dengan tulus maka Anda akan merasakan sedikit. Ketika tataran Anda telah meningkat, Anda perlahan-lahan akan memahami, benar-benar apa yang dikatakan guru memang nyata tiada palsu. Oleh karena itu, "saat guru menegur"  juga harus "dengarkan dengan hormat".
Selanjutnya, ketua menegur juga harus dengarkan dengan hormat. Bisa tidaknya ilmu dan karier seseorang memiliki prestasi yang baik, harus mulai dari rasa hormat dan rendah hati untuk mencapainya. Oleh karena itu, orang harus bisa menekuk dan meregang. Terhadap anak kita, kita juga harus mengajari dia untuk mengerti hormat dan rendah hati, tahu untuk selalu belajar. Sampai di sebuah lingkungan baru, jangan setumpuk keluhan, pertama kali harus banyak melihat, banyak mendengar, banyak belajar. Bagaimana yang diajarkan ketua, kita harus lakukan dengan tulus terlebih dahulu, tunggu ilmu serta pemahaman terhadap perusahaan sudah lebih dalam, barulah memberikan beberapa saran yang sesuai kepada ketua, demikian akan lebih pas. Baik! Kita lihat ayat ajaran berikutnya, mari kita membacanya bersama-sama:
Dōng Zé Wēn. Xià Zé Jìng. Chén Zé Xǐng. Hūn Zé Dìng. Chū Bì Gù. Fǎn Bì Miàn. Jū Yǒu Cháng. Yè Wú Biàn.
[Terjemahan harfiah:
"Dingin maka hangati. Kemarau maka sejuki. Pagi maka salami. Sore maka tenangi. Keluar mesti kabar. Pulang mesti hadap. Pola hidup rutin. Karier tidak berubah."
Terjemahan:
"Musim dingin berilah kehangatan. Musim panas berilah kesejukan. Pagi memberi salam. Sore memberi ketenangan. Keluar mesti beritahu. Pulang mesti menghadap. Pola hidup ada rutinitas. Karier tidak berubah"]
Kemarau maka sejuki ini merupakan kata kuno.Keluar mesti kabar, pulang mesti hadap, " (beritahu)" ini adalah nada pelafalannya, ini merupakan nada pelafalan kuno, sekarang umumnya kita membaca "Gào", "" dan "Gào" keduanya boleh. "Musim dingin berilah kehangatan, musim panas berilah kesejukan", ini ada ceritanya, yaitu saat Dinasti Han Timur ada seorang anak yang hanya berumur sembilan tahun, namanya Huang Xiang, karena ibunya meninggal lebih awal, beliau dan ayahnya hidup saling ketergantungan. Tubuh ayahnya tidak begitu sehat, jadi saat musim dingin beliau takut ayahnya terlalu dingin, beliau selalu menyelinap ke dalam selimut kapas untuk menghangatkannya terlebih dahulu, baru mempersilakan ayahnya untuk tidur di ranjang; musim panas cuaca terlalu panas, beliau akan mengambil kipas untuk mengipasi ranjang agar sejuk, baru mempersilakan ayahnya untuk tidur di ranjang. Dari sini kita bisa melihat, setiap niat Huang Xiang adalah mencermati kebutuhan orang tua, saya yakin apakah Huang Xiang hanya melakukan dingin hangati panas sejuki? Ketika beliau memiliki rasa untuk selalu peduli terhadap orang tuanya, saya yakin segala kebutuhan hidup orang tuanya, beliau juga akan berdedikasi penuh untuk bersumbangsih.
Karena anak sembilan tahun dapat menunaikan rasa bakti demikian, maka setelah pemerintah setempat melihatnya merasa sangat terharu. Ketika Huang Xiang sudah cukup umur untuk menjadi seorang pejabat, maka pemerintah setempat merekomendasikannya menjadi "sang bakti dan jujur", lalu sampai akhirnya beliau menjabat sebagai sekretaris kerajaan. Oleh karena itu, orang yang benar-benar berbakti, ia juga sama halnya dapat setia kepada negara, setia kepada rakyat. "Bawahan yang setia keluar dari pintu anak berbakti", benar-benar tidak salah, karena hati anak berbakti tersebut tentu akan dikembangkan lebih luas, untuk mencintai orang tua dari setiap orang, anak-anak dari setiap orang. Kaisar pada saat itu memberikan sanjungan yang bagus kepada Huang Xiang, dengan mengatakan "Huang Xiang dari Jiangxia, tiada duanya di dunia", teladan Huang Xiang diwariskan selama berabad-abad. Saya percaya kaisar membuat tindakan ini, terhadap semua rakyat ada pengaruh tidak? Yang dipicu olehnya adalah seluruh negeri meneladani Huang Xiang, jadi ucapan dan perilaku pemimpin akan memicu tradisi seluruh negeri. Seperti kita yang sebagai orang tua dan guru, apa yang Anda tekankan, apa yang Anda suka, pada saat bersamaan akan memengaruhi anakmu dan siswamu. Oleh karena itu, ketika orang tua mementingkan moral, anak-anak pun mementingkan moral; ketika guru mementingkan moral, anak-anak juga akan mulai meneladaninya.
Dari contoh Huang Xiang ini, kita tidak hanya belajar dingin hangati panas sejuki, yang lebih penting adalah merasakan iktikad dari Huang Xiang; iktikad adalah esensinya, dingin hangati panas sejuki adalah perbuatannya, formalitasnya. Esensinya tidak akan pernah berubah sesuai zaman, tetapi formalitasnya akan berubah, karena seluruh cara hidup manusia, akan berbeda sesuai dengan zaman. Sebagai contoh, zaman dahulu bertemu dengan raja harus memberikan salam apa? Salam tiga simpuh sembilan sujud. Apa esesnsinya? Rasa hormat. Karena pemimpin negara harus setiap hari mengurus pelbagai masalah, dan selalu berpikir untuk kepentingan rakyat, karena kita menghormati kontribusi pemimpin terhadap rakyat, maka kita memberi hormat kepadanya. Cara hormat dahulu adalah tiga simpuh sembilan sujud, andai sekarang bertemu perdana menteri, bertemu presiden, melihatnya di bandara, langsung berlutut untuk tiga simpuh sembilan sujud, boleh begitu tidak? Pemimpin negara ini berkata: Siapa yang mengajarinya? Mengapa diajar sampai begitu? Maka tidak sesuai dengan zaman saat ini. Tetapi esensinya akan berubah tidak? Tidak akan. Jadi banyak orang mengatakan, zaman telah berbeda, maka semua harus berubah! Yang berubah adalah formalitas, bukan esensinya yang berubah.
Kebudayaan Tiongkok, andai kita mengibaratkannya sebagai sebatang pohon besar berumur lima ribu tahun, semua esensi dan prinsip adalah bagaikan batang pohon, batang pohon tersebut telah bertegak teguh tak tertumbangkan selama empat atau lima ribu tahun, namun akan menumbuhkan tunas baru dan menumbuhkan daun baru setiap tahunnya. Dan tunas serta daun baru tersebut akan tumbuh sesuai dengan sinar matahari, udara, dan sumber air pada tahun bersangkutan, jadi daun dan dahannya tersebut pasti cocok dengan iklim saat itu. Kita dalam belajar setiap ayat ajaran, kita juga harus menangkap esensinya dalam belajar, kita barulah akan belajar dengan sangat menguasai pedoman.
Oleh karena itu, dari dingin hangati panas sejuki kita dapat merasakan bahwa beliau selalu dapat melihat kebutuhan orang tua. Dalam aspek apa saja kita harus selalu peduli terhadap orang tua? Tubuh. Mari kita mengelompokkannya, "memenuhi kebutuhan jasmani orang tua, memenuhi kebutuhan rohani orang tua, memenuhi cita-cita orang tua", "cita-cita" ini juga bisa diartikan sebagai keinginan. "Memenuhi kebutuhan jasmani orang tua", jadi seharusnya peduli terhadap kebutuhan sandang, pangan, dan papan sehari-harinya. Andai kita tinggal bersama orang tua, ataupun tinggal sangat dekat dengan mereka, maka dalam aspek makanan, kita saat kembali dapat membawa pulang beberapa macam buah-buahan dan sayur-sayuran. Saat kecil, saya sering melihat ibuku hampir setiap dua atau tiga minggu akan pulang kembali ke rumah opa dan oma saya, saya adalah pengikut yang paling setia, sehingga setiap kali akan menemani ibu saya pulang kembali. Perihal pertama dapat mempelajari rasa bakti ibuku, perihal kedua karena setiap kali pulang kembali, opa dan oma sangat girang, maka sering mengambil keluar banyak makanan untuk saya. Sekaleng minuman habis diminum, beliau segera mengambil satu lagi, adakalanya bahkan habis dua atau tiga kaleng minuman. Saat sedang minum tersebut, juga dapat merasakan sayang dari opa dan oma kepada kami. Sebenarnya membiarkan anak banyak bersinggungan dengan kakek dan nenek, opa dan oma, maka ia dapat merasakan kesenangan akan ikatan keluarga, ini juga sangat penting. Sering pulang kembali, maka dalam aspek makanan dapat mencermati, mungkin beras sudah hampir habis, minyak sudah hampir habis, kita pun berinisiatif membantu orang tua untuk membelinya, orang tua pasti akan merasa sangat puas hati.
Selain itu, orang saat beranjak tua akan takut kesehatannya memburuk, jadi kita juga harus sering berkomunikasi dengan orang tua tentang konsep hidup yang sehat, ketika memiliki pengetahuan tentang kesehatan, barulah dapat membuat pilihan dan penilaian yang sehat. Saat kita bertatap muka, orang bilang setelah tua setiap kali bertemu akan berkata, makan buruk sedikit barulah tidak akan hipertensi, barulah tidak akan terkena kanker; karena sewaktu jompo makan semakin ringan, beban pada tubuh akan semakin berkurang. Tetapi Anda juga harus melalui komunikasi dengan orang tua, baru perlahan-lahan memberitahunya, makan ringan dan hambar lebih baik, jika tidak maka generasi sebelumnya karena sudah miskin hingga trauma, jadi beliau merasa tidak memakan lebih banyak daging dan ikan, tampaknya nutrisi tidak memadai. Bahkan sekarang menganjurkan makan beras merah dan beras berembrio, lebih bergizi, kesemuanya adalah nutrisi komplet, beras putih hanya ada glukosa. Tetapi andai Anda memberi beras merah, bahkan memberi ubi jalar (Itu lebih bernutrisi) kepada orang tua untuk dimakan, mereka akan berpikir: Sekarang hidup saya sudah lebih baik, masih suruh saya makan makanan seperti ini, saya ingin makan nasi putih. Konsep mereka dalam waktu singkat tidak bisa diputar balik, Anda harus membujuk secara bertahap dalam berkomunikasi dengan mereka. Kita dalam membina konsep yang benar dari orang tua dan anggota keluarga, ingin tubuh mereka sehat, pembinaan konsep ini juga tidak mungkin tercapai dalam satu langkah. Ingin cepat malah tidak tercapai, kita tidak boleh terlalu terburu-buru, tidak bisa memaksakan kehendak: Pokoknya kamu makan saja deh, jangan berkata begitu banyak! Dengan begitu baik orang tua, maupun anggota keluarga, hatinya merasa enak tidak? Tidak enak. Ketika hatinya merasa kesal, makan nutrisi sebaik apapun akan sulit tercerna.
Jadi ada seorang teman (seorang wanita), dia kebetulan mendengarkan pelajaran kami, memahami harus mengurangi jumlah daging, menambah jumlah sayuran, bagi tubuh akan sangat bermanfaat. Setelah mendengarkan, dia sangat girang, pulang ke rumah berkata kepada suaminya: Mulai hari ini, saya tidak akan memasak daging lagi untukmu, itu semua untuk kebaikan tubuhmu, kamu harus menghargainya. Pada hari tersebut saat ia kembali, punya kegagahan tidak? Sangat punya kegagahan! Tetapi terlalu terburu-buru, akan ada efek berlawanan. Jadi satu atau dua minggu kemudian, dia pergi ke pusat kami mencari saya, wajahnya tidak terlalu baik. Dia berkata kepadaku: Suamiku sungguh tidak terima ajaran, saya demi kebaikannya, berharap dia lebih sehat, jadi tidak memasak daging untuknya, tak disangka dia malah tidak terima. Membuat keluhan-keluhan tersebut.
Saya menuangkan segelas air untuknya, kemudian ketika dia sedang minum, saya memberitahunya, saya berkata: Andai suami Anda berselingkuh, Anda harus bertanggung jawab. Dia terperanjat, saya berkata: Andai suami Anda punya tekanan darah tinggi, Anda harus bertanggung jawab; anak Anda semakin kurang peluangnya untuk berinteraksi dengan ayahnya, hubungan ayah dan anak terpengaruh, Anda juga harus bertanggung jawab. Saya semakin bilang dia semakin heran, mengapa bisa begitu? Kemudian saya bertanya kepadanya: Hari ini Anda tidak memasak daging untuk suami Anda, apakah dia masih ada makan? Dia berkata: Ada! Dia selalu makan di luar. Saya berkata: Betul! Saat makan di luar, ia mungkin pergi ke restoran untuk makan, saat itu mungkin ada banyak gadis di sana, kebetulan bertemu dengan takdir yang buruk, kemungkinan akan terjadi masalah tidak? Oleh karena itu, suamimu berselingkuh, Anda harus bertanggung jawab. Saat makan di luar, masakan di luar selain berminyak juga asin, mungkin memakannya selama tiga tahun tekanan darahnya akan melonjak, maka akan memiliki tekanan darah tinggi, Anda juga harus bertanggung jawab. Suamimu makan di luar setiap hari, sehingga tidak memiliki komunikasi yang sangat baik serta kepedulian yang sangat baik terhadap anakmu, sehingga hubungan ayah dan anak juga dibuat kacau oleh Anda, Anda juga harus bertanggung jawab.
Dia pun bertampang sangat bersalah, saya berkata kepadanya: Apa tujuan Anda melakukannya hal tersebut pada awalnya? Adalah agar suami dan anggota keluarga Anda lebih sehat. Apakah sekarang tujuan ini tercapai? Orang acap kali targetnya itu tepat, tetapi berjalan sampai setengah sudah lupa, semuanya bertindak impulsif di tengah jalan. Saya berkata padanya: Anda ingin seseorang menerima sebuah konsep, itu bukan ikhtiar dalam sesaat, Anda harus melakukannya tanpa meninggalkan jejak. Andaikata minggu ini memasak tiga macam daging, minggu depan mengubahnya menjadi dua macam, bulan depan lagi menjadi satu macam, mengurangi secara perlahan-lahan, membuat suamimu tidak sadar. Tetapi ketika Anda membawa pergi semua daging, sayuran yang disajikan harus sangat lezat, jadi Anda harus cepat-cepat belajar dengan yang lain, bagaimana memasak masakan vegetarian lebih lezat daripada daging. Sambil makan, suamimu akan berkata: Apa hidangan ini? Mengapa begitu lezat? Anda bilang ini adalah hidangan bla bla bla vegetarian, maka dia akan lebih mampu untuk menerima vegetarian.
Selain itu, konsep yang tepat tersebut, Anda harus sering sedikit demi sedikit berkomunikasi dengannya. Misalnya, kita sebagai wanita pun boleh memperlihatkan kelemahlembutan kita, dan berkata dengan suami: Kesehatan Anda adalah kebahagiaanku seumur hidup, jadi kesehatan Anda terlalu penting, bagaimana cara makan yang sehat? Buku yang ditulis Dr Lei Jiunan sangat baik, ataupun ahli mana yang menulisnya dengan baik, konsep yang ada di dalamnya, Anda perlahan-lahan menanamkan satu atau dua kalimat ke dalam benaknya, maka dia akan sangat bisa menerimanya. Kemudian saya menyarankan kepadanya, saya berkata: Adakalanya Anda bawa suami Anda untuk mengikuti pelajaran bersama-sama, setelah pelajaran berakhir, tahan dia siang hari untuk makan siang bersama kami (guru-guru di pusat kami). Dia akan merasa, Anda juga seorang vegetarian, ia juga seorang vegetarian, dia tidak akan merasa bahwa vegetarian adalah hal yang sangat aneh. Ketika sambil makan, guru di sampingnya akan berkata kepadanya: Vegetarianisme lumayan bukan! Suaminya pun akan berkata: Iya, lumayan! Perlahan-lahan akan ada suasana keorganisasian. Suaminya setelah dua atau tiga bulan kemudian, juga dengan sangat alami menjadi vegetarian.
Oleh karena itu, saat kita memedulikan orang tua dan anggota keluarga, juga tidak boleh terburu-buru. Tentu saja ketika Anda ingin memedulikan kesehatan orang lain, pertama-tama pengetahuan Anda sendiri harus memadai, bak pepatah bahwa pengetahuan adalah kekuatan. Pengetahuan yang sangat kaya dari banyak sekali orang dalam aspek tertentu, semuanya barulah akan meningkat saat diperlukan dalam hidup. Misalnya tubuh ibu ada sedikit masalah, kita baru tahu untuk meneliti ilmu-ilmu tersebut, kita jangan menunggu sampai kesehatan anggota keluarga sudah ada masalah baru belajar, saat itu Anda akan merasa lebih susah payah. Kita sekarang belajar dengan baik terlebih dahulu, membawa konsep-konsep tersebut ke dalam keluarga dengan baik, ini adalah "memenuhi kebutuhan jasmani orang tua"
Selanjutnya, "memenuhi kebutuhan rohani orang tua", membuat hati orang tua selalu sangat sukacita dan sangat leluasa. Di sini ada sebuah premis, yaitu apa yang kita lakukan harus membuat mereka tenteram dan lapang hati. Andaikan moral kita tidak baik, biarpun Anda setiap hari memberikan makanan yang lezat kepada orang tua, setelah orang tua memakannya, apakah mereka akan senang? Juga tidak; mereka mungkin sambil makan sambil menjinjing jantung menggantung nyali demi kita. Orang tua dari Tiongkok lebih implisit, perasaan dalam hatinya, adakalanya tidak diungkapkan dalam kata-kata, sehingga kita harus bisa merasakan suasana hati orang tua, serta kebutuhan orang tua.
Di dalamAnalekada menyebutkan, orang berbudi harus memiliki "sembilan renungan", harus memiliki sembilan sikap yang selalu harus paham untuk diamati. Apakah kesembilan itu? Yang pertama adalah "melihat renungi kejelasan", yang kedua adalah "mendengar renungi kecermatan", yaitu harus dari percakapan orang tua dapat mendengarkan kebutuhan dalam hati mereka. Misalnya kita sudah lama tidak menelepon orang tua, ibu menelepon kemari, masih menunggu orang tua untuk menelepon kita, kita sudah terlalu tidak sopan. Orang tua menelepon untuk bertanya situasi pekerjaan Anda saat ini, meskipun menanyakan kondisi kerja Anda, pada kenyataannya kita harus mampu mengerti dari mendengar, beliau telah merindukan kita, bahkan merindukan cucunya. Ketika kita mampu menangkapnya, kita tidak usah tunggu orang tua membuka mulut, harus berinisiatif untuk pulang menjenguk. Sebenarnya orang yang beranjak umur enam puluh tahun, ketuaannya akan semakin lama semakin jelas, ketika kita satu atau dua bulan tidak melihat orang tua, sekali pulang melihatnya maka ada perasaan apa? Mengapa menua begitu banyak! Jadi kita harus menghargai peluang untuk berinteraksi dengan orang tua, mengasihi perasaan orang tua, serta sering memedulikan dan menanyakan. Ini adalah "memenuhi kebutuhan rohani orang tua".
Selanjutnya harus "memenuhi cita-cita orang tua", keinginan orang tua. Di dalamKitab Baktiada sepatah ayat "tubuh, rambut, serta kulit, diterima dari orang tua, tidak berani merusaknya, itulah awal dari bakti", jadi kita merawat tubuh dengan baik, ini adalah pekerjaan primer dari hakikat bakti. "Membina diri dan menjalankan hakikat, terkenal sampai ke generasi berikutnya, untuk membanggakan orang tua, itulah akhir dari bakti", andaikan kita menggunakan moral kita sendiri, berkontribusi terhadap keluarga dan masyarakat, yang paling girang, yang paling puas adalah siapa? Yaitu orang tua dan juga guru. Ini adalah memenuhi cita-cita orang tua. Karena setiap orang sebenarnya memiliki sebuah niat yang bajik, berharap bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat. Banyak orang tua karena telah mendedikasikan semua hatinya untuk memupuk anak, banyak hal dalam masyarakat, saat ia ingin melakukannya, adakalanya hati berniat namun kemampuan kurang; dan saat anaknya dapat memiliki kontribusi yang lebih besar kepada masyarakat, ia akan sangat lega.
Jadi kami di Haikou ada seorang guru, dia belajarDi Zi Guiselama lebih dari tiga bulan, lalu dia pasti setiap pagi dan sore melafalkannya sekali. Tiga bulan kemudian, ia mengambil inisiatif untuk datang kemari dan memberitahuku, dia berkata: Guru Cai, hal yang begitu baik, tidak boleh hanya saya dan anak saya saja yang mendapatkan manfaatnya, seharusnya membuat lebih banyak anak dapat mendengarkan petuah orang kudus dan bijak ini. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya untuk menyebarluaskanDi Zi Gui. Dia memiliki tekad seperti itu, bagai perkataan awam "seseorang bila punya keinginan baik, maka langit akan memberkatinya", orang harus berani untuk bertanggung jawab, untuk bersumbangsih. Ketika langkah tersebut dibuat olehnya, ia tidak perlu takut dirinya berdiri tidak stabil, karena ketika langkah tersebut dilangkahkan keluar, di sampingnya pasti ada orang yang akan membantunya memikul, karena takut dia membuat kacau hal tersebut, karena itu merupakan hal baik. Jadi dia inisiatif mengutarakan hal tersebut, sehingga banyak guru di pusat kami segera membagi pengalaman mengajar kepadanya. Saya pun langsung memberinya satu setBuku Pelajaran Pendidikan Moralyang berisikan lebih dari tujuh ratus cerita filsuf kudus, dia juga sangat bersukacita, maka mulai mengajar.
Kebetulan belajar sampai "di luar harus bersaudara" di dalamnya ada sepatah ayat menyebutkan "perlakukan semua ayah, bagaikan ayah sendiri, perlakukan semua abang, bagaikan abang sendiri". Guru tersebut tadinya bekerja di bandara udara, juga tidak pernah mendapat pelatihan dari sekolah tinggi keguruan, tetapi karena mempunyai niat bajik ini, rasa kasih terhadap pendidikan ini, sehingga dia akan menghabiskan banyak waktu untuk menganalisis cara untuk mengajarkan ayat ini. Banyak sekali suasana hati mesti melalui sumbangsih yang nyata barulah dapat merasakannya, maka dia membeli sekeranjang laici, kemudian kembali ke kampung halamannya, untuk mengajarkan anak-anak ayat ini, "perlakukan semua ayah, bagaikan ayah sendiri, perlakukan semua abang, bagaikan abang sendiri". Dia berkata kepada siswa, setelah kita mempelajari "di dalam harus berbakti", kita telah paham bahwa sebagai orang tua sangat bersusah payah, sangat berjerih payah, jadi kita harus menghormati orang tua kita sendiri. Demikian pula, orang tua orang lain juga sangat bersusah payah, juga sangat berjerih payah, jadi terhadap semua orang tua dan tetua; bukan hanya orang tua dari orang lain, semua orang jompo juga mencurahkan masa mudanya untuk diabdikan kepada masyarakat ini, kita juga harus menghormati mereka. Oleh karena itu, "perlakukan semua ayah, bagaikan ayah sendiri, perlakukan semua abang, bagaikan abang sendiri".
Setelah pelajaran ini berakhir, dia berkata pada muridnya: Kita sekarang membawa laici-laici tersebut untuk diberikan kepada para sesepuh di desa kita, dan ketika kamu memberikan kepada mereka harus sangat bersopan santun, harus menyapa dan memberi salam dengan mereka. Anak-anak setelah mendengarkan juga sangat girang, anak-anak tersebut segera bergegas lari ke sana ke mari di dalam desa tersebut, desa tersebut sangat meriah. Suasana apa yang memenuhi seluruh desa tersebut? Suasana menghormati tetua dan salut kepada orang bijak, menghormati tetua dan peduli kanak-kanak. Saya percaya setiap sesepuh dan orang tua, saat menerima laici tersebut, hatinya pasti sangat riang. Dan ketika anak-anak melihat ekspresi keriangan para sesepuh, pasti akan terkesan di dalam hatinya, di kemudian hari saat menghormati orang ia akan timbul rasa sukacita. Setelah hari itu, besoknya ayahnya menelepon dan memberitahu putrinya, ia berkata: Nak, sesepuh segenap desa ini banyak yang menelepon ke rumah, para sesepuh tersebut mengatakan bahwa putri yang menikah keluar dari kampung ini, belum pernah ada yang begitu mencintai kampungnya sendiri. Sudah menikah keluar kampung, masih begitu perhatian terhadap kampungnya sendiri, jadi para sesepuh tersebut sangat terharu.
Teman-teman sekalian, apa perasaan dalam hati ayahnya? Merasa bangga akan hal tersebut, ini adalah memenuhi cita-cita orang tua. Ayahnya kemudian berkata kepadanya: Nak, kamu dapat menemukan nilai dalam kehidupan, ayah pun ikut bergirang bagimu. Teman-teman sekalian, perilaku putrinya tersebut, membawa keriangan kepada ayahnya selama satu hari atau dua hari? Berapa lama? Yakni kelegaan hati seumur hidup, dibandingkan dengan kita memberikan orang tua sebungkus makanan yang lezat, itu akan sama sekali berbeda. Oleh karena itu, ketika kita belajar "pagi memberi salam, sore memberi ketenangan", kita harus peka dalam merasakan, supaya kepedulian kita terhadap orang tua ini, berkembang hingga hal-hal kecil dalam kehidupan, berkembang hingga memenuhi kebutuhan jasmani orang tua, memenuhi kebutuhan rohani orang tua, dan memenuhi cita-cita orang tua. Pelajaran kita kali ini sampai di sini saja, terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar